[SONGFICT || ONESHOOT] Because I Miss You

Oyewyn Prensent

bekey@IFA

Author: Oyewyn (Twitter: @A_Oktaviany22)

Genre: Romance (Oneshoot)

Main cast: Jung Yong Hwa (CNBLUE) and Park Shin Hye (Actress)

Credit poster:  bekey @ Indo FF Arts

Disclaimer: The plot is mine ‘cause its REAL MY IMAGINATION FROM MY MIND. No Bash! No Plagiarism! No Silent Readers! Enjoy it!

Note:  This is a songfict and inspired by Original Soundtrack of Heartstring  tittled Because I Miss You.

~Story Begin~

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Neul ttokgateun hanure

Neul gateun haru

Geudega omneun gotmalgoneun

Dallajin-geomneunde

Hari seperti ini terjadi lagi, yeoja itu merindukan namja itu lagi. Masih di bangku yang sama dengan yang saat itu. Park Shin Hye mengingat hari – harinya bersama dengan Jung Yong Hwa. Hari – hari yang tidak pernah disangkanya akan dia rindukan seperti ini. Ya, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain duduk dan mengingat hari – hari yang telah berlalu itu.

Flashback On

“Hei, kau menangis lagi.” Kata Yong Hwa kepadanya tapi sama sekali tidak digubrisnya.

“Apa ini karena namja itu lagi?” Katanya lagi masih dengan nada penuh kekhawatiran dan lagi – lagi dia tidak menjawabnya. Ya hari itu, Shin Hye kembali tersakiti oleh namja yang begitu dia yakini sangat dicintainya dan mencintainya . Dan kembali lagi Yong Hwa mengiburnya lagi.

“Uljima Shin” Katanya sambil menghapus airmata yang mengalir di pipi Shin Hye dengan kedua ibu jarinya.

“Dia menyakitiku Yong. Hiks… Dia berselingkuh lagi… Hiks… Sakit… Di sini sakit Yong… Hiks… Hiks…” Tangis Shin Hye pecah, memukul dadanya yang terasa ngilu, dan kali ini dia memeluk erat Yong Hwa menyalurkan rasa sakitnya yang tanpa dia sadari juga menggoreskan luka di hati Yong Hwa.

“Menangislah… Aku akan menemanimu…” Hibur Yong Hwa sambil mengelus lembut kepalanya.

Mereka terus berada pada posisi itu hingga tangis Shin Hye berhenti dan ia tertidur dalam dekapan hangat Yong Hwa. Pria yang tidak dia sadari sangat mencintainya dengan tulus. Pria yang tanpa dia ketahui  selalu tersakiti oleh tangisan kepedihannya. Pria yang tanpa dia sadari selalu ada kapanpun dia butuhkan. Pria yang tanpa dia sadari lebih mementingkan dirinya daripada diri pria itu sendiri.

Yong Hwa pun berusaha menggendong Shin Hye, membawanya pulang wanita itu ke rumahnya tanpa peduli dengan kondisi dirinya sendiri.

“Yong, dia menangis lagi?” Tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Shin Hye.

“Ne ahjumma.” Katanya dan langsung masuk membawa Shin Hye ke kamarnya.

“Terimakasih karena selalu melindunginya. Sudah ku katakan padanya bahwa pria itu bukanlah orang yang baik seperti dirimu tapi dia terus membelanya.” Kata wanita itu lagi.

“Biarlah ahjumma, selama aku bisa melihatnya tersenyum dengan namja itu sudah cukup bagiku. Meskipun saat ini aku juga sakit melihatnya tersakiti.” Jawabnya dengan senyum paksa.

“Kau memang yang terbaik Yong.” Kata ahjumma itu lagi.

“Terimakasih, aku pergi dulu ahjumma ada yang harus aku kerjakan” Katanya berpamit dari kediaman Shin Hye.

Tanpa mereka sadari sejak tadi Shin Hye mendengarkan percakapan mereka berdua.

Flashback Off

“Aku merindukanmu Yong…” Bisiknya lembut pada dirinya sendiri. Mengingat hari – hari itu air matanya mengalir dengan mulus di pipinya.

Kini tiada lagi hari yang dilaluinya tanpa mengingat Yong Hwa, pria yang membuatnya mengerti arti dari rasa sayang dan cinta. Pria yang membuatnya mengerti arti dari pengorbanan. Tapi kini semua hari terasa semu dan penuh dengan kepalsuan. Semua senyumnya semua tawanya, semua itu adalah kesemuan belaka, semua itu hanyalah sandiwara yang dilakukan untuk menenangkan semua orang yang menyayanginya. Meskipun sesungguhnya semua orang tahu bahwa dia tidak baik – baik saja. Menurutnya inilah jalan yang terbaik untuk dirinya. Saat ini yang dia inginkan hanya seperti ini, berusaha terlihat baik – baik saja di depan semua orang meskipun sebenarnya dia sangat rapuh. Setelah puas memutar memorinya bersama dengan Yong Hwa dia menghapus airmatanya sendiri. Ya, kali ini tidak ada lagi pria yang menghapus airmatanya. Tidak ada lagi pria yang memberikan dekapan hangat yang menenangkannya. Tidak ada lagi pria yang dengan rela menggendongnya pulang ke rumah.


Nan utgoman sipeunde da ijeundeusi

Amui aneun deut geuroke

Useumyo salgopunde

Berulang kali Shin Hye mencoba untuk melupakan Yong Hwa. Oh, dia tidak mau melupakan lelaki itu dia hanya ingin melepaskan dan merelakan kepergiannya. Ya, apapun itu tentang mendorong Yong Hwa keluar dari kehidupannya ataupun memorinya dia tidak pernah dapat melakukannya. Hal ini tentu saja karena perasaannya. Perasaan bersalah yang besar dan perasaan cinta yang juga tak kalah besar yang baru saja dia sadari. Semakin keras dia berusaha merelakan kepergian Yong Hwa maka yang terjadi adalah semakin tidak ingin dia menerbangkan memori – memori indah bersama dengan Yong Hwa. Gila? Kupikir tidak. Semua orang pun pasti mengalami hal yang sama jika berada di posisi yang sama dengan Shin Hye. Bukankah sangat sulit untuk melupakan memori indah bersama dengan orang yang dicintai? Yang bahkan bisa membuatmu tidak sadar bahwa ada hari – hari esok yang masih harus dituliskan ceritanya seperti apa. Seandainya menghapus memori itu sangat mudah, Shin Hye pasti melakukannya. Tapi apakah mungkin? Dia bahkan sangat merindukan masa – masa itu.

Lebih mudah melupakan orang yang tak pernah hadir dalam setiap momen hidupmu dari pada melupakan mereka yang selalu ada untukmu tanpa mereka minta. Tapi kenapa hal itu baru disadari Shin Hye setelah Yong Hwa pergi? Kenapa penyesalan – penyesalan itu selalu hadir di akhir peristiwa? Kenapa waktu tidak dapat diulang kembali agar orang dapat mengubah jalan cerita yang tidak diinginkannya? Kenapa, kenapa, dan kenapa? Kata tanya yang selalu berputar – putar di pikiran seseorang. Pertanyaan yang terdengar seperti tidak menerima kenyataan hidup yang telah di jalani. Ya itulah sifat manusia, selalu menginginkan hal – hal baik tanpa mengalami kesulitan. Semua manusia pada akhirnya tahu, bahwa hari kemarin adalah sejarah yang harus menjadi pelajaran untuk melangkah berikutnya. Bahwa hari ini adalah anugerah indah yang harus di jalani dengan yang terbaik. Bahwa hari esok adalah misteri baru yang harus dinantikan dan diangankan akan seperti apa jadinya yang juga merupakan kesempatan baru untuk menjadi jauh lebih baik dari hari ini. Tapi kenapa kesalahan yang sama mengenai penyesalan itu terjadi berulang – ulang? Mungkin jawabannya adalah karena manusia kurang bisa mensyukuri dengan apa yang dia dapatkan. Tapi itu tidak penting, yang diinginkan Shin Hye saat ini adalah bisa menghapuskan memori mengenai Yong Hwa. Meskipun hal itu sangat sulit, tapi dia ingin kembali menjalani hidupnya dengan baik ke depannya. Mungkinkah waktu bisa mengobati perasaan ini tanpa menghapus memori indah ini?

Sore di tempat yang sama, di waktu yang sama, di hari yang berbeda dari sebelumnya. Shin Hye kembali mengenang dirinya bersama dengan Yong Hwa. Hari ini dia ingin mengingat senyuman Yong Hwa yang terus melekat di wajah pria itu. Senyum yang juga selalu mengiri kebahagiaanya.

Flashback On

Sabtu sore di musim semi di salah satu bangku di taman yang terletak di bawah pohon rindang, di sana duduk sepasang anak manusia bernama Shin Hye dan Yong Hwa. Mereka berteman dengan baik sejak tragedi dimana Yong Hwa menyelamatkannya dari peristwia kecelakanaan yang saat itu hampir saja Shin Hye ditabrak oleh sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sejak saat itulah mereka berteman dengan sangat baik. Shin Hye selalu menceritakan semua peristiwa sedih dan bahagia yang dia alami dengan kekasihnya. Dan Jung Yong Hwa,  pria itu dengan setia mendengarkan cerita dari gadis yang dia cintai itu.

“Lihat ini.”

“Cincin?”

“Ne.”

“Dari Jong Suk?”

“Ne.”

“Yongie, kau harus tahu apa yang telah terjadi semalam.”

“Apa yang terjadi?”

“Jong Suk melamarku tadi malam. Dia begitu romantis. Benar –  benar masih melekat di ingatanku bagaimana dia melamarku semalam.”

“Wow! Selamat! Kalau begitu impianmu menjadi nyata bukan?”

“Ne. Kau tidak mau memberi ku pelukan?”

“Ne. Kemarilah chingu-ya.”

Dan mereka berpelukan dengan erat. Yang tanpa Shin Hye sadari bahwa dalam tatapan Yong Hwa tersirat luka yang cukup dalam tapi tersembunyi dalam senyum lebar kebahagiaannya.

“Kau mau mendengar bagaimana cara dia melamarku semalam?”

“Tentu saja. Agar suatu saat nanti aku juga bisa melamar kekasihku dengan cara yang sama.”

“Apa itu? Mau melamar kekasihmu dengan cara yang sama? Cih, tidak kreatif.”

“Kau ingat kan, bahwa aku ini bukan tipe ptia yang romantis.”

“Hah… baiklah. Akanku ijinkan karena kau adalah sahabatku. Tapi ingat kau harus bercerita juga mengenai dia dan kenalkan kekasihmu itu padaku. Arraseo?”

“Ne, algaseumnida.”

Dan sore itupun mereka lalui dengan penuh senyum dan canda tawa yang penuh dengan kebahagiaan Shin Hye. Hari yang tanpa diketahui Shin Hye adalah hari terakhirnya bersama dengan Yong Hwa.

Flashback Off

Kilasan memori itu membuat Shin Hye tersenyum miris. Dia merasa bodoh. Menceritakan kebahagiaanya tanpa memedulikan Yong Hwa. Bahkan saat itu dia tidak mengetahui apapun tentang penyakit yang diderita oleh Yong Hwa. Hari yang tanpa dia ketahui adalah hari terakhir dimana dia bisa melihat senyum dan tawa Yong Hwa.


Geuriwo geuriwoso

Geudega geuriwoso

Meil nan honjasoman

Geudereul bureugo bullobwayo

Rindu. Hanya satu kata yang terdiri dari lima huruf itulah yang selalu mewakili perasaan Shin Hye terhadap Yong Hwa setiap detik di setiap harinya. Karena memang kerinduan yang membelenggu Shin Hye saat ini tidak dapat dibendung lagi. Dia sungguh merindukan pria menawan bergingsul itu. Satu – satunya cara untuk menyalurkan rasa rindu itu hanyalah dengan mengunjungi makam Yong Hwa seharian. Seperti saat ini. Seperti biasa di tanggal yang sama di hari meninggal Yong Hwa di setiap bulannya Shin Hye mengunjungi makam Yong Hwa seharian penuh. Apa yang dilakukannya? Hanya berbicara dengan batu nisan itu. Bercerita banyak mengenai kehidupan yang dia jalani, rasa rindunya terhadap Yong Hwa, dan perasaan cintanya pada Yong Hwa. Terkadang dia tidak pergi sendiri tapi ditemani oleh ibunya atau ibu Yong Hwa ataupun sahabat – sahabat Yong Hwa yang telah menjadi sahabatnya juga. Mereka yang melihat Shin Hye saat di makam Yong Hwa pasti merasa kasihan. Mereka tahu bahwa itu adalah perasaan bersalah sekaligus perasaan cinta Shin Hye kepada Yong Hwa tapi hal ini sudah terlalu jauh. Shin Hye harus kembali hidup normal. Namun mereka juga tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk Shin Hye. Hari ini Shin Hye pergi ke makam Yong Hwa sendirian tapi tanpa dia sadari dan ketahui Hyun Joong mengikutinya dari jarak tertentu melihat keadaan Shin Hye.

“Yongie, selamat pagi.”

“Yongie, hariku berjalan dengan tidak baik tanpa dirimu. Dan aku aku merindukanmu.”

“Oh ya, Hyun Joong oppa datang seminggu lalu tapi dia sibuk dengan pekerjaannya dan juga kata oppa So Min eonni akan datang minggu depan. Aku rindu berkumpul bersama – sama seperti saat – saat lalu. Kau tidak merindukannya?”

“Yongie, aku mau menghabiskan hariku lagi di sini. Kau mengijinkannya kan?? Jangan datangkan hujan seperti bulan lalu itu sangat menyebalkan untukku. Tapi jika itu terjadi aku tidak akan pergi karena hari ini aku membawa jas hujan dan juga payung. Kau juga tidak perlu khawatir aku sudah makan atau belum karena aku juga bawa bekal.”

“Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menyalurkan rasa rinduku padamu. Hanya di tempat ini aku bisa bertemu dan merasakan kehadiranmu.”

Hari ini hanya Shin Hye isi dengan berbicara dengan batu nisan Yong Hwa, duduk di pinggir makam, dan membersihkan makam Yong Hwa.

“Yong, hari sudah sore. Saatnya aku pulang tapi aku mau bernyanyi untukmu hari ini karena bulan lalu aku sudah berpuisi untukmu. Ku harap kau mendengarkannya.”

Neul ttokgateun hanure

Neul gateun haru

Geudega omneun gotmalgoneun

Dallajin geomneunde

Nan utgoman sipeunde da ijeundeusi

Amui aneun deut geuroke

Useumyo salgopunde

Geuriwo geuriwoso

Geudega geuriwoso

Meil nan honjasoman

Geudereul bureugo bullobwayo

Bogopa bogapaso

Geudega bogopaso

Ije nan seupgwanchorom

Geudea iremman bureuneyo

Oneuldo

Nan bonenjur-aratjyo da namgim-obsi

Anijyo anijyo nan ajik geundereul motbonetjyo

Oneuldo

Geuriwo geuriwoso

Geudega geuriwoso

Meil nan honjasoman

Geudereul bureugo bullobwayo

Bogopa bogapaso

Geudega bogopaso

Ije nan seupgwanchorom

Geudea iremman bureuneyo

Oneuldo

Saranghe sarangheyo

Geudereul sarangheyo

Maljocha mot-hagoso geundereul geuroke bonenneyo

Mianhe mianheyo

Nae mari deullinayo

Dwineujeun nae gobageul geuden deureul su isselkkayo

Sarangheyo…..

[Because I Miss You – OST Heartstring]

“Lagu itu yang kau ciptakan untukku saat kau meninggalkanku pergi ke US. Kau ingat? Dan perasaan itu juga yang aku rasakan setelah kau meninggalkanku sendiri.”

Airmata Shin Hye mulai meleleh setalah dia berusaha bertahan sejak tadi.

“Aku mencintaimu. Aku merindukanmu. Maafkan aku karena baru menyadari hal ini. Maafkan aku karena keterlambatanku mencintaimu. Tapi aku berterimakasih atas seluruh cinta tulusmu yang selalu kau berikan untukku. Itu indah. Sungguh sangat indah.”

“Aku pulang. Berbahagialah dan terus awasi aku, arraseo? Paypay~”

Dan Shin Hye pergi meninggalkan pemakaman Yong Hwa.

Kim Hyun Joong, pria itu pun kembali mengikuti Shin Hye dari jarak yang cukup aman. Benar yang selama ini kerabatnya katakan bahwa Shin Hye sudah terlalu jauh dengan perasaannya terhadap Yong Hwa. Tapi pasti sulit untuk membuat Shin Hye kembali berada di jalur yang tepat karena membalikkan perasaan orang tidak semudah membalikkan tangan. Perasaan manusia bukanlah hal yang mudah untuk dipermainkan dan direkayasa layaknya sebuah drama.


Bogopa bogapaso

Geudega bogopaso

Ije nan seupgwanchorom

Geudea iremman bureuneyo

Oneuldo

Hari telah berganti. Ya, memang hari terus berganti tanpa memedulikan sang manusia yang membuang waktu dan kesempatan berharga yang diberikan Tuhan dengan cuma – cuma. Keinginan untuk melihat orang yang sudah meninggalkanmu terus mengampiri sepanjang waktu.

Apa yang harus ku lakukan?? Dia sudah benar – benar tidak dapat ku temukan lagi dunia ini, dia benar benar telah meninggalkanku.

Tapi aku sungguh ingin melihatnya sebentar saja. Bahkan aku akan menerimanya meskipun itu hanya dalam bunga – bunga tidurku.

Kata orang, di dunia ini kita memiliki kembaran yang tak kita kenal di tempat berbeda. Adakah seseorang yang sepenuhnya menyerupai dirinya yang aku rindukan? Apakah hal itu benar – benar ada? Mungkinkah aku menemukan orang itu?

Tapi bahkan sampai saat ini tak dapat aku menemukan seseorang yang sepertinya. Entah sudah berapa kali aku melakukan perjalanan pekerjaan dan liburan ke benua – benua di dunia ini, tapi tak sekalipun ku temukan satupun orang yang menyerupai dirinya. Bahkan meskipun hanya sekilas, tidak ada seseorang yang menyerupai dirinya. Kau memang satu – satunya Jung Yong Hwa yang diciptakan Tuhan di dunia ini.

Kini yang bisa kulakukan hanya menyebut namanya di setiap saat aku merindukannya ataupun saat aku ingin melihat sosoknya di sisiku.

Dahulu, jika aku menyebut namanya dia akan menjawabku, jika aku menginginkan kehadirannya dia akan menghampiriku. Tapi kini hal itu mustahil. Seperti pungguk yang merindukan bulan. Tak akan pernah bisa terwujud sampai kapanpun hingga aku juga menyusulnya ke tempat yang sama dengannya.

Jung Yong Hwa, tak bisakah kau menemaniku lagi seperti hari – hari lalu? Hari – hari dimana kau terus bersamaku. Tertawa bersamaku, memelukku dalam dekapan hangatmu. Tak bisakah hal – hal seperti itu terjadi lagi?

Jung Yong Hwa, aku merindukanmu. Aku ingin bertemu denganmu. Sungguh. Bahkan meski itu hanya dalam anganku atau dalam bunga tidurku. Tak bisakah kau datang padaku melalui bunga tidur atau anganku? Hanya sebentar saja. Aku hanya ingin melihat wajahmu. Hanya ingin melihat senyum manismu yang hangat itu.

Jung Yong Hwa, kau harus tahu bahwa kau memiliki kesamaan dengan Cinderella. Kalian sama – sama membuat orang yang kau cintai dan mencintaimu terus menerus ingin bertemu denganmu. Kalian  juga meninggalkan sesuatu yang membuat orang yang mencintaimu dan kau cintai tidak dapat melepaskanmu yang membedakan hanyalah hal yang ditinggalkan itu. Jika Cinderella meninggalkan sepatu indahnya maka kau meninggalkan kenang indah. Perbedaan lainnya adalah jika si pemegang sepatu itu bisa menemukan kembali Cinderella sedangkan aku, aku tidak bisa menemukanmu di dunia ini.

Jung Yong Hwa… Jung Yong Hwa… Jung Yong Hwa… Hanya namamu satu – satunya yang bisa ku sebut sesuka hatiku. Nama yang menempel erat di hati dan pikiranku. Nama yang selalu ku sebutkan setiap hari tanpa pernah terlewat sehari sekalipun. Nama yang memberi begitu banyak kenangan indah yang tak bisa ku lupakan.

Bahkan dalam satu waktu ini sudah enam kali aku menyebut namamu dalam pemikiranku dalam anganku dalam lamunanku. Sampai kapan hal ini akan terjadi? Aku tak tahu. Bahkan aku berpikir lebih baik terus seperti ini daripada aku dipaksa untuk melupakan namamu. Jika suatu saat nanti ada pria yang mau menerima kenyataan bahwa di dalam hati dan pikiranku hanya ada namamu aku akan mempertimbangkan untuk bersama dengan dirinya dan mungkin aku akan mencoba mencintai dirinya sebagai mana kau mencintai diriku, aku mencintai dirimu, dan dirinya mencintaiku. Bukankah cinta butuh banyak pengorbanan? Bukankah cinta saling mengerti dan menghargai? Jadi, jika seseorang itu sungguh mencintaiku dia akan melakukan pengorbanan, mengerti, dan menghargaiku sebagaimana yang dirimu lakukan terhadapku saat itu. Kau lihat? Aku menggunakanmu sebagai ukuran untuk menjadi pendamping hidupku kelak meskipun sebenarnya pun aku ragu untuk benar – benar bisa mencintai orang itu kelak. Tapi sungguh, aku akan mencobanya jika hari seperti itu datang.

Aku ingin menyebut namanya sekali lagi untuk saat ini.

Jung Yong Hwa.


Nan bonenjur-aratjyo da namgim-obsi

Anijyo anijyo nan ajik geundereul motbonetjyo

Oneuldo

 

Flashback On

“Hye-ah, ada telepon dari Jung Ahjumma.”

“Ne, eomma.”

“Yeoboseo eommonim. Apa kabar?”

“Hye-ah, dengarkan aku baik – baik. Tolong tegar dan kuat.”

“Ada apa eommonim? Apa sesuatu yang buruk terjadi.”

“Yong Hwa. Dia telah meninggalkan kita beberapa menit yang lalu.”

“Apa maksud eommonim? Apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan padaku.”

“Jangan panik. Tetap tenang dan dengarkan aku.”

“Jelaskan padaku eommonim, apa maksud perkataan eommonim.”

“Kami pergi ke US untuk pengobatan Yong  Hwa yang tidak kau ketahui karena dia tidak mau kau mengetahui penyakitnya.Dia menderita penyakit sirosis hati[1] yang telah di deritanya sejak kecil yang membuatnya harus terus dikontrol dari kelelahan.”

“Kenapa tidak ada yang mengatakannya padaku? Sahabat seperti apa aku ini yang tidak tahu penderitaan yang menggerogoti sahabatnya.”

“Kau sahabat yang baik dan wanita yang dicintai Yong Hwa. Kau yang membuat Yong Hwa lebih berwarna.”

“Eommonim, kapan kalian akan kembali ke sini? Yong Hwa akan dimakamkan di sini bukan? Biarkan aku yang menyiapkan segalanya.”

“Ya, kami akan memakamkan Yong Hwa di Seoul dan kami akan berangkat tigapuluh menit lagi. Terimakasih karena sudah mau menyiapkan persiapan terakhir untuk Yong Hwa”

Shin Hye pun menyiapkan semua persiapan terbaik untuk pemakaman Yong Hwa. Dia menyebarkan berita ini kepada sahabat dan kerabat Yong Hwa yang dia kenali. Dan dia juga menjemput kedatangan Yong Hwa beserta Tuan dan Nyonya Jung di bandara.Pertama kali melihat Yong Hwa yang terbujur kaku dalam kotak cokelat yang berhiaskan ukiran detail yang berseni dia tidak dapat melakukan apapun. Bibirnya kelu, hatinya nyeri. Dia juga tidak dapat menangis, tapi dia sedih sangat sedih.

Prosesi sebelum pemakaman berjalan, satu persatu kerabat datang untuk memberikan penghormatan terakhir untuk Yong Hwa. Banyak yang menangisi kepergian Yong Hwa karena memang Yong Hwa dikenal sangat baik hati. Sedangkan Shin Hye dia duduk di ruangan itu di sisi yang sama dengan orangtua Yong Hwa. Dia hanya menatap kosong peti jenazah Yong Hwa dengan lelehan air mata yang membasahi kedua pipinya tanpa bersuara. Tapi dibalik itu semua dia menjerit – jerit dalam hati.

“Yong Hwa, kenapa kau pergi seperti ini? Kenapa kau meninggalkanku di saat aku membutuhkanmu untuk terus berada di sisiku? Kenapa kau tidak memberitahukanku mengenai penderitaanmu ini? Kau membuatku benar – benar tampak bodoh sebagi orang yang disebut sahabat. Pantaskah aku disebut sebagai sahabatmu?”

“Jung Yong Hwa! Jawab aku!”

“Jung Yong Hwa! Kau tidak boleh pergi! Kau harus bersamaku.”

“Yongie, dengarkan aku. Tolong bangunlah.”

“Yongie, ini sudah cukup. Kau membuatku takut.”

“Yongie, ayo bangun dan kita pergi ke taman.”

“Yongie, jika kau bangun aku berjanji tidak akan menangis lagi.”

“Jangan bercanda. Kau membuatku gila dengan seperti ini.”

“Bangun Jung Yong Hwa! Ku bilang bangun! Bangun! Ayo bangun!”

Semua prosesi pemakaman telah selesai terlaksana dengan lancar dan baik. Keluarga Yong Hwa dan Shin Hye berkumpul beserta dengan para sahabat Yong Hwa.

“Terimakasih atas kehadiran kalian dan bantuan kalian untuk pemakaman Yong Hwa.”

“Yong Hwa menitipkan surat untuk kalian. Satu surat untuk Shin Hye, satu untuk Hyun Joong dan So Min, dan satu surat untuk Jong Hyun, Jung Shin, dan Min Hyuk.”

Satu persatu dari mereka mulai membuka surat itu dan membacanya dengan seksama.

Dear Shin Hye,

Annyeong chingu-ya. My Diamond Girl. Nae Shinji.

Mungkin kau membaca surat ini saat aku telah beristirahat dengan tenang di makamku. Maafkan aku yang tidak pernah menceritakan keadaan tubuhku padamu. Jangan pernah berpikir bahwa kau adalah sahabat yang buruk. Sungguh kau adalah sahabat terbaik yang ku miliki selain tiga bocah tengik itu.

Hey, jangan menangis…

Karena aku berusaha keras melawan rasa sakit dan takut saat aku menulis ini.

Aku ingin kau tahu, bahwa kau adalah yeoja pertama dan terakhir yang bisa membuat hati kuberdebar. Tapi di saat yang sama kau juga yeoja pertama dan terakhir yang bisa membuatku menangis karena merasa sakit di bagian dadaku. Dan kau juga yeoja pertama dan terakhir yang menjadi motivasi kuat untukku sembuh dari penyakit sialan ini. Hanya sayang aku mengenalmu di waktu terakhirku sehingga motivasi kuatku tidak lagi berguna untuk kesembuhankiu.

Ku bilang jangan menangis. Jadi jangan menangis saat membaca surat konyol ini.

Oh ya, kau sudah membuka kotak yang ku titipkan pada eomma? Kotak itu berisi sepasang gantungan boneka beruang yang memegang alat musik gitar. Gantungan itu merupakan pasangan dari gantungan beruang yang memegang alat musik gaya-geum yang pernah ku berikan padamu. Kau ingat? Gantungan yang kita beli saat kau pertama kalinya menangisi namja yang kau cintai itu. Aku selalu memakainya untuk ponselku, tapi tidak denganmu. Perasaanku saat itu sedih, itu seperti penolakan langsung bahwa kau tidak mencintaiku. Lupakan saja itu sudah sangat lama terjadi.

Sekarang ku katakan padamu, jangan merasa bersalah.

Penyakitku dan kematianku bukanlah kesalahanmu. Semua itu tidak ada hubungannya denganmu karena sebelum mengenalmu pun penyakit ini sudah menggerogotiku. Penyakit sialan yang sudah menggerogotiku ini. Kau tahu? Penyakit ini disebut sirosis hati menciptakan kerusakan pada sel hati sehingga hati tidak berfungsi dengan baik yang menyebabkan tubuh tidak dapat bekerja dengan baik pula. Yang pada akhirnya akan membuat si penderita meninggal dunia. Salah satunya aku.

Jangan mengatakan aku bodoh.

Aku tidak bodoh. Kau tahu itu. Aku laki – laki pintar yang sangat pintar menyembunyikan berbagai hal. Contohnya, ya penyakit sialan ini dan juga perasaanku padamu. Jadi kalau mau mengatakan bodoh itu adalah dirimu. Hahahaha. Jangan dianggap serius. Sungguh, aku tidak ingin kau merasa kasihan padaku hanya karena penyakit sialan ini. Aku hanya ingin menghabiskan sisa waktuku bersama dengan wanita yang ku cintai dengan kenangan – kenangan indah.

Jangan mengatakan dirimu tak berguna.

Kau sangat berguna, terutama untuk ku. Mungkin tanpa kehadiranmu aku sudah meninggal berbulan – bulan lalu tapi nyatanya aku berhasil hidup sampai kau bertunangan dengan pria yang kau cintai itu. Aku bahagia, karena di saat – saat terakhirku aku melihatmu tersenyum bahagia. Sangat bahagia. Senyum yang selalu ku nantikan akan menjadi senyum yang tercipta karena diriku meski kenyataannya tidak.

Ayo bermain untuk terakhir kalinya!

Kita bermain kata. Menggunakan tiga kosa kata, yaitu: maaf, terimakasih, dan cinta.

Aku duluan!

Maaf, maafkan aku karena aku menutupi penyakitku ini dari dirimu. Aku menganggap ini sebuah white lie meski aku tahu pada akhirnya kau tidak menerima bahwa ini sebuah white lie. Seperti katamu, kebohongan hanyalah sebuah kebohongan apapun alasannya. Sungguh, aku hanya tidak ingin melihatmu bersedih dan kasihan karena diriku.

Terimakasih, terimakasih atas memori – memori indah kebersamaan kita yang baru saja tertulis beberapa tahun ini. Sungguh, beberapa tahun belakangan ini adalah kehidupan terindah yang pernah ku jalani. Karena bertemu, berteman, dan mencintaimu adalah anugerah terindah dari Tuhan yang pernah ku terima selama hidupku.

Kata terakhir. Cinta… Cinta, satu kata dengan lima huruf. Kata yang sederhana  dan penuh dengan arti. Kata sederhana yang membuat hidupku lebih indah. Kata sederhana yang pertama datang ketika aku pertama kali bertemu denganmu. Ya, aku mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu saat aku menolongmu saat kau hampir tertabrak sebuah mobil. Kau ingat? Orang itu adalah aku. Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu. Kalimat yang sangat indah dan hanya berani dan bisa ku lantunkan dalam bentuk tulisasan jelek ini.

Park Shin Hye, aku mencintaimu. Sungguh, aku mencintaimu sampai saat terakhirku.

Hiduplah bahagia, dan biarkan aku pergi dengan tenang. Kau tahukan bahwa aku selalu khawatir jika kau selalu menangis. Jadi jangan buat aku khawatir lagi.

Aku sudah lelah menulis ini. Setelah menulis surat untuk yang lainnya.

Sampai jumpa di lain waktu, jika aku masih mampu.

Flashback Off

Kenangan itu terputar secara otomatis di pikiran Shin Hye saat ia menggenggam sepasang gantungan kunci boneka beruang yang memegang alat musik gaya-geum dan gitar. Gantungan kunci yangt dibelikan Yong Hwa saat mereka berjalan – jalan di taman hiburan. Air mata Shin Hye lagi – lagi menetes dengan lancar dari sudut – sudut mata bulat nan indah itu. Tidak hanya isi surat itu yang ia ingat tapi juga ingatannya mengenai kencan pertamanya dengan Yong Hwa. Kencan pertama yang dilakukan untuk menghibur dirinya. Tidak, dia masih belum bisa membiarkan bayang – bayang Yong Hwa pergi dari hidupnya sampai saat ini. Meskipun secara rasionalitas kemanusiaannya membiarkannya pergi untuk selamanya, nuraninya menolak keras itu.


Saranghe sarangheyo

Geudereul sarangheyo

Maljocha mot-hagoso geundereul geuroke bonenneyo

Terkadang hal penting itu teringat di bagian terakhir dan sering kali terlupakan. Dan ketika hal penting itu terpikirkan kembali semua sudah tak ada artinya lagi. Seperti beberapa waktu ini, waktu – waktu dimana Shin Hye baru mengetahui bahwa dia mencintai Yong Hwa yang juga mencintainya. Tapi meskipun semua orang tahu akan hal itu, itu tak berguna lagi. Kini Yong Hwa telah tiada dan perasaannya itu hanya seperti papan peringatan jalan yang tak terlihat karena tertutupi rindangnya pohon. Sebesar apapun perasaan cintai Shin Hye itu, bagaimanapun dia mengumandangkan perasaannya keseluruh pelosok terpencil yang juga terasing dari dunia, atau mungkin perilaku yang merefleksikan rasa cintainya pada Yong Hwa yang sangat ekstrem pun tidak berguna lagi. Yong Hwa sudah tidak ada lagi, dia tidak akan mengetahui perasaan apa yang dimiliki Shin Hye. Bahkan meskipun Shin Hye memberitahukan hal itu kepada Shin Hye semua orang rasa itu hanya membuang tenaga saja semua sia – sia karena Yong Hwa tidak bisa merasakan perasaan cinta Shin Hye lagi.

“Aku mencintaimu Yongie. Sangat mencintaimu.”

“Apa kau mendengar ini?”

“Aku bilang aku mencintaimu. Aku sungguh mencintaimu. Seperti kau mencintaiku.”

Gumaman pernyataan cinta itu terdengar memilkukan di telinga orang lain. Meski tak ada airmata yang mengalir tapi ini tetap terdengar memilukan bahkan lebih dari ketika mendengar Shin Hye menangis.

“Aku terlambat.”

“Dia tidak bisa mendengar pernyataan cintaku.”

“Apa aku haru menyusulmu yong?”


Mianhe mianheyo

Nae mari deullinayo

Dwineujeun nae gobageul geuden deureul su isselkkayo

Sarangheyo…..

Setelah kata cinta yang tak berguna lagi dikumandangakan ada kata lain juga yang bernasib sama dengannya. Itu adalah kata maaf, berjuta – juta kalipun seseorang mengatakan  maaf jika orang yang dimintai maaf itu telah tiada maka semuanya tak beguna. Berjuta – juta kalipun seseorang menghukum dirinya karena penyesalan untuk kesalahan yang diperbuat jika orang yang dimintai maaf itu telah tiada, semuanya tidak akan berguna karena itu hanyalah menyakiti diri sendiri. Tapi itulah manusia, selalu merasa perbuatannya adalah benar ketika mereka dalam keadaan depresi.

“Yongie, kini giliranku bermain kata.”

“Dengarkan aku.”

“Seperti katamu, aku juga akan menggunakan kosakata maaf, trimakasih dan cinta.”

“Maaf, maafkan aku yang telah menyia – nyiakanmu saat itu. Sungguh aku memang bodoh karena perasaan bodoh yang ku kira cintai ini pada pria yang berulang kali menyakitiku tanpa rasa sesal. Maafkan aku yang tak menyadari perasaan tulusmu itu. Maafkan aku yang tak menemanimu di saat – saat terakhirku.”

“Terimakasih, terimakasih atas semua kenangan indah yang kau tinggalkan dalam ingatanku. Terimakasih karena tetap tulus mencintaiku meski aku tidak memedulikan perasaanmu. Terimakasih karena terus berada di sisiku di setiap  saat aku membutuhkanmu.”

“Cinta. Ya, aku mencintaimu. Dan aku rasa rasa cintaku untukmu sama besarnya dengan cintamu untukku sampai aku tidak bisa membiarkan kepergianmu sampai dengan saat ini. Aku mencintaimu. Sangat sangat mencintaimu.”

“Giliranku selesai. Aku harap kau bisa mendengarnya di sana.”

Perasaan cinta kadang sulit untuk disadari karena manusia begitu banyak memiliki emosi – emosi lain dalam dirinya oleh karena itu sering kali perasaan cintai diartikan menjadi perasaan lain. Tapi ketika orang yang mencintai dan dicintai tanpa sadar itu pergi dan saat itu baru kau menyadari bahwa perasaanmu itu adalah cintai, maka kau terlambat. Jadi, jangan sia – siakan mereka yang memiliki perasaan positif terhadap dirimu. Pekalah terhadap orang – orang di sekitarmu agar kau tidak menyakiti dan tersakiti oleh orang – orang itu. Sebelum kau menyesal, seperti Shin Hye yang menyesali dirinya.

END!

Cie kelar. Comment after you read this strory. Thank you and sorry for typo(s).

Love you!

15 thoughts on “[SONGFICT || ONESHOOT] Because I Miss You

  1. Penyesalan selalu datang terlambat….. kisah yang sangat dan amat menyedihkan, cinta tulus Yonghwa dibawa hingga mati…..
    Dan tanpa sadar baca FF ini hingga meneteskan air mata…..
    Ditunggu FF berikutnya Saeng….

  2. trz bgmn nsb shin hye….
    bkin squelnya dong…
    kerasa banget gmn prsaan shin hye…
    cnt tnp syarat..
    trm ksh atas ff nya..dtgg kry slnjutnya..
    gomawo

Leave Your Comments Juseyo ^^