[SEG Event] Reprisal

(Tema : Jurnalistic)

^

Cast : Park Jiyeon – Kim Jongin  Kim Taehyung

^

Genre : Romance, Thriller

Length : Oneshoot

^

If you tell the truth, you dont have to remember anything.

Mark Twain

^

Cerita ini terinspirasi dari seorang jurnalis bernama Gary Webb

^

Karakter dan peristiwa dalam cerita ini tidak nyata. Jika ada kesamaan itu hanyalah kebetulan semata.

^
Tugas seorang jurnalis adalah mencari informasi yang terbukti kebenaranya. Demi mencapai tujuan itu, tak jarang seorang jurnalis membahayakan nyawanya demi mendapatkan berita yang up to date. Itulah yang dilakukan Jiyeon saat ini. Gadis yang bekerja di sebuah koran The Korea Times sedang mencari informasi mengenai dugaan konspirasi gembong naekoba terbesar di Korea Selatan bernama Supernova dengan badan Intelijen NIS.

Jiyeon tak habis pikir NIS yang merupakan badan intelijen korea seharusnya bertugas menjaga keamanan nasional malah memiliki koneksi dengan Supernova yang merupakan musuh negara. Karena itulah saat ini Jiyeon berada di sebuah pasar dan sedang membuntuti seorang lelaki yang diduga salah satu anggota Supernova.

Dari info yang di dapatkan lebih tepatnya dicurinya dari Choi Siwon selaku Redaktur pelaksana, lelaki berkulit seputih susu itu bernama Oh Sehun. Dia adalah salah satu anggota Supernova yang sering muncul di publik. Namun meskipun sering muncul tak ada satu pun penegak hukum yang menangkapnya.

Langkah kaki Sehun terhenti dan Jiyeon segera bersembunyi di kerumunan ibu-ibu yang membeli sayuran. Gadis itu menjulurkan kepalanya dan mengintip Sehun yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu lelaki bersurai pirang itu memilih jalan ke kanan dan memasuki sebuah gang. Segera Jiyeon kembali membuntuti lelaki itu lagi.

Tak ada yang menyangka di dalam gang sempit dan jarang dilewati orang itu ada sebuah kedai kecil. Jiyeon bersembunyi di balik pintu lalu mengintip ke dalam. Nafas Jiyeon tertahan saat melihat lawan bicara Sehun yang duduk di hadapannya. Lelaki itu bernama Kim Kangin, dia adalah badan eksekutif NIS.

“Jadi benar NIS dan Supernova memang bekerjasama.” Gumam Jiyeon.

Gadis itu meraih ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Dia mengambil foto-foto Sehun dan Kangin yang sedang membicarakan sesuatu. Sayang sekali jarak Jiyeon dan mereka jauh sehingga dia tak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Setelah mendapat beberapa foto Jiyeon segera mengirimnya pada Siwon beserta lokasi di mana foto itu diambil. Saat mendongak Jiyeon tak lagi menemukan keberadaan Sehun. Hanya Kangin saja yang dusuk seraya menikmati teh. Gadis dia mengedarkan pandangan di seluruh sudut kedai itu, namun sosok Sehun seakan lenyap begitu saja.

“Kau mencariku?”

Suara bariton itu mengejutkan Jiyeon dan hampir saja gadis itu menjatuhkan ponsel di tangannya. Penekanan kata dalam suara Sehun mampu membuat tubuh Jiyeon bergetar. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan mendapati Sehun hanya berjarak beberapa meter saja.

“Tidak. Aku tidak mencarimu. Aku mencari temanku.” Jiyeon segera beranjak dari tempat itu. Gadis itu tahu nyawanya dalam masalah jika Sehun mengetahui tujuannya.

Namun belum sempat meninggalkan gang itu seorang gadis mengenakan kaos putih dan dipadankan dengan jaket kulit berwarna coklat berjalan menghampirinya.

“Jika kau sayang nyawamu, kau tidak akan menerbitkan foto yang baru saja kau ambil Jiyeon-ssi.”

Tubuh Jiyeon membeku mendengar Sehun menyebutkan namanya. Gadis itu menoleh dan seketika tubuhnya merinding hebat melihat salah satu sudut bibir Sehun terangkat. Lelaki itu lebih cocok disebut dengan pangeran iblis dengan senyuman menawan sekaligus mematikan itu.

“Kali ini aku akan mengampuni nyawamu Park Jiyeon. Tapi jika kau masih bermacam-macam dengan Supernova, maka tak akan ada lagi gadis bernama Park Jiyeon.” Ancam Sehun.

Jiyeon tak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia segera berlari melewati gadis dengan rambut dikucir kuda itu. Sesuai dengan ucapan Sehun tadi, gadis yang tak diketahui namanya oleh Jiyeon itu membiarkan dirinya lewat dengan selamat.

Dengan masih berlari Jiyeon menoleh ke belakang dan melihat Sehun dengan gadis tadi masih melihat ke arahnya. Tubuh Jiyeon melemas karena ketakutan yang menjalar di tubuhnya tadi. Dia segera menuju kantor dimana dia bekerja.

“Mengapa kau melepaskannya Sehun-ah? Bos pasti marah jika mengetahui hal ini.” Ucap gadis yang berdiri di sampingnya.

“Apa kau tidak tahu siapa dia Yura?” Sehun tak melepaskan pandangannya dari Jiyeon sampai gadis itu masuk ke dalam taxi.

“Bukankah dia hanya wartawan di koran The Korea Times?”

“Dia lebih dari itu Yura. Dan percayalah Bos akan marah jika kita menghabisinya sekarang.” Sehun menoleh ke arah gadis cantik disampingnya.

“Memang siapa gadis itu?”

“Nanti kau juga akan tahu. Ayo kita kembali.” Sehun berbalik.

Yura mendengus kesal lalu mengikuti Sehun meninggalkan tempat itu.


Manik mata hitam Siwon tertuju pada lembaran-lembaran foto Sehun dan Kangin di atas mejanya. Foto-foto itulah yang diinginkan oleh Siwon selama beberapa hari ini. Namun dia tidak ingin Jiyeonlah yang mengambil foto itu. Siwon juga baru saja mendengar kronologi pertemuan Sehun dan Kangin hingga ancaman yang dilontarkan oleh Sehun.

“Aku tidak bisa menerbitkan foto-foto ini Jiyeon.” Siwon menggelengkan kepalanya. Lelaki yang mengenakan kemeja putih dan dasi berwarna biru laut itu menyandarkan kepalanya di punggung kursi.

“Mengapa tidak bisa Pak? Bukankah dengan foto ini, pamor koran kita akan meningkat. Kita juga tidak bisa membiarkan NIS dan juga Supernova mengedarkan narkoba dan sejenisnya dengan mudah dalam Negara kita.”

“Aku juga ingin sekali memajang foto ini di headline koran kita Jiyeon. Tapi jika aku menerbitkannya maka nyawamu akan terancam.”

Jiyeon ingat tatapan tajam dan senyuman mengerikan Sehun. “Aku rela jika bisa menghentikan kejahatan yang bisa merugikan rakyat.”

“Sayang sekali ayahmu tidak akan rela Jiyeon. Aku sudah berjanji pada ayahmu untuk tidak memasukkanmu dalam bahaya. Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak mengurusi kasus ini?”

Jiyeon menggebrak meja Siwon. “Dia bukan ayahku. Tidak masalah jika aku harus merelakan nyawaku tapi Supernova harus kuhancurkan. Mereka sudah membunuh ibuku. Tidak akan kubiarkan mereka hidup tenang.”

“Menggunakan perasaan dalam berita yang sedang kau kerjakan melanggar kode etik jurnalis Jiyeon-ah. Aku tetap tidak akan menerbitkannya. Sebaiknya kau mencari informasi mengenai festival lentera. Bukankah itu tugas yang kuberikan padamu?” Siwon menatap Jiyeon yang masih diselimuti amarah.

“Baiklah jika kau tidak mau menerbitkannya. Aku yang akan menerbitkannya sendiri.”

Siwon menghela nafas melihat Jiyeon berbalik dan berjalan angkuh meninggalkan ruangannya. “Dia benar-benar mirip ayahnya.”

Jiyeon yang berjalan melewati beberapa bilik karyawan harus terhenti saat seorang gadis berambut pendek menghadangnya. Gadis itu berkacak pinggang menatap Jiyeon sinis.

“Sayang sekali kau sudah susah payah mencari berita mengenai Supernova tapi Pak Siwon justru menolakmu. Bagaimana jika kau berikan foto itu padaku? Aku yakin berita itu pasti bisa diterbitkan.” Ucap gadis bernama lengkap Park Choa yang merupakan saingan Jiyeon dalam pekerjannya ini.

“Jika kau mau, seharusnya kau mencarinya sendiri Choa bukannya mengurusi make up mu yang selalu luntur itu.” Jiyeon berjalan melewati Choa diiringi tawa tertahan dari beberapa karyawan lain.


Jemari-jemari Jiyeon selesai mengetikkan artikel di laptopnya. Dia memandang judul yang ditulis dengan font times new roman dengan ukuran lebih besar dibandingkan tulisan yang lain.
Rahasia konspirasi NIS dan Supernova terbongkar
Jiyeon sudah mengetikkan apa yang sudah dilihatnya tadi disertai bukti foto-foto yang diambilnya. Tinggal menekan ‘publish’ maka artikel di blog Jiyeon sudah bisa diakses semua orang di dunia. Tapi gadis itu tahu jika dia nekad menerbitkan artikel itu, maka nyawanya tidak akan bertahan lama.

Ponsel Jiyeon berdering dan dia meraih benda itu di atas meja. Nama ‘Kim Jihoon’ muncul di layarnya. Gadis itu enggan untuk berbicara dengan ayahnya, namun dia berpikir mungkin saja ini terkahir kalinya Jiyeon mendengar suara ayahnya.

“Jiyeon-ah, Siwon sudah mengatakannya padaku tentang apa yang kau lakukan tadi. Tidakkah kau tahu berurusan dengan Supernova sangat berbahaya?” Terdengar suara ayah Jiyeon khawatir.

“Aku tahu. Tapi aku tetap akan menerbitkan foto-foto itu meskipun Siwon menolaknya.”

“Cukup Jiyeon. Ayah sudah berusaha menyembunyikanmu dari Supernova, tapi kau justru malah ingin mengerjar mereka. Ayah tidak ingin terjadi hal buruk padamu seperti yang terjadi pada ibumu.”

Tangan Jiyeon mengepal mendengar sang ayah menyebut nama ibunya. “Aku tidak pernah memintamu untuk menyembunyikanku tuan Kim Jihoon. Apakah seorang Kim Jihoon sepengecut ini? Seharusnya dengan jabatan yang kau pegang kau bisa menghancurkan Supernova. Tapi sayang anda sangat lemah, anda hanya bisa bersembunyi. Aku tidak perduli dengan nyawaku lagi asalkan aku bisa menghancurkan Supernova.”

Jiyeon mematikan telpon itu dan menahan tangisnya. Dia memandang layar laptopnya lalu tatapannya beralih pada ponselnya yang kembali berdering. Ayahnya kembali menlpon namun Jiyeon tak berniat menyentuh telpon yang sudah berpindah ke meja. Dia meraih mousenya dan menerbitkan artikel di blognya. Tinggal tunggu waktu dirinya akan meregang nyawa.


Perlahan Jiyeon membuka matanya yang terasa berat. Dia membuka sedikit matanya tampak samar namun gadis itu merasakan keanehan. Dia menutup dan membuka lagi matanya. Dan benar saja gadis itu melihat tali melingkari tangan dan juga kakinya.

“Kau tidak apa-apa?”

Sebuah suara mengalihkan perhatian Jiyeon. Dia menoleh dan mendapati seorang lelaki tampan dalam kondisi yang sama dengannya. Sayang sekali luka lebam ada di beberapa titik wajahnya.

“Ka-kau siapa? Di-dimana ini?” Jiyeon melihat dirinya dan lelaki itu berada di sebuah kamar berukuran kecil dan kotor.

“Aku Kim Taehyung. Sepertinya kita berada di sarang Supernova.” Lelaki bernama Taehyung itu mengikuti Jiyeon melihat ruangan itu.

“Jadi inilah detik-detikku menjelang ajal.” Pasrah Jiyeon.

“Mengapa kau berpikir seperti itu?”

“Karena aku sudah membuat organisasi biadab ini marah dengan memposting artikel dan foto yang membongkar kerjasamanya dengan NIS.” Tak ada rasa bersalah pun menghinggapi wajah Jiyeon saat menceritakan tindakan nekadnya.

“Sepertinya kau sangat membenci Supernova hingga melakukan tindakan gila seperti itu.”

“Kau benar aku memang sangat membenci mereka semenjak salah satu anggota mereka menembak membabi buta dan mengenai ibuku. Dan aku juga sebagai warga negara Korea Selatan menginginkan keadilan. Tak akan kubiarkan NIS memanfaatkan jabatannya untuk mengumpulkan pundi-pundi tidak halal dengan kerjasama bersama Supernova.” Jawab Jiyeon dengan berapi-api.

“Memang foto apa yang kau posting di blogmu?”

“Aku mengambil foto saat Sehun dan Kangin selaku pemimpin NIS bertemu. Aku ingin menerbitkan berita itu di koran, namun sayang redaktur pelaksana tidak mau menerbitkannya. Lalu apa kau juga melakukan tindakan gila hingga masuk ke sini Taehyung-ssi?”

“Aku mabuk dan tak sadar memukul salah satu anggota Supernova.”

Jiyeon menyayangkan tindakan ceroboh Taehyung yang harus membuat wajah tampannya tertutupi lebam. “Pantas saja mereka memukulmu. Apakah sakit Taehyung-ssi?”

“Untuk seseorang yang sering mendapatkan pukulan ini lumayan sakit. Apa kau takut?”

Jiyeon mengangguk. “Tapi aku tidak akan takut dihadapan mereka.”

“Apakah ayahmu tidak akan menolongmu?”

“Jangan membicarakannya. Aku sangat membencinya.”

“Kau membenci Supernova, kau juga membenci ayahmu. Sepertinya tidak ada satupun yang kau sukai Jiyeon-ssi.” Taehyung tersenyum menambah nilai plus untuk fisik lelaki itu.

“Hanya ibuku dan seseorang yang tak bisa kusukai lagi.”

“Seseorang?” Taehyung menelengkan kepalanya.

“Sebenarnya ini sangat rahasia dan aku tak boleh menceritakannya pada siapapun. Tapi karena sebentar lagi Supernova akan membunuhku maka tidak ada salahnya aku menceritakan rahasia yang selama ini kupendam.” Jiyeon menghela nafas sevelum akgirnya menguak aib yang selama ini ditutupi. “Sebenarnya aku adalah anak tidak sah dari Kim Jihoon.”

Wajah Taehyung tampak terkejut mendengar rahasia Jiyeon. “Apakah Kim Jihoon yang kau maksudkan adalah Presiden Kim Jihoon?”

Jiyeon mengangguk membenarkan pertanyaan Taehyung. “Namun sayangnya aku terlanjur menyukai putra Kim Jihoon sebelum mengetahui hal itu.”

“Kim Jongin bukan?”

“Benar. Jika saja aku bisa melihatnya untuk terakhir kalinya.”

Pembicaraan Jiyeon dan Taehyung terhenti saat mendengar kenop pintu bergerak. Suara derit pintu terbuka membuat wajah Jiyeon semakin tegang. Terlihat Sehun dan lelaki mengenakan bertubuh besar berjalan masuk. Mereka menarik kedua lengan Jiyeon dan membawanya keluar. Jiyeon berusaha untuk tetap tenang menghadapi ajalnya.

Kedua lelaki itu membawa Jiyeon menuju ruangan lain. Sehun mendudukkan paksa Jiyeon di bangku lalu tatapannya tertuju pada Sehun yang duduk di hadapannya.

“Sepertinya ancamanku tidak mampu menakutimu Jiyeon-ssi.” Nada suara Sehun kali ini berbeda. Jauh lebih menyeramkan daripada kemarin.

“Aku tak akan takut pada orang-orang jahat seperti kalian.” Sahut Jiyeon dengan nada penuh keberanian.

“Kau memang tidak takut mati.”

Terdengar bunyi tembakan dari arah luar menarik perhatian Jiyeon dan juga dua anggota Supernova. Dengan jarinya, Sehun memberi kode pada lelaki bertubuh kekar itu untuk memeriksanya.

Tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk. Sehun berdiri dan menghampiri pintu itu. Baru saja tangannya menyentuh gagangnya, pintu itu ditendang hingga tubuh Sehun meluncur menabrak dinding. Jiyeon segera berdiri dan melihat siapa pelaku penendangan itu. Nafas Jiyeon tertahan melihat lelaki yang sudah 4 bulan ini tak ditemuinya. Lelaki yang saat ini mengenakan rompi anti peluru langsung menghampiri Jiyeon.

“Jongin-ah?” Jiyeon masih tak percaya permintaannya untuk bertemu dengan lelaki yang disukainya terkabul.

“Kau tidak apa-apa Jiyeon-ah?” Tanya Jongin.

Jiyeon tak mampu berkata-kata, dia hanya menggelengkan kepalanya.

“Kita harus pergi dari sini.” Jongin menarik tangan Jiyeon meninggalkan ruangan itu.

Baru beberapa meter Jiyeon menghentikan langkah Jongin. Dia teringat dengan Taehyung yang juga disekap di ruangan yang sama dengannya.

“Ada satu sandera lagi Jongin-ah. Aku harus menyelamatkannya.”

“Kita tidak punya banyak waktu Jiyeon.”

“Kalau begitu pergilah, aku yang akan menyelamatkannya sendiri.”

Jiyeon menepis tangan Jongin dan berbalik. Namun seketika langkahnya terhenti saat melihat Sehun sudah menyusulnya. Jiyeon sedikit gentar namun jika dia selamat maka dia juga ingin Taehyung selamat.

“Ada kau lupakan Jiyeon-ssi?” Tanya Sehun mendekati Jiyeon.

Jongin menarik Jiyeon ke belakang dan memberikan tendangan kakinya mengenai perut lelaki itu hingga tersungkur di lantai. Jongin dan Jiyeon memanfaatkan kesempatan ini untuk melewati Sehun.

“Dimana ruangannya?” Tanya Jongin masih berlari bersama Jiyeon.

Manik mata Jiyeon meneliti setiap pintu dan berusaha mengingatnya. Jika dilihat dari pintu yang dirusak Jongin seharusnya tidak jauh dari ruangan itu.

“Sepertinya di sini.” Jiyeon menunjuk pada pintu di sampingnya dan langsung membukanya.

Ruangan dengan dinding putih kusam itu masih sama seperti dalam ingatan Jiyeon. Namun tak ada tanda-tanda keberadaan Taehyung. Hanya tinggal seutas tali yang tergeletak di lantai.

“Dia menghilang.” Gumam Jiyeon.

“Kita harus pergi sekarang Jiyeon. Jungkook, kami akan segera keluar Jungkook-ah.” Jongin berbicara pada alat yang terpasang ditelinganya.

Lelaki itu menarik Jiyeon yang kali ini tampak pasrah mengikuti langkah kaki Jongin. Pikirannya masih dipenuhi pertanyaan kemana menghilangnya Taehyung. Mereka tak menemukan Sehun ditempatnya terjatuh sehingga mereka dengan leluasa bisa keluar dari gedung tua itu menuju mobil van hitam yang sudah menunggu di luar. Seorang lelaki yang tampak masih kelihatan sangat muda berdiri di depan mobil dengan senjata laras panjang di tangannya.

Pintu mobil Van itu terbuka dan memperlihatkan seorang lelaki berwajah manis tengah duduk dengan laptop di pangkuannya. Jiyeon segera masuk ke dalam mobil dan diikuti oleh Jongin. Jungkook yang merasa keadaan sudah aman langsung masuk di kursi depan. Seorang gadis segera melajukan mobil itu meninggalkan gedung yang sudah tak dipakai.

“Ada yang aneh hyung. Aku merasa Supernova memang sengaja melepaskan kita.” Ucap Jungkook pada Jongin.

“Aku juga merasakan keanehan itu Jungkook-ah. Tadi aku bertemu dengan Sehun dan menendangnya tapi lelaki itu kemudian tak muncul lagi. Bukankah aneh jika Sehun semudah itu menyerah hanya karena serangan kecil?” Timpal Jongin.

“Sebaiknya kita pikirkan strategi apa yang mereka lancarkan di tempat yang aman.” Saehyun yang sedari tadi sibuk menyetir mulai buka suara.


Jongin bersandar pada dinding dan indera penglihatannya terfokus pada Jiyeon yang duduk di kursi seraya menikmati pemandangan diluar rumah milik Siwan. Sejak kejadian tadi pagi, Jiyeon sama sekali tak berbicara. Dia hanya menampilkan senyuman tipisnya saat anggota timnya mengajaknya berbicara. Di meja tergeletak laptop Siwan yang dipinjam oleh gadis itu tadi.

Kaki Jongin melangkah dan duduk di hadapan Jiyeon. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga Jiyeon tak menyadari kehadiran Jongin. Tak ada kata yang terucap, hanya netra Jongin yang mengamati wajah Jiyeon.

Tak ada yang berubah dari Jiyeon sejak terakhir kali Jongin melihatnya. Hanya rambut gadis itu yang semakin panjang dibandingkan beberapa bulan yang lalu. Perasaan rindu menyeruak dalam hati Jongin namun sekuat tenaga Jongin harus menahan perasaan itu.

“Apa kau masih memikirkan kejadian tadi pagi? Mereka tidak menyakitimu bukan?” Suara Jongin menyadarkan Jiyeon dari lamunannya.

“Aku masih memikirkan mengenai Taehyung. Seperti yang kau lihat, mereka belum sempat menyakitiku. Bagaimana kau tahu aku ada di sana? Apakah lelaki itu yang mengirimmu?” Jiyeon tak bisa lagi memanggil Jihoon dengan sebutan ‘ayah’.

“Mendengar ayah mengatakan Supernova menculikmu, aku langsung memanggil timku untuk segera menyelamatkanmu. Mengapa kau melakukannya Jiyeon-ah?”

“Bukankah sudah menjadi tugasku menyuguhkan berita yang bisa bermanfaat untuk masyarakat?”

Jongin menyentuh pipi Jiyeon namun gadis itu menghindarinya. “Kau tahu kita tidak bisa seperti ini Jongin.”

Jiyeon tersenyum kecut lalu beranjak meninggalkan Jongin. Kepala lelaki itu tertunduk kecewa dengan sikap Jiyeon. Gadis yang dulu selalu berbagi kebahagiaan bersamanya berubah dingin padanya dan menyalahkannya atas kebohongan yang tak pernah dilakukannya.

“Apa gadis itu kekasih Jongin? Sepertinya dia sangat penting untuknya.” Tanya Saehyun.

“Lebih tepatnya mantan kekasih yang menjadi adik tiri.” Jelas Siwan.

“Daripada bergosip lebih baik memberiku info yang kalian dapatkan.” Jongin menatap tajam pada Sehyun dan juga Siwan.

“Aku sudah memeriksa blog milik Jiyeon dan aku tak menemukan postingan mengenai Supernova dan NIS. Sepertinya Namjoon berhasil meretasnya dan menghilangkan artikel itu dalam blog Jiyeon.” Jelas Siwan.

“Lalu apa kau sudah mendapatkan info mengenai jumlah orang dalam gedung itu Saehyun-ah?” Tanya Jongin pada gadis bersurai hitam legam itu.

“Hanya ada 3 orang dan Direktur Jenderal Kim Woobin sudah mengidentifikasi salah satunya adalah pemimpin Supernova, V.” Saehyun menyerahkan selembar foto pada Jongin.

“Hanya untuk menangkap Jiyeon mengapa V harus turun tangan?” Jongin melihat foto-foto itu satu persatu.

Lelaki dengan tubuh kekar sudah dihabisi olehnya, lalu ada Sehun dan terakhir foto seorang lelaki yang umurnya mungkin dibawah Jongin. Wajahnya yang terkesan menggemaskan membuat orang lain tak menyangka jika dia memimpin sebuah organisasi berbahaya di negara ini.

“Lalu apa kau menemukan sandera bernama Taehyung?” Tanya Jongin pada kedua anggota timnya.

“Tidak ada sandera bernama Taehyung, Jongin-ah. Tapi kau harus melihat ini. Ini adalah data yang baru saja diketahui mengenai pemimpin Supernova.” Siwan menyerahkan sebuah map pada Jongin.

Lelaki bersurai hitam itu membuka map itu dan seketika ekspresi terkejut menghiasi wajah tampan Jongin. Dia segera berlari mencari Jiyeon dengan foto pemimpin Supernova yang masih ada di tangannya. Jongin menaiki tangga menuju kamar yang digunakan Jiyeon untuk tidur semalam. Lelaki itu membuka pintu dan tidak mendapati satu orang pun di kamar itu.

Jiyeon-ah. Panggil Jongin namun tidak terdengar sahutan.

Jongin mencari ke kamar mandi, lemari dan setiap sudut ruangan. Tetapi Jongin tidak menemukan sosok Jiyeon di dalam kamar itu.

DOR Suara tembakan mengalihkan perhatian Jongin. Lelaki itu segera turun ke bawah dan mendapati ketiga anggota timnya tengah melawan anggota Supernova.

Akuilah kami selalu selangkah lebih maju darimu Jongin. Bagaimana bisa kau tidak menyadari alat pelacak yang kami taruh di saku Jiyeon? Taehyung menodongkan pistol semi otomatis tepat di kepala Jongin.

Dimana Jiyeon?

Apa aku harus memberitahumu? Ingin sekali aku membunuhnya langsung tadi. Sayang sekali aku membutuhkan informasi dari gadis itu. Bukankah dengan menjadi sandera bersamanya akan membuat gadis itu menceritakan segalanya. Dia bahkan menceritakan tentang dirimu.

Jika kau menyentuhnya aku pasti akan menghajarmu. Ancam Jongin.

Taehyung tertawa sinis. Lakukanlah jika kau bisa Jongin-ssi. Mungkin Jiyeon sudah tidak ada saat kau melakukannya.

Jongin menahan tangan Taehyung yang membawa pistol lalu melayangkan pukulan di lengan lelaki itu hingga pistol terlepas. Tak ingin menyiakan kesempatan itu, Jongin melayangkan pukulan di perut Taehyung. Namun sebelum melayangkan pukulan keduanya, pukulan benda keras mengenai belakang kepala Jongin hingga lelaki itu terjatuh di lanta.

Taehyung memandang Sehun dan menarik kerah lelaki berkulit putih itu. Jika kau membiarkannya memukul lagi, kau akan menyesal Sehun.

Aku tidak akan melakukannya lagi Taehyung.

Sebaiknya camkan itu di kepalamu. Taehyung melepaskan Sehun dengan kasar.

Kami sudah melumpuhkan 3 orang itu Taehyung. Apa kita juga akan membawanya? Yura menghampiri Taehyung.

Pemimpin Supernova itu melihat Siwan, Saehyun dan Jungkook sudah tersungkur di lantai merasakan sakit di seluruh tubuh mereka.

Tinggalkan mereka. Aku hanya membutuhkan lelaki ini. Taehyung mengambil pistolnya yang terjatuh lalu berjalan keluar dari rumah itu.

Sehun menyeret tangan Jongin yang sudah tak sadarkan diri lalu mengikuti Taehyung keluar.


Siraman air di wajah Jongin menyadarkan lelaki itu. Mata Jongin terbuka dan merasakan tubuhnya tak bisa digerakkan. Dia menunduk dan mendapati tali melingkar ditubuhnya sehingga tubuhnya terjebak di kursi.

Lelaki bermarga Kim itu mendongak dan melihat Jiyeon juga dalam kondisi terikat di kursi. Kepala gadis itu tertunduk tak sadarkan diri. Manik mata Jongin meneliti tubuh Jiyeon. Lelaki menghela nafas lega mengetahui Taehyung tidak melukai Jiyeon.

Apa gadis itu amat penting untukmu Jongin?

Jongin menoleh dan mendapati Taehyung berdiri di sampingnya. Taehyung berjalan menghampiri Jiyeon.

Bagaimana jika aku membunuh gadis ini di hadapanmu Jongin?  Taehyung mengeluarkan pisau dan memainkannya di tangan.

Sudah kukatakan aku akan menghajarmu jika kau menyentuh Jiyeon. Ancam Jongin kembali.

“Ommo, aku takut sekali. Tapi bagaimana kau bisa menyelamatkan gadis ini jika kau tidak bisa mengeluarkan dirimu dari tali itu? Taehyung senang sekali melihat wajah Jongin yang diliputi emosi.

Taehyung menarik rambut Jiyeon yang menutupi wajahnya. Ujung pisau Taehyung menyentuh kulit wajah Jiyeon bersiap menggores kulit mulus gadis itu.

Bangunlah Jiyeon-ah. Bisik Taehyung di telinga Jiyeon.

Gadis itu mengerang dan matanya seketika membulat saat mendapati tubuhnya dililit tali dengan kencang. Manik mata gadis itu beralih pada Jongin yang tengah menatapnya.

Bukankah kau bilang ingin bertemu dengan seseorang yang kausukai sebelum riwayatmu berakhir bukan Jiyeon-ssi? Ucap Taehyung memainkan rambut Jiyeon yang panjang.

Aku juga akan mengucapkan sesuatu sebelum nyawa kalian lenyap. Kecurigaanmu mengenai Supernova dan NIS memang benar Jiyeon-ssi. Aku tidak menyangka pekerja pemerintah seperti NIS masih menginginkan uang lebih dengan menjual narkoba di dalam penjara. Bahkan ayahmu juga melakukan hal yang sama.

Jiyeon dan Jongin menoleh tak percaya. Itu tidak mungkin. Ayahku selalu bekerja dengan jujur. Jongin menolak percaya dengan ucapan Taehyung.

Sayang sekali itu adalah kebenarannya Jongin. Aku bahkan memiliki bukti kerjasama kami.

Taehyung melemparkan map yang terbuka dan berhenti tepan di depan kaki Jongin. Dalam map ada selembar kertas yang berisi transaksi perdagangan senjata yang ditandatangani oleh Kim Jihoon.

Karena itukah mengapa ayah melarangku mengusut Supernova? Gumam Jiyeon masih setengah tidak percaya dengan rahasia itu.

Benar sekali. Ayahmu akan terguling dari jabatannya jika masyarakat mengetahui hal ini. Kurasa dengan ini kau bisa mati dengan tidak lagi penasaran Jiyeon-ssi.

Jiyeon mengerang saat pisau belati Taehyung menggores kulit tangan gadis itu.

Aku tidak akan mengampunimu Kim Taehyung. Bentak Jongin meronta dalam ikatannya.

Silahkan Jongin-ssi. Melihatmu seperti itu sangat menyenangkan bagiku.

Lagi-lagi Jiyeon mengerang merasakan perih teramat sangat di paha kanannya. Darah segar melumuri kulit putih Jiyeon. Jongin mengerahkan kekuatannya untuk melepas tali yang melilit tubuhnya. Dia berdiri dan sengaja menjatuhkan tubuhnya dengan keras sehingga kursi itu hancur.

Terbebas dari tali, Jongin langsung menghampiri Taehyung. Namun langkahnya terhenti saat Taehyung menodongkan pistol di kepala Jiyeon.

Selangkah saja kau bisa membuatku menarik pelatuknya. Taehyung tersenyum melihat Jongin tampak kesal.

Kau membuatku bosan Jongin-ssi. Aku akan menyudahi permainan ini. Taehyung menggerakkan jari telunjuknya untuk menarik pelatuk.

Jiyeon menatap Jongin dan memberikan senyuman terakhir untuk lelaki itu. Terdengar bunyi tembakan namun Jiyeon tak merasakan sakit. Tatapan Jiyeon beralih pada Taehyung yang berdiri di sampingnya. Tubuh lelaki itu ambruk dan memperlihatkan luka tembak di punggung lelaki itu.

Jongin melihat Jungkook dari kejauhan dengan senjatanya. Kelegaan bagaikan air dingin yang menyirami tubuh Jongin. Lelaki itu segera melepaskan ikatan Jiyeon.

Bisa aku memiliki itu? Jiyeon menunjuk pada dokumen yang menjadi rahasia gelap ayahnya.

Kau yakin ingin mengungkap dokumen itu ke publik?

Jika kau ingin menghalangiku silahkan. Tapi sebagai jurnalis aku harus memberikan kebenaran pada rakyat meskipun hal itu menyangkut keluargaku. Jawab Jiyeon.

Jongin mengambil dokumen itu dan menyerahkannya pada Jiyeon. Aku tidak akan menghalangimu.

Jiyeon tersenyum dan mengambil dokumen itu. Jongin menggendong tubuh Jiyeon dan membawanya keluar.


Semua orang setuju jika anda adalah gadis pemberani Jiyeon-ssi? Mengungkapkan masalah besar mengenai konspirasi Supernova dan NIS bukanlah tindakan yang bisa diambil oleh semua orang. Ucap pembawa acara yang tengah mewawancarai Jiyeon dalam salah satu acara televisi swasta.

Dengan tujuan untuk memberikan kebenaran di mata masyarakat membuat aku berani mengambil tindakan itu.

Apa kau tidak berniat mencurahkan kisah ini ke dalam buku?

Jiyeon berpikir sejenak. Sangat ingin. Mungkin aku akan mengerjakannya saat sedang luang.

Itulah sekilas pembicaraan mengenai Jiyeon dalam acara itu. Sejak menerbitkan artikel kerjasama pemerintah dengan Supernova, Jiyeon sempat mendapatkan tekanan dari pihak NIS. Namun Jongin selalu berada di sampingnya. Tidak sekedar melindungi gadis itu namun juga memberikan kekuatan pada Jiyeon untuk tetap berpijak dalam jalan yang benar.

Sejak artikel itu diterbitkan, jabatan ayahnya Kim Jihoon harus lengser dan anggota NIS pun diganti termasuk pimpinannya. Rakyat merasa kagum dengan keberanian Jiyeon. Gadis itu hampir saja meregang nyawa dalam upayanya mencari informasi.

Jadi kau ingin membuat buku? Tanya Jongin saat mereka sudah berada di rumah Jiyeon.

Itu ide yang menarik bukan? Aku juga akan memasukkan namamu. Jiyeon melahap pizza yang mereka pesan.

Apa kau tidak takut akan ada orang yang tidak menyukai tulisanmu?

Tidak. Bukankah ada kau di sisiku?

Jiyeon ada yang ingin kutanyakan. Jongin memainkan cangkir kopinya.

Ada apa? Jiyeon menatap lelaki itu.

Ini mengenai ucapan Taehyung. Kau ingin bertemu seseorang yang kausukai sebelum menjelang ajalmu. Apakah aku adalah orang itu?

Jiyeon berhenti makan mendengar pertanyaan itu. Benar. Aku memang ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya sebelum kupikir aku akan mati.

Jongin meraih tangan Jiyeon yang berada di atas meja. Kita masih memiliki perasaan yang sama Jiyeon. Bisakah kita memulainya lagi? Aku tidak peduli dengan status hubungan kita saat ini. Aku hanya peduli mengenai perasaan kita.

Jiyeon memberikan jawaban dengan anggukan kepala. Dia menyunggingkan senyuman senang yang diikuti oleh Jongin.
~~~THE END~~~

7 thoughts on “[SEG Event] Reprisal

  1. Jiyeon keren n pmberani bgt…pdhal tuh taruhan nyawa…skalipun sprti itu , jiyi skg merasa aman cz jongin always ada dsampingx…akhirx happy ending n smua aman trkendali…crrita bagus, suka hehe

  2. Maamiih…. chunnn…
    Ceritanya keyen loh mih. Banyak kasus crimenya dan pas baca aku salfok masa sama sih hunniee, wkwkkw 😂😂😂 hunniee ku selalu kedapetan jadi peran jaat, tapi aku suka, masa 😂😂😂

    Ciyee… akhirnya kaiyeon happy end berbanding kebalik smaa nasip sih tae. Abisan tuh bocah jaat sih jadi ndak apa-apa deh 😅😂

    Sukses ya mih buat eventnya. Keep writting n fighting! Aku tunggu ff mamih yg lainnya.

  3. Benar-benar terasa sgt nyata mih ide ceritanya. Byk bgt konspirasi2 jahat di antara lembaga pemerintahan. Ide ceritany fresh, aku suka. Then, kai knp gak sama minji sih?

Leave a reply to Phiyun Cancel reply