[Multichapter] Behind The Secret (BTS) — Chapter 13

req-zulfhania-copy

BEHIND THE SECRET [BTS]

‘Di Balik Rahasia, Masih Ada Rahasia’

Starring by.

Kim Taehyung (BTS) | Yura Park (OC) | Park Jimin (BTS)

and member of Bangtan Boys

Special cast. Jung Yujin (THE ARK)

Support casts. Byun Baekhyun (EXO), Halla (THE ARK), Jeon Minju (THE ARK), Nam Woohyun (INFINITE)

Genre. Dark. Angst. Brothership. Romance

Rating. PG-17

Length. Multichapter

zulfhania, 2015

Poster by Laykim © Beautiful Healer

Terinspirasi dari novel ‘Summer in Seoul’ karya Ilana Tan

Teaser. #1 – Kim Taehyung ‘BTS’ | #2 – Yura Park ‘OC’ | #3 – Park Jimin ‘BTS’ | #4 – Bangtan Boys [BTS] | #5 – Behind The Secret [BTS]

Previous Chapter. Chapter 1 – Midnight | Chapter 2 – Believe or Not | Chapter 3 – Promise | Chapter 4 – Don’t Cry | Chapter 5 – It’s Hurt | Chapter 6 – Jung Yujin = Yujin Park | Chapter 7 – Surprise | Chapter 8 – Why? | Chapter 9 – Secret | Chapter 10 – After Court | Chapter 11 – Triangle Love | Chapter 12 – Hypnotherapy

Taehyung kembali duduk di ruangan yang gelap itu. Matanya sudah terpejam dan napasnya sudah tampak teratur ketika salah satu psikolog melayangkan satu pertanyaan pembuka.

“Jadi, Kim Taehyung-ssi, apa yang ingin kaubicarakan saat ini?”

Taehyung tidak langsung menjawab. Beberapa menit kemudian, ia bersuara, “Tentang malam kematian Yujin.”

“Apa yang terjadi pada malam kematian Yujin?”

“Sebenarnya, aku ada disana saat itu.”

“Lalu?”

“Kami bertengkar hebat.”

Chapter 13: Behind The Secret

yujin

.

“Aku harus bertemu Taehyung, Halla. Saat ini juga.” —– Yura Park

.tumblr_inline_mq4nw8uPfH1qz4rgp

.

“Sekali lagi, Pengacara Nam. Tolong lindungi aku sekali lagi.” —- Kim Taehyung .

924743_988980147780680_1673223985_n

.

“Karena aku hanya ingin… Taehyung sendiri yang mengakuinya padamu.” —– Park Jimin

.

Dua bulan kemudian, Taehyung keluar dari rumah sakit. Setelah melewati berbagai macam hipnoterapi, duduk di ruangan yang gelap, berhadapan dengan para psikolog yang baik dan lembut namun tampak menakutkan bagi Taehyung, melakukan NAQS DNA terapi, dan berbagai macam terapi penyembuhan lainnya, akhirnya Taehyung dinyatakan sembuh. Meskipun belum dinyatakan sembuh total, dokter telah mempersilakan Taehyung untuk beraktivitas seperti biasa di luar rumah sakit dengan tetap harus mengkonsumsi obat-obatan agar kesehatannya tidak memburuk.

Konser Bangtan Boys yang seharusnya diadakan dua bulan yang lalu, demi mengikutsertakan kehadiran Taehyung sebagai konser terakhirnya, konser tersebut ditunda sampai akhir tengah tahun, atau lebih tepatnya akhir bulan ini. Dan selama dua bulan ini pula, Yura masih bekerja di Big Hit Entertainment. Tidak hanya mengerjakan busana untuk dipakai Bangtan Boys, bahkan ia dipercaya untuk mengerjakan busana untuk dipakai artis lainnya yang berada di dalam naungan agensi. Para wartawan itu sudah tidak memburunya lagi seiring berjalannya waktu. Paling hanya beberapa wartawan yang mendatanginya, dan itu pun tidak membahas masalah persidangan waktu itu. Hanya menanyakan tetek bengek mengenai fashion yang akan dikenakan Bangtan Boys selama konser digelar.

Halla juga beberapa kali mengunjungi Big Hit Entertainment dan membawakan makanan untuknya. Percaya atau tidak, Halla kini sedang mengidolakan artis Big Hit Entertainment bernama Jeon Jungkook. Iya, Jungkook yang itu. Salah satu personil Bangtan Boys. Bahkan diketahui sepertinya mereka berdua saling memiliki ketertarikan satu sama lain. Entah darimana cerita itu bermula, tetapi Yura memang seringkali memergoki mereka sedang bercanda bersama di kala waktu senggang.

Berita tentang Jung Yujin juga sudah mulai hilang. Meskipun masih ada beberapa orang yang membicarakannya, tetapi setidaknya tidak seheboh dulu. Berita tentang Taehyung yang divonis mengidap psikosomatis juga sempat beredar dua bulan yang lalu, menyangka agensi sedang menyembunyikan penyakit yang diderita salah satu artisnya yang akan segera hengkang dari agensi. Berita itu sempat ramai, sampai akhirnya mulai mereda dan para netizen memberikan dukungan untuk kesembuhan Taehyung dan kembalinya Taehyung beraktivitas bersama Bangtan Boys.

Setelah dinyatakan sembuh, Taehyung kembali beraktivitas seperti biasa. Ia menyelenggarakan konferensi pers dan mengenalkan Yura Park secara resmi ke depan publik kalau gadis itu adalah kakak dari Jung Yujin. Menjelaskan alasan di balik kenapa ia membawa Yura ke dalam persidangan. Dan hal lainnya. Ia juga berkata kalau mulai hari ini ia akan kembali beraktivitas bersama Bangtan Boys sampai konser digelar. Konferensi pers berlangsung tanpa adanya kendala. Banyak para penggemar yang datang dan kembali mendukung Taehyung. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang menyetujui hubungannya dengan Yura kalaupun memang mereka menjalin kasih. Dan demi melihat mereka, Taehyung merasa terharu.

Setelah konferensi pers selesai, Taehyung mulai disibukkan dengan berbagai aktivitasnya bersama Bangtan Boys. Latihan menari dan menyanyi untuk penampilannya di konser akhir bulan nanti. Meskipun tubuhnya agak kaku karena sudah hampir lebih dari tiga bulan ia tidak pernah menari lagi, tetapi teman-temannya di Bangtan Boys dengan sabar membantunya. Dan Taehyung hanya menatap haru teman-temannya. Dulu, ia begitu menyebalkan bagi mereka. Kabur dari masalah begitu saja, tanpa memikirkan perasaan mereka yang ditinggalkan. Kini, Taehyung merasa bersalah sekali pernah meninggalkan mereka hanya karena keegoisannya.

“Minuman datang.”

Dua orang gadis tiba-tiba saja masuk ke dalam studio Bangtan Boys dengan membawa beberapa minuman di tangan mereka. Kegiatan para personil Bangtan Boys yang sedang latihan di tengah ruangan mendadak terhenti. Mereka menolehkan kepala dan melihat Yura dan Halla melangkah ke arah mereka sambil mengangkat beberapa minuman di tangannya. Dan begitu melihat mereka, wajah para personil Bangtan Boys berubah cerah.

“Waaah, akhirnyaa! Aku sudah haus sekali.” kata Hoseok, bergegas mengambil salah satu minuman dari tangan Halla.

Halla segera menepuk punggung tangan Hoseok. “Yang ini bukan untukmu, Hoseok-ssi. Milikmu ada di Yura.” kata gadis itu.

Hoseok menunjuk minuman di tangan Halla. “Aku maunya yang itu.”

“Ini untuk Jeon Jungkook.” kata Halla, memeletkan lidahnya pada Hoseok.

Wajah Jungkook bersemu merah hanya karena ucapan sederhana Halla tadi. Ia lalu melangkah mendekati Halla dan mengulurkan tangannya.

Halla, dengan wajah polosnya, bukannya memberikan minuman di tangannya pada Jungkook, justru ia malah menggerakkan tangannya untuk meraih tangan lelaki itu dan menggenggamnya.

“Eh?” Jungkook mendadak salah tingkah, wajahnya semakin memerah. “Maksudku, aku ingin minum itu.”

“Oh?” Bibir Halla membulat, lalu melepaskan tangannya dari tangan Jungkook, dan memberikan minumannya pada lelaki itu. “Kupikir kau ingin mengajakku bersalaman. Kau tidak berkata apa-apa, sih.”

Suasana di dalam ruangan mendadak pecah. Mereka tertawa lucu demi melihat tingkah Jungkook yang malu-malu kucing seperti itu. Terlebih ketika mereka menangkap semburat merah di kedua belah pipi Jungkook. Mereka langsung menggodai Jungkook, tanpa henti.

Aigoo, maknae kita ini sedang jatuh cinta rupanya.” begitulah suara jahil dari teman-temannya.

Yura juga menyenggol lengan Halla, menggoda gadis itu. Sementara Halla hanya menggaruk tengkuk lehernya, salah tingkah. Bahkan Taehyung, yang sebenarnya tidak mengerti apa-apa dengan hubungan yang terjadi antara Jungkook dan Halla, juga ikut tertawa. Sudah berapa lama ia tidak melihat tingkah kekonyolan teman-temannya seperti itu. Rasanya sudah lama sekali.

Selagi Taehyung tertawa, Yura berjalan mendekat, memberikan minuman pada lelaki itu.

“Bagaimana keadaanmu?” tanyanya.

Taehyung menoleh pada Yura, lalu mengambil minuman dari tangan gadis itu. “Benar-benar merasa baik.”

Yura tersenyum, demi melihat ekspresi bahagia pada wajah Taehyung.

“Aku senang pada akhirnya kau melepaskan seluruhnya, Kim Taehyung.”

Air muka Taehyung berubah. Dan Yura merasa sepertinya ia telah salah bicara.

“Tetapi aku belum mengatakannya padamu, Yura.” kata Taehyung, dengan tatapan bersalah.

Yura tersenyum, mengelus pelan bahu lelaki itu. “Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja. Kau selalu punya banyak waktu.”

Taehyung menghela napas berat, lalu menatap personil Bangtan Boys satu persatu. Namjoon yang sedang tertawa dengan begitu cool-nya sambil menyedot minumannya. Hoseok dan Jimin yang sedang mengacak rambut Jungkook. Jungkook yang berusaha menghentikan kelakuan Hoseok dan Jimin. Seokjin yang menepuk-nepuk punggung Jungkook. Dan Yoongi yang tertawa dengan begitu keras memperhatikan tingkah laku mereka.

Sebenarnya, sebelum Taehyung ingin jujur pada publik tentang apa yang ia sembunyikan, ia ingin jujur terlebih dahulu pada teman-temannya di Bangtan Boys. Siapa tahu mereka memiliki saran yang baik agar ia dapat mengakuinya di depan publik. Tetapi, ia belum memiliki waktu yang tepat.

Taehyung kembali menghela napas. “Ya, mungkin aku memang masih memiliki banyak waktu.”

——————-

Tetapi sampai pada beberapa hari menjelang konser Bangtan Boys, Taehyung belum juga mengakuinya di depan teman-temannya, agensi, publik, maupun yang lainnya.

Dan hari ini, tepat lima hari sebelum konser kedua Bangtan Boys digelar secara besar-besaran di Seoul, sebuah berita buruk muncul di internet.

Yura memaksa dirinya bangun dari tempat tidur dan dalam keadaan setengah sadar, ia berjalan terhuyung-huyung ke pintu dan membukanya.

“Oh, Halla?” katanya setelah melihat siapa berdiri di balik pintu apartemennya. Ia mundur selangkah agar temannya itu bisa masuk. “Ada apa pagi-pagi begini kau datang kemari?” tanyanya, lalu menguap.

“Yura Park, kau tidak akan percaya dengan perkataanku.” Halla tetap berdiri di balik pintu, dengan mimik serius. Ia langsung membuka tas dan mengeluarkan beberapa lembar kertas, lalu menyodorkan kertas-kertas itu pada Yura.

“Maka dari itu, aku membawa kertas-kertas ini. Aku mendapatkan artikel itu dari internet dan aku mencetaknya. Artikel itu bersumber dari para psikolog yang menangani penyakit Taehyung kemarin, jadi artikel ini dapat dipercaya.”

Yura mengerutkan kening dan menerima kertas-kertas itu dari tangan Halla. Begitu membaca kalimat pertama pada kertas pertama, tubuhnya membeku. Matanya terbelalak, amat sangat terkejut.

“Ternyata adikmu tidak bunuh diri.” kata Halla.

Yura membaca kertas lainnya yang isinya serupa. Matanya terbelalak, tidak percaya dengan apa yang tercetak di kertas itu. Tidak mungkin. Ini benar-benar tidak mungkin.

“Ternyata Taehyung-ssi yang membunuhnya.”

Tubuh Yura melemas dan saat itu juga tubuhnya ambruk. Kalimat-kalimat di artikel itu berputar-putar dalam benaknya, membuat kepalanya berdenyut-denyut.

… Apakah alasan sebenarnya Kim Taehyung keluar dari BTS?… Bukan karena merasa terguncang karena kematian Yujin, melainkan karena ternyata dialah yang membunuh Yujin?… Kenapa dia menyembunyikannya dari publik?… Kenapa dia tidak pernah jujur pada hukum kalau sebenarnya Yujin tidak bunuh diri?… Kalau sebenarnya dialah yang mendorong Yujin hingga gadis itu terjatuh dari jembatan layang?… Apa alasannya mendorong pacarnya sendiri hingga tewas di tempat?… Dan apa maksud Taehyung mendekati Yura Park, kakak dari Jung Yujin, yang membantunya di persidangan?… Apakah Yura Park sudah tahu?… Atau tidak… Rasa bersalah… Sekedar menebus dosa… Rasa kasihan…

Yura merasa dadanya sesak. Sangat sesak. Sampai sampai ia merasa sulit untuk bernapas. Tangannya terkepal, meremas kertas di tangannya hingga tak berbentuk. Hatinya terbakar emosi. Perasaannya terbakar emosi. Karena artikel itu. Karena Kim Taehyung.

Halla sampai merasa tidak sampai hati melihat keadaan Yura yang seperti itu. Ia segera berjongkok di depan Yura. Meraih lengan gadis itu untuk membantunya berdiri. Menguatkan gadis itu.

Mata Yura nyalang saat menatap Halla. Bibirnya bergetar saat berkata, “Aku harus bertemu Taehyung, Halla. Saat ini juga.”

——————-

Pintu kayu itu didobrak dengan cukup keras hingga menabrak dinding. Taehyung yang duduk terpekur di depan komputer yang menampilkan situs internet mengenai berita tentangnya itu sama sekali tidak bergeming dengan dobrakan itu. Sementara seorang pria melangkah masuk dengan langkah lebar. Setibanya di sebelah Taehyung, pria itu langsung menarik kerah kemeja yang dikenakan Taehyung, memaksanya berdiri, lalu mendorongnya hingga punggung lelaki itu membentur tembok. Pria itu menatap Taehyung dengan tatapan marah.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Kim Taehyung?! Apa maksud artikel di internet itu?!” bentak pria itu. Menelanjangi Taehyung dengan tatapannya yang tampak mengerikan. “Katakan padaku kalau itu tidak benar! Katakan padaku kalau itu bohong belaka!”

Taehyung tidak berani menatap pria itu. Kepalanya malah tertunduk dan matanya berkaca-kaca, merasa bersalah, merasa berdosa, dengan segala hal yang dilakukannya, dengan segala hal yang selama ini disembunyikannya.

“Maafkan aku, Pengacara Nam.” ucapnya, dengan suara lirih, terdengar bergetar.

Pengacara Nam terpekur. Tanpa sadar melepaskan genggamannya pada kerah kemeja Taehyung. Dan tepat saat itu juga, tubuh Taehyung meluruh ke bawah. Tak punya kekuatan lagi untuk berdiri. Tubuhnya benar-benar terasa lemas. Lelaki itu segera memeluk lutut, menyembunyikan wajahnya dalam-dalam di balik lutut. Segala rasa bersalah itu, penyesalannya, kembali membuncah di dalam dadanya.

Pengacara Nam menatap Taehyung dengan tatapan tidak percaya. “Jadi berita itu benar?” tanya pria itu, dengan mimik tidak percaya. “Benar kalau alasanmu keluar dari Bangtan Boys adalah karena itu? Untuk menghindar dari kesalahan terbesarmu?”

Taehyung tidak menjawab. Hanya menyembunyikan wajahnya dalam-dalam di balik lutut dan terisak hebat disana.

Pengacara Nam kemudian berlutut di depan Taehyung, mengangkat wajah lelaki itu untuk menatap ke arahnya. “Jawab aku, Kim Taehyung.” ucapnya tertahan, dengan suara yang terdengar menahan luka.

Taehyung balas menatap Pengacara Nam dengan tatapan bersalah, matanya memerah, wajahnya memerah, karena tangis. “Sekali lagi, Pengacara Nam.” ucapnya lirih. “Tolong lindungi aku sekali lagi.”

Pengacara Nam terpekur. Menjatuhkan kepalanya pada bahu Taehyung, tangannya yang terkepal meninju tembok di belakang lelaki itu. Melampiaskan emosinya pada benda tak bersalah itu. “Kenapa kau membohongiku, Kim Taehyung? Kenapa kau tak pernah memberitahuku alasan yang sebenarnya?”

“Maafkan aku tidak memberitahumu dari awal, Pengacara Nam. Maafkan aku telah mengecewakanmu.” ucapnya, dengan suara bergetar, dengan suara yang terdengar amat sangat bersalah.

Seharusnya dari awal ia tidak pernah menunda-nunda waktu untuk mengakuinya di depan publik, dan sekarang, ketika kebenaran itu akhirnya terungkap, yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan.

GDOR! GDOR! GDOR!

Tiba-tiba saja pintu dorm-nya digedor keras dari luar. Membuat Taehyung dan Pengacara Nam terlonjak kaget. Mata Taehyung membelalak hingga rasanya ingin meloncat keluar. Dadanya bergemuruh ketakutan. Dan energinya seperti tersedot semua oleh rasa takut sehingga ia merasa tubuhnya benar-benar lemas.

“Kau sudah berakhir, Kim Taehyung.” ucap Pengacara Nam, miris, lalu beranjak bangun untuk membukakan pintu.

“Pengacara Nam.” Taehyung mencekal tangan pria itu saat hendak berdiri. Pengacara Nam menoleh dan melihat Taehyung tengah menatapnya dengan tatapan memohon yang bercampur dengan airmata yang menggenang di pelupuk mata. Kristal hangat itu baru turun membasahi pipinya saat ia berucap lirih,

“Lindungi aku. Kumohon.”

——————-

Yura berlari secepat mungkin dengan perasaan tidak menentu. Ia berlari menyusuri jalan menuju kantor Big Hit Entertainment dengan napas terengah-engah. Sebentar lagi sampai. Ia harus bertemu lelaki itu. Ia harus bertanya pada lelaki itu. Ia benar-benar tidak percaya dengan artikel itu, maka dari itu ia membutuhkan penjelasan. Sekarang.

Tiba-tiba saja Yura melihat sebuah travel hitam melaju ke arahnya, dan berhenti tepat di sampingnya. Ia melihat kaca mobil diturunkan dan menemukan Kim Namjoon duduk di balik sana, menatapnya dari balik kacamata gelapnya. Yura tidak mampu berkata apa-apa karena masih berusaha mengatur napas.

“Masuklah,” kata Namjoon. “Ada banyak wartawan di belakang.”

Yura menurut. Ternyata tidak hanya ada Namjoon di dalam travel tersebut, melainkan seluruh personil Bangtan Boys berkumpul disana. Mereka sama-sama menunjukkan wajah yang syok dan tertekan. Tampaknya mereka juga baru mengetahui berita tentang Taehyung.

“Taehyung tidak ada di studio. Kami hendak menuju dorm-nya. Sebaiknya kau juga ikut dengan kami.” kata Namjoon menjelaskan, sementara Yura hanya terdiam. “Pasti ada banyak hal yang ingin kautanyakan padanya, bukan?”

Yura mengangguk.

Jimin yang duduk di bangku tengah melirik ke arah Yura yang duduk di belakang. Hatinya teriris begitu melihat wajah Yura yang tampak pucat. Ia benar-benar tidak sampai hati melihat kondisi Yura saat ini.

“Kau baik-baik saja?” tanya Jimin. Inilah pertama kalinya ia mengeluarkan suaranya pada Yura sejak pengakuannya dua bulan yang lalu pada gadis itu.

Yura tidak menjawab. Jimin tahu, sebaiknya memang ia tidak perlu bertanya. Sudah terlihat jelas sekali kalau gadis itu tidak sedang baik-baik saja.

Namjoon menghela napas berat. “Kau pasti terkejut sekali dengan berita itu. Jujur saja, kami juga sangat terkejut. Maka dari itu, kami segera berkumpul dan menuju dorm Taehyung.”

“Kalian… juga tidak tahu tentang hal ini?” tanya Yura, akhirnya.

Namjoon menggeleng. Tidak hanya Namjoon, melainkan Yoongi, Seokjin, Hoseok, dan Jungkook juga menggelengkan kepala. Hanya Jimin yang tidak. Tetapi Yura tidak memperhatikan sehingga ia tidak tahu kalau sebenarnya Jimin tidak menggelengkan kepala.

Beberapa saat kemudian, Jimin menghela napas berat, memutuskan untuk mengakuinya.

“Maafkan aku, teman-teman.”

Seluruh kepala di dalam mobil menoleh ke arah Jimin, termasuk Yura.

Jimin balas memandang mereka satu persatu dengan tatapan bersalah. “Sebenarnya, aku mengetahuinya.”

Seluruh orang di dalam mobil tertegun.

“Aku ada disana malam itu, saat kematian Yujin.”

Jimin berlari menyusuri sepanjang jalan menuju dorm Yujin. Ia tahu ini sudah tengah malam sekali untuk berkunjung ke dorm gadis itu. Tetapi ia harus bertemu dengan gadis itu sekarang. Ia harus membawa gadis itu sekarang, ke hadapan Yura.

Beberapa jam yang lalu, ketika ia baru saja tiba di dorm-nya, ia mendapat bingkisan dari seorang penggemar yang dititipkannya lewat manajer. Isi bingkisan itu adalah sepasang stel pakaian hasil rancangan dari Haruman Fashion. Awalnya, Jimin memang tidak begitu mempedulikan pakaian itu. Namun begitu melihat jahitan benang berinisial YRP pada balik pakaiannya, ia tertegun. Teringat dengan Yura, saat gadis itu masih menjadi pacarnya.

“Suatu saat nanti, kalau aku menciptakan sebuah rancangan pakaian, aku ingin menjahit tulisan YRP pada balik pakaiannya.” kata Yura, waktu itu, saat masih di bangku SMA.

Jimin yang duduk di sebelahnya mengangkat alis. “YRP? Apa itu?”

Yura tersenyum. “Inisial namaku. Yu Ra Park.” ia menatap Jimin lurus-lurus. “Jadi nanti, apabila kau mendapatkan pakaian dengan jahitan benang YRP di balik pakaiannya, kau akan tahu kalau itu adalah hasil jahitan tanganku.”

Jimin balas tersenyum, lalu mengacak rambut gadis itu dengan penuh kasih sayang. “Kalau begitu, aku tidak sabar menunggunya.”

Jimin sempurna tertegun saat putaran film nyata itu berhenti terputar di matanya. Matanya mengarah pada tanda YRP di balik pakaian itu dan juga bingkisan tas kertas yang bergambar logo Haruman Fashion. Akhirnya ia tahu Yura berada dimana. Akhirnya, setelah sekian tahun berlalu, ia menemukan Yura. Gadis itu, mantan pacarnya itu, bekerja di Haruman Fashion.
Kalau begitu, ia bisa membawa Yujin ke hadapan Yura sekarang. Untuk menagih janji gadis itu apabila ia sudah menemukan keberadaan Yujin.

Lantas Jimin segera berlari keluar dorm, menerjang sunyinya dan dinginnya malam hari, ia harus bertemu Yujin sekarang. Ia harus membawa Yujin ke hadapan Yura sekarang. Sekarang. Atau tidak sama sekali.

Tetapi ketika ia tiba di bawah jembatan layang dimana di dekat sanalah dorm Yujin berada, langkah kakinya terhenti. Matanya mengarah pada mobil silver Hyundai-KIA milik Yujin yang akhir-akhir ini biasa dipakai oleh Taehyung yang terparkir di bawah jembatan layang. Tatapannya lalu beralih pada dua orang yang berdiri di atas jembatan layang yang tampaknya wajah mereka sudah tak asing lagi di mata Jimin meskipun dalam jarak sejauh ini.

Jimin memicingkan matanya, memperjelas penglihatannya. Dan benar, ia mengenali mereka berdua. Itu adalah Jung Yujin dan Kim Taehyung. Tetapi kenapa mereka bisa ada disana? Berpacaran?

Mata Jimin membulat saat melihat Taehyung mengunci tubuh Yujin di pagar jembatan secara mendadak. Dari jarak sejauh ini ia bisa melihat tatapan Taehyung yang mengarah tajam pada Yujin. Kemudian ia melihat mereka berdua saling membentak sampai akhirnya tatapan Taehyung berubah melunak dan Yujin bergerak menjauhi pagar jembatan. Jimin tidak tahu apa yang mereka lakukan, ia hanya melihat Yujin yang seolah ingin merebut sesuatu dari tangan Taehyung tetapi lelaki itu tampak tak mengizinkan, dan tahu-tahu saja ia melihat Taehyung mendorong Yujin hingga gadis itu terlempar keluar batas jembatan.

Napas Jimin tertahan saat ia memperhatikan sendiri bagaimana tubuh Yujin yang terlempar dari atas jembatan, melayang jatuh ke bawah, dan berakhir di atas aspal dengan kepala yang terlebih dahulu membentur aspal.

“JUNG YUJIN!” Jimin mendengar Taehyung berteriak dari atas jembatan.

Saat Taehyung bergerak menuruni anak tangga jembatan dengan panik, Jimin segera bersembunyi di balik semak-semak, namun matanya masih mengarah pada sosok Taehyung yang kini duduk di sebelah tubuh Yujin yang bersimbah darah. Taehyung mengangkat kepala Yujin dan menumpukannya di atas pangkuannya, lalu menepuk-nepuk pipi gadis itu dengan tatapan panik yang bercampur dengan ketakutan.

“Yujin~a… Yujin~a… Sadarlah…”

Sadar karena usahanya sia-sia, kepala Taehyung celingukan dengan tatapan ketakutan, dan Jimin segera bersembunyi di balik semak-semak agar lelaki itu tidak mengetahui keberadaannya. Namun Jimin masih dapat melihat dengan jelas kalau tangan Taehyung bergerak dengan gemetar merogoh saku celana Yujin dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Kepalanya masih celingukan kesana kemari, seperti berharap tidak ada yang melihatnya.

“Ha-halo?” Taehyung berbicara pada seseorang di balik ponsel dengan suara bergetar, dengan tangan gemetar.

“A-aku menemukan mayat di bawah jembatan layang di daerah…” Taehyung menyebutkan nama daerah tersebut dan meminta tolong pada seorang di seberang ponsel untuk membawa mayat itu ke rumah sakit, kemudian ia mematikan sambungan telepon. Ia menyimpan kembali ponsel tersebut di saku Yujin, lalu meletakkan kepala Yujin kembali ke atas aspal.

Taehyung membungkuk sejenak, memberikan kecupan perpisahan sekilas pada kening dan bibir Yujin, lalu berbisik lirih, “Maafkan aku, Jung Yujin. Aku mencintaimu.” kemudian ia berlari menuju mobilnya. Pergi meninggalkan tubuh bersimbah darah Yujin sendirian di malam yang dingin itu.

Beberapa menit kemudian, Jimin melihat beberapa ambulans datang ke tempat kejadian perkara. Dan sejak malam itu, Jimin tidak pernah melihat Taehyung pulang ke dorm. Lelaki itu sempurna menghilang, tepat ketika berita kematian Yujin menjadi topik hangat di Korea Selatan.

Jimin melihat keseluruh orang di dalam mobil tampak menahan napas saat ia menyelesaikan ceritanya. Dan demi melihat ekspresi yang ditunjukkan mereka semua, Jimin semakin merasa terluka sekaligus bersalah.

“Maaf karena aku menyembunyikan kejadian itu sendirian.” kata Jimin, lirih, menghela napas berat.

“Tidak mungkin.” Yura mengeluarkan suaranya.

Yura berusaha mengontrol perasaannya. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang diucapkan Jimin. Selama ini ia selalu saja beranggapan kalau Jimin tidak menyukai Taehyung, tetapi hari ini, setelah mendengar Jimin berkata seperti itu,Yura jadi berpikir, setega itukah lelaki itu sampai memfitnah teman satu grupnya sendiri?

“Jangan mengada-ngada, Park Jimin.” kata Yura, dengan suara tertahan, menatap Jimin dengan tatapan tidak suka.

“Aku tidak mengada-ngada, Yura.”

“Aku tahu kau tidak menyukai Taehyung karena aku menyukainya, tetapi segitunyakah sampai kau memfitnah temanmu sendiri? hanya karena cemburu?”

Jimin balas menatap Yura dengan tatapan terluka. Sungguh menyakitkan dituduh seperti itu oleh orang yang disukainya.

“Aku memang tidak menyukai Taehyung, Yura. Tetapi aku tidak menyukainya bukan karena kau menyukai lelaki itu, bukan karena aku cemburu pada lelaki itu. Melainkan karena dia tidak pernah jujur padamu tentang kebenaran yang selama ini dia sembunyikan, tentang kenyataan bahwa dialah yang membunuh adikmu, walaupun itu tidak disengaja.”

Yura terpekur. Tatapan marahnya pada Jimin berubah sendu. Dan demi melihat ekspresi itu, Jimin semakin terluka.

“Meskipun aku mengetahui kebenaran itu, tetapi aku tidak ingin memberitahukannya padamu, Yura. Karena aku hanya ingin… Taehyung sendiri yang mengakuinya padamu.”

Jimin menatap Yura lekat. “Sama seperti aku yang tak ingin memberitahu pada publik bahwa selama Yujin menjadi model, dia sudah mengkonsumsi barang-barang terlarang itu. Karena tugasku bukanlah untuk menyebarkan kisah-kisah itu.”

Yura mengangkat kepala, balas menatap Jimin dengan mata berkaca-kaca.

“Menyadarkan mereka, mengembalikan mereka ke jalan yang benar, membuat mereka mengakuinya di depan publik, adalah tugasku yang sebenarnya, Yura.”

Setetes airmata mengalir dari pelupuk mata Yura. Hari ini, akhirnya ia menyadari, selama ini, di antara Taehyung dan Jimin, sebenarnya Jimin-lah yang sangat peduli dengannya. Ia sadar, sebenarnya, di antara Taehyung dan Jimin, hanya Jimin-lah yang sangat mencintainya.

Sementara Taehyung, tidak.

——————-

Ketika travel hitam yang dinaiki Yura bersama personil Bangtan Boys memasuki pekarangan rumah yang Yura ketahui sebagai dorm milik Taehyung, tampak mobil polisi sudah terparkir disana. Belum sempat travel berhenti, Yura sudah melihat seorang lelaki berpenampilan acak-acakan dengan wajah yang tampak kusut dan kedua tangan yang diborgol keluar dari dalam dorm dengan dikawal oleh dua orang polisi di sebelah kanan dan kirinya. Dan demi melihat lelaki itu, matanya langsung berkaca-kaca.

“Kim Taehyung!” serunya setelah keluar dari travel.

Taehyung tertegun. Ia menoleh pada Yura dengan mimik terkejut, menatap gadis itu dengan mata membulat, lalu kembali mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Yura.

Dan Yura merasa terluka saat lelaki itu menghindari tatapannya.

“Katakan padaku kalau semuanya itu tidak benar, Kim Taehyung!” serunya lagi, dengan suara bergetar. “Katakan padaku kalau bukan kau pelakunya!”

Tetapi Taehyung tidak menjawab, ia bahkan tidak menolehkan kepala sedikitpun pada gadis itu. Wajahnya kebas, tidak menampilkan ekspresi apapun. Hanya meneruskan langkahnya menuju mobil polisi.

“Kim Taehyung, jawab aku!” seru Yura.

Taehyung tetap tidak menjawab.

“Kim Taehyung!” Yura nyaris menangis.

Taehyung masih tidak menjawab. Bahkan hingga akhirnya ia masuk ke dalam mobil polisi lalu dibawa pergi menjauh, ia tidak pernah menjawab ucapan Yura. Ia tidak perlu menjawab, semuanya sudah terlalu jelas. Seharusnya Yura tidak lagi memerlukan jawaban.

“Kim Taehyung…” ucapnya lirih, memandang mobil polisi yang semakin menjauh dengan pandangan terluka.

Meninggalkan gadis itu yang terpaku dengan seribu luka yang menancap tepat di hatinya.

Hari ini, lagi-lagi lelaki itu menyakiti hatinya, menyakiti perasaannya.

—tbc

LAST CHAPTER: FINAL DECISION

“Atas segala kesalahan yang kulakukan selama ini, aku benar-benar minta maaf.” — Kim Taehyung

“Maaf saja tidak cukup untuk menebus semua kesalahanmu padaku dan adikku, Kim Taehyung.” — Yura Park

“Kau telah melakukan tindakan bodoh, Yura Park!” — Park Jimin


Well, akhirnya terbongkar sudah rahasia yang disembunyikan oleh Taehyung. Nyangka nggak sih ternyata Taehyung seperti itu? aku yang nulis cerita ini aja nggak nyangka (?) T_T
Chapter selanjutnya tamat! So, tunggu chapter terakhirnya yaa, mungkin sebelum hari lebaran bakal ku update. Happy reading, guys ^^

One thought on “[Multichapter] Behind The Secret (BTS) — Chapter 13

  1. Asshole, jadi kesel sama Taehyung. Kok bisa gitu sih dia. Udh yura sama jimin aja deh. Drpd kayak gini. Merasa bahwa Taehyung itu pengecut. Nyebelin. Heol. Tp penasaran knp Taehyung sama yujin bisa berantem?

Leave Your Comments Juseyo ^^