Boy’s Problem [Chapter 2]

boyslmnabil

a teen romance-comedy story by slmnabil

starring Kim Jongin of EXO and Kim Yura [OC/ You]

poster by Jungleelovely @posterchannel

previous

“Baekhyun mengatakan sesuatu yang aneh hari ini. Ia bertanya, apakah aku bahagia?”

“Gamophobia.”

“Belajar dari mana? Menjadi menjijikan seperti itu?”

Sehun merecoki Yura begitu selesai dengan kameranya. Setelah melarikan diri dari kandang Guru Na, Yura pergi ke ruang kelas untuk berkumpul dengan kacung-kacungnya. Begitulah ia menyebut mereka, she’s so bossy.

Chanyeol, Baekhyun dan Sehun duduk melingkarinya saat gadis itu merekam, jadi segala yang dilakukan oleh Kim Yura jelas terlihat. Dan jujur saja, mereka sampai merinding melihatnya.

Bagaimana bisa gadis macam ini berubah menjadi ‘perempuan’ di saat kepribadiannya sama sekali tidak seperti itu? Mereka pernah mendengar tentang cinta yang merubah segalanya, namun pikirnya tidak akan berlaku untuk Nona Kim ini.

“Baekhyun,” sahut Yura singkat menunjuk Baekhyun dengan dagunya sembari menurunkan ponsel miliknya.

Sontak perhatian kedua manusia itu berpindah seluruhnya kepada sang objek pembicaraan baru. “Kau…mengajarinya yang seperti itu?” kata Chanyeol.

Baekhyun terlihat santai saja mengangguk, ia hanya mengatakan Yura memerlukan sedikit Midas Touch-nya. Baekhyun bilang cara meluluhkan pria itu tidak sulit-sulit amat, apalagi Kai memang sudah dekat dengan Yura.

Baekhyun sudah direkrut untuk menjadi gurunya untuk tiga tahun ini. Ia membual tentang memiringkan ponselmu sekitar 45 derajat dan tunjukkan wajahmu mendekati lensa. Ah dan jangan lupakan tentang menggerai rambut dan bertindak sedikit imut –ini yang tersulit.

Hasilnya? Nihil. Baekhyun sampai berpikir kalau Kai ternyata penyuka sesama jenis. Sinting memang.

Di antara mereka bertiga bisa dibilang Byun Baekhyun adalah yang paling perduli. Chanyeol dan Sehun terlanjur mual dengan bualan-bualan Yura tentang ‘suaminya’ yang terkadang dilebih-lebihkan.

Terang saja, siapa lagi yang memberi pengumuman di setiap speaker yang ditemuinya? Tentang lelaki yang masih dipertanyakan kesudiannya untuk setidaknya memberi perhatian lebih kepada Kim Yura.

Seluruh penghuni sekolah, bahkan batu di pelataran pun tahu bahwa Kim Yura menyebut-nyebut Kai akan menikah dengannya, bahwa mereka memang berjodoh. Pun dengan keluarga besarnya, Yura memberitahu mereka semua tentang Kim Jongin dan sampai ke titik dua kali penolakan yang menyedihkan.

Katanya ini adalah tindakan pencegahan, karena semakin banyak orang yang tahu Kai tidak akan bisa lepas semudah itu kalau-kalau Yura ingin menyatakan cintanya lagi.

Namun pertanyaannya, apakah sasaran deklarasi itu memang benar-benar mendengarkan? Saat setiap kali Yura melakukan pidato mereka selalu mengatakan hal yang sama. Memangnya ia sudi menikah dengamu?

“Ayo, kita selamatkan suamiku.”

Chanyeol mendesis dan tanpa beralih  dari video game-nya, tak sadar ia mengatakan ini. “Serius, jangan menyebutnya suami-suami seperti itu lagi. Kau tidak punya harga diri.”

Baekhyun dan Sehun menoleh ke arahnya dan Yura bersamaan dengan penuh antisipasi. “Manusia ini memang ingin mati,” kata Sehun.

“Apa?” tanya Chanyeol dengan ekspresi anak kucingnya. Kalian tahu ‘kan? Berpura-pura bodoh?

Ia mencuri lihat ke samping kanannya, jika tidak salah lihat rahang Yura sudah mengeras dan wajahnya sedikit merah padam. Dan Chanyeol tahu bahwa ini adalah sinyal bahwa ia harus segera melarikan diri sebelum Yura benar-benar mengamuk.

Chanyeol meraih ranselnya tanpa suara sebelum melesat keluar kelas, meninggalkan sekolah yang sudah jarang penghuni ini. Kebanyakan dari mereka langsung berkemas dan kembali ke rumah setelah bel bubar sekolah berbunyi, jadi Kim&Gank bisa menjadikannya sebagai markas.

“PARK CHANYEOL AWAS KAU!”

Jika ditanya apakah Guru Na lebih baik dari gadis transgender ini, maka Baekhyun dan Sehun akan menjawab ya. Namun jika siapa yang menanyakannya adalah Yura, mereka pasti menjawab tidak.

“Kalian berpikir aku seperti itu? Tidak punya harga diri?”

“Tergantung dilihat dari sudut pandang siapa. Gadis-gadis lain mungkin ya, tapi untuk lelaki… mereka bisa berpikir kalau kau hanya gigih? Mungkin?”

Yura memutar bola matanya. “Oh Sehun memangnya kau bukan lelaki, eh? Sulit sekali menjawabnya.”

“Ayo kita bertaruh.” Baekhyun masuk ke dalam perbincangan. “Kim Yura kau mengaku pada Kai untuk terakhir kalinya dan jika ia tetap menolak, tinggalkan.”

Yura mendadak histeris. “Kalian gila? Terakhir kali saja ia sama sekali tidak mau bertemu denganku? Memangnya aku sinting sampai melakukannya lagi?”

“Dua tahun itu tidak sebentar, dan tidak ada yang berubah bukan? Kai menerima keberadaanmu, namun jika kau masuk lebih jauh ia akan menghindar. Selalu seperti itu.”

“Seharusnya kau sadar, bahwa ini adalah kesempatanmu untuk berhenti. Sudah saatnya kau bahagia, jika bukan Kai pasti orang lain,” bubuh Sehun.

“Tapi..aku bahagia.”

Gadis itu ragu-ragu. Baekhyun melihat gerak-geriknya sejak tadi, bagaimana Yura memperhatikan perkataanya dan Sehun dan bagaimana ia bereaksi. Jujur saja, Baekhyun tahu bahwa Yura pun berpikir bahwa tidak ada yang salah dengan yang dikatakannya dan Sehun.

Dan ia sadar ketika Yura mulai menangis.

Baekhyun merangsek maju, menarik dirinya untuk lebih dekat dan menempatkan diri tepat di hadapan gadis itu dengan posisi berdiri. Ia menarik tengkuknya, membuat Yura bersandar pada tubuh bagian depannya.

“Pulang, istirahat. Setelah kau lebih tenang, bercermin dan tanyakan pada dirimu sendiri. Apakah aku benar-benar bahagia?”

“Aku akan mengantarmu pulang,” Sehun ikut menyahuti sembari menepuk punggung Yura lembut.

Yura mendongak, dan titik-titik air matanya masih tampak jelas. “Kai, keluarkan dia terlebih dahulu. Aku sudah berjanji.”

Baekhyun tampak menarik napas berat, menimbang-nimbang apakah ia harus mengatakannya atau tidak. Tapi jika Yura tidak mengetahui apa-apa, ia akan merasa dibodohi.

Sehun memutuskan untuk menggeser perannya. “Kai di tempat parkir sekarang. Chanyeol mengirim pesan, katanya ia bersama seseorang.”

Percaya atau tidak, Sehun mengatakannya hati-hati sekali. Seperti menyebutkan nama Kai bisa membuat Yura seakan ditebas hanya karena kepakan sederhana burung merpati, sedang Yura terlihat menatapnya dengan penuh pertanyaan.

“Seorang gadis.”

“Siapa?”

“Seol Cheonsa, siswa kelas 10A. Adik kekasih kakakmu.”

***

Ia merasa dicurangi. Sudah cukup dengan pengabaian dua tahunnya, Kai sudah keterlaluan. Meski kerap kali Yura merasa sikap Kai padanya terbilang semena-mena, namun pria itu tidak pernah sejauh ini.

Ia memang dekat dengan banyak gadis, Yura tahu itu. Tapi lebih memilih mereka dibanding dirinya, Kai bilang ia tidak akan melakukan itu. Berkali-kali ia mengatakan bahwa ia hanya kasihan melihat Yura yang sudah sejauh ini, namun itu bahkan lebih baik dibanding dicampakkan seperti ini.

Yura tahu siapa seorang Kim Jongin itu. Dia tidak memiliki adik yang bisa diajaknya bermain-main untuk sekedar mengerjai Yura. Dan sialnya Kai pernah bertemu dengan Cheonsa saat ia mengajaknya ke acara keluarganya, saat Kim Youngkwang memperkenalkan kekasihnya.

“What the hell are you doing right now?”

Kai menoleh begitu suara khas Kim Yura tertangkap gendang telinganya. Ia teringat soal pesan Yura tadi, ia ingin tersenyum namun sesuatu menahannya untuk tidak melakukan itu. Kai sudah berjanji.

You dated her? Kai, is it even make sense? You lied to me! Kau bilang kau akan memikirkanku terlebih dahulu dibanding gadis lain!”

Yura adalah seseorang yang bisa melompat ke konklusi yang diinginkannya. Dia menjadi sensitif perihal Kim Jongin untuk waktu yang lama, dan tentu saja melihat Kai berdampingan dengan seseorang yang bukan dirinya, spekulasinya bisa meliar.

“Hey hold on, listen to me.”

Kai tidak tahu, Yura bisa menangis. Dan dirinya adalah penyebab kenapa gadis seceria itu bisa berubah menyedihkan seperti ini. He just like a real coward.

“Why I should listen to someone who never listen to me? God, how can it always me who run after you?”

Pria itu tidak bisa melakukan apapun, sama halnya dengan Baekhyun dan Sehun yang terpaku melihat pemandangan yang tak biasa ini. Satu-satunya orang yang bisa mengendalikan dirinya dengan baik hanyalah Seol Cheonsa, subjek yang menyebabkan semua ini dimulai.

Dan dia secara sadar menarik lengan Kai, pikirnya ia bisa menenangkannya dengan melakukan itu. Sialnya, Yura tidak sebenci itu sampai harus melepaskan pandangannya dari Kim Jongin. Ia melihat semuanya.

“Kai it’s over, I’m suck. Thanks to you I can rest.”

Yura memutar tubuhnya membelakangi Kai, dan mulai mengambil langkah berlawanan. Baekhyun dan Sehun melakukan hal serupa, meninggalkan Kai yang masih terpaku di tempatnya berdiri.

“Suatu saat ia akan mengetahuinya Kai, apa yang harus kau korbankan untuk sampai di titik ini.”

Begitulah kira-kira yang Seol Cheonsa katakan.

***

Mereka melangkah lebih dekat dengan Yura, kemudian Sehun menempatkan lengan kanan di sekitar bahunya. Ia tersenyum, sebelum mengatakan, “Tidak apa-apa, kau memiliki aku bukan?”

“Aku benar-benar akan membunuh Park Chanyeol,” ujar Yura penuh penekanan.

Baekhyun tidak menyangka, balas dendam bahkan masih sempat terlintas di benaknya di saat-saat vital seperti ini. Ia mengira Yura akan menangis semalaman karenanya, namun syukurlah ia tidak perlu begitu khawatir tentang gadis ini.

Sehun mengerti betul arah pikiran Yura. Alasan ia menyimpan dendam pada Park Chanyeol hanya satu, karena si bodoh itu memberitahunya. Yura berpikir bahwa pihak yang benar-benar bersalah adalah Chanyeol, dan sejujurnya Kai hanyalah pelampiasannya saja. Yura tidak benar-benar ingin berakhir dengan Kai. Sehun berani bertaruh kalau besok Yura akan kembali mengemis meminta dijemput oleh Kai.

Saat mereka tengah santai berjalan di sekitar trotoar menuju shelter bus, sebuah mobil melintas dan berhenti beberapa langkah tak jauh. Oh tentu saja Baekhyun dan Sehun tidak perlu bertanya lagi siapa sosok di balik kemudi itu.

“Yura?” katanya saat mereka melenggang.

Yura menoleh, kemudian menunjukkan senyum canggung saat ia sadar siapa yang memanggilnya. “Sonsaengnim!”

Dia adalah Choi Siwon, pelatih klub teater yang Yura ikuti. Yura adalah ketua dari organisasi dan karena posisinya ia menjadi sering bertemu dengan Siwon. Seperti itulah mereka menjadi dekat.

“Mau kuantar pulang?”

“Tidak usah, aku bisa pulang bersama mereka,” sahutnya sembari menunjuk Baekhyun dan Sehun.

“Ada sesuatu yang perlu kudiskusikan, dan sepertinya harus segera diselesaikan. Tentang pementasan ulang tahun sekolah.”

Yura menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, jelas sekali jika ia mulai melakukan itu Yura pasti merasa ada sesuatu yang tidak sesuai. Seingatnya mereka sudah menyelesaikan pembicaraan tentang pementasan itu minggu kemarin, bersama-sama dengan semua anggota. Pikirnya mungkin ada peninjauan ulang atau semacamnya, jadi ia setuju saja untuk masuk ke mobil milik Siwon.

Namun ketika Baekhyun dan Sehun baru saja hendak menyentuh gagang pintunya, Siwon cepat-cepat mengatakan, “Bisakah kalian membiarkan kami berdua saja? Pertujukan ini akan menjadi kejutan.”

Dengan terpaksa Baekhyun dan Sehun menurut saja saat Siwon secara terang-terangan mengatakan dirinya tak mau diganggu dengan keberadaan mereka. Bahkan sampai refleksi mobil semakin mengabur mereka masih saja membatu di tempatnya.

Baekhyun, Chanyeol, dan Sehun selalu saja mencurigai pria yang satu itu.

***

Youngkwang tidak berpikir menganggu adiknya adalah tindakan yang tepat saat ini. Manusia itu terlihat lesu sekali bahkan setelah ia melihat Siwon mengatarkannya pulang. Youngkwang pernah sengaja memeriksa buku catatan teater milik Yura, dan setelah Kai sketsa Choi Siwon-lah yang paling banyak ia temui.

Sebagai kakak yang baik –setidaknya untuk hari ini- Youngkwang akan membiarkan Yura mengalami malam yang tenang, pada awalnya. Namun mengingat percakapannya dengan Kai siang tadi membuatnya berpikir ulang.

“Tidak mungkin ‘kan Kai menyetujui kondisi yang kuberikan begitu saja?”

Jadi Youngkwang memutuskan untuk mengunjungi kamar adiknya sejenak, setidaknya ia harus memastikan bahwa apa yang ia syaratkan kepada Kai tidak akan membuat Yura terluka. Begini-begini Youngkwang juga menyayangi adiknya, hanya dia tidak tahu cara menyampaikannya saja.

“Kim, mengapa suamimu tidak mengantarkan pulang?” tanyanya sembari menutup daun pintu perlahan.

Di dalam, Yura tampak tengah mengeluarkan pakaian tidur dari lemarinya tanpa minat. Aneh, Youngkwang tentu saja berpikir itu aneh. Yura ‘kan selalu kehilangan kendali jika ia menanyakan tentang Kai, namun kali ini adiknya terlalu tenang.

“Kau tidak perlu tahu. Bahkan jika aku mengatakannya kau tidak akan mengerti, kau ‘kan bodoh.”

“Aku tidak tahu saat sedang bersedih pun kau bisa mengumpat.”

Youngkwang mengambil tempat di tepi ranjang, meraih bantal guling Yura dan memainkannya tak jelas.

“Keluar.”

“Tidak perlu galak begitu. Kau perlu tahu bahwa aku tidak akan tidur semalaman.”

“Lalu?”

“Siapa tahu kau membutuhkan teman bicara atau semacamnya, datanglah-“

“Tidak perlu. Sekarang keluar, aku tidak mau diganggu.”

“Seseorang yang patah hati selalu saja begini.”

Youngkwang sebenarnya tidak bermaksud mengatakannya, namun Yura terlanjur mendengarnya. Air wajahnya berubah masam, ia perlahan mendekat kemudian menempatkan diri di samping kakaknya.

“Aku tahu kau dekat dengan Kai, sekarang beri tahu aku apa saja yang ia katakan.”

“Ti..tidak! Aku bahkan tidak memikirkannya hari ini. Temanku! Ia sedang patah hati, karena itulah ya…kau tahu terbawa sampai rumah.”

Garis bawahi, Kim Yura mudah sekali dibodohi. Ia percaya saja saat Youngkwang mengatakan itu meski gelagatnya jelas-jelas menunjukkan bahwa ia berbohong.

“Oke ceritakan saja tentang temanmu.”

“Begini, ia dikejar-kejar oleh seorang gadis untuk waktu yang cukup lama. Namun ia memiliki penyakit Gamophobia, ketakutan untuk menikah, pacaran atau berkomitmen dengan seseorang. Ia memang menyukai gadis itu namun saat ia mendengar pengakuan, perasaannya bisa hilang begitu saja. Jadi ia menjalani pengobatan dengan mengencani gadis lain, ah perlu diingat kalau ini pura-pura.”

“Lalu ia berpikir bahwa ia bisa kembali pada gadis itu lagi saat sudah sembuh? Jangan harap, ia pasti terluka sekali dan merasa dicurangi.”

“Benar! Tentu saja pria itu tidak pantas lagi, bukan? Jadi dokternya mengkondisikan kalau sudah sembuh ia tidak boleh kembali lagi pada gadis yang mengejarnya.”

“Kenapa dokternya perduli sekali?”

“Dokter itu adalah kakak dari gadis yang mengejarnya.”

Ayolah, bodoh jika anak ini tidak mengerti juga.

Yura tampak berpikir lebih keras dari biasanya, mencerna perkataan kakaknya mungkin memang sesulit itu. Youngkwang berharap dalam diam, sinyalnya harus sampai, sama sekali tidak boleh ada kerusakan di sistem milik Yura.

Jika ini berhasil setidaknya Yura tidak akan merasa seburuk itu. Ia hanya harus tahu bahwa Kai tidak sesempurna yang ia pikir, dan adiknya ini harus mengerti kalau Kai sakit.

“Kalau begitu,” Yura mengambil jeda sejenak, Youngkwang semakin mengantisipasi perkataan gadis itu selanjutnya. “Katakan pada temanmu, semoga cepat sembuh.” Ia mengatakannya sambil tersenyum.

Kim Yura kumohon, tidak bisakah kau menjadi lebih pintar sekali ini saja?

tbc-

—–

NEXT CHAPTER PREVIEW : MASK

“Menilai seseorang itu bukan dari apa yang kau lihat, namun dari apa yang ia ingin tunjukkan kepadamu. Meskipun itu sulit.”

4 thoughts on “Boy’s Problem [Chapter 2]

  1. jadi kai punya phobia/sakit…
    ihh sumpah yura bodoh banget jelas kalo yg di ceritain itu kai…
    ahk ini blum update lagi yah??

  2. jadi kai punya phobia/sakit…
    ihh sumpah yura bodoh banget jelas kalo yg di ceritain itu kai…
    ahk ini blum update lagi yah??

  3. Ampun deh ga tahan, ketawa melulu..apa coba masih aja ga ngerti sama object yang diceritakan kakak sendiri. Dasar…! kim Yura…difficult banget ya otaknya, harus mikir keras begitu !lanjut thor, nunggu banget ff yg ini. Mian buat chapter satu aq ga komen tapi aq baca. Pengakuan seorang sider.

Leave Your Comments Juseyo ^^