[Ficlet-Mix] Deana

deana

Deana

by Tyavi

Shannon Williams as Shannon Jacques and VIXX Ken as Kennedy

IU and VIXX Hongbin as Kong

MissA Suzy and Infinite L

Romance, Angst, Action, Fantasy | Ficlet-Mix | PG

Disclaimer : This is just a fictional story.

Summary :

Deana, dalam bahasa Latin berarti khayangan atau biasa mereka sebut surga .

.

.

.

#1 Shannon X Ken

Dunia itu bulat katanya. Lantas, kenapa aku harus berpijak di daratan yang sama dengannya? Dunia itu 510.072.000 km2 luasnya. Lantas, kenapa aku dan dia berjarak dua jengkal adanya?

Pria jangkung dengan jas hitam panjang membalut tubuh. Hidung bangir yang dapat menghirup aroma keruh. Akhir dari abad ke-17. Revolusi Perancis.

“Rentetan peristiwa yang mengarah ke revolusi dipicu oleh kebangkrutan pemerintah karena sistem pajak yang buruk dan utang yang besar akibat keterlibatan Perancis dalam berbagai perang besar. Itu semua karenaku. Ya, semua itu yang kau katakan. Kau memang gadis pintar,” bibirnya berani berucap. Membalik semua kata yang pernah aku ucapkan.

“Bukan. Itu semua bukan karena kau. Cih, memangnya siapa kau dapat mengacaukan Perancis?”

“Lalu?”

Benci.

Kalau ada yang bertanya alasan dibalik semua kekacauan ini, jawabannya hanya satu, yaitu benci. Faktor lainnya yang dianggap sebagai penyebab Revolusi Perancis adalah kebencian terhadap pemerintah yang muncul seiring dengan berkembangnya cita-cita Pencerahan. Ini termasuk kebencian terhadap absolutisme kerajaan. Kebencian oleh masyarakat petani, buruh, dan kaum borjuis terhadap hak-hak istimewa yang dimiliki oleh kaum bangsawan. Kebencian terhadap Gereja Katolik atas pengaruhnya dalam kebijakan publik dan di lembaga-lembaga Negara. Keinginan untuk memperjuangkan kebebasan beragama. Kebencian para pendeta perdesaan miskin terhadap uskup aristokrat. Keinginan untuk mewujudkan kesetaraan sosial, politik, ekonomi, serta—khususnya saat Revolusi berlangsung—republikanisme. Kebencian terhadap Ratu Marie Antoinette, yang dituduh sebagai seorang pemboros dan mata-mata Austria. Serta kemarahan terhadap Raja Louis XVI karena memecat bendahara keuangan Jacques Necker, salah satu orang yang dianggap sebagai wakil rakyat di kerajaan. Necker tidak bisa menjadi menteri keuangan resmi karena ia adalah seorang Protestan.

Bukankah itu lucu? Perbedaan agama dapat membatasi seseorang untuk mengangkat negeri dari keterpurukan.

“Cepat.”

Mataku memincing saat bibir tebalnya melantunkan kalimat persuasif. Ia menegakkan tubuhnya dan melepas topi kehormatannya agresif.

“Cepat bunuh aku. Itu ‘kan yang kau inginkan?” ujarnya lagi seraya membungkuk.

Bibirku semakin mengatup dan gigiku bergemeletuk. Sebisa mungkin kutahan jemariku untuk tidak menarik pelatuk. Aku masih terpaku dan tak mau melihat ke arahnya. Tapi ia semakin menantang. Membuatku maju meradang.

Necker menyadari bahwa sistem pajak di Perancis sangat regresif. Masyarakat kelas bawah dikenakan pajak yang lebih besar, sementara kaum bangsawan dan pendeta diberikan banyak pengecualian. Necker beranggapan bahwa pembebasan pajak untuk kaum bangsawan dan pendeta harus dikurangi dan mengusulkan untuk meminjam lebih banyak uang agar permasalahan keuangan negara bisa teratasi. Necker menerbitkan sebuah laporan untuk mendukung anggapannya ini, yang menunjukkan bahwa defisit negara menembus angka 36 juta livre. Necker juga mengusulkan pembatasan kekuasaan parlement. Usulan Necker ini tidak diterima dengan baik oleh para menteri Raja, dan Necker, yang berharap bisa memperkuat posisinya, berpendapat bahwa ia harus diangkat sebagai menteri, namun Raja Louis XVI menolaknya. Lalu Necker dipecat.

“Aku bisa membaca semuanya dari matamu, nona Jacques.”

Tidak. Ia tidak tahu apa pun tentangku. Aku tidak tahan. Tidak bisakah aku berada di daratan lain saja? Atau mungkin, di negeri lain?

“Aku juga tidak sabar melihat Deana.”

Pupilku membesar. Dan koklea-ku tak salah dengar.

Tatapannya ia lempar. “Deana, negeri yang kau damba. Negeri dimana kau dapat bahagia selamanya.”

“Cih, kau kira manusia keji sepertimu dirindukan Deana?” tuturku sarkastis.

“Kau benar. Aku manusia keji. Kaum-mu—para petani, buruh dan kaum borjuis—terseret akan beban pajak sementara keluarga kerajaan hidup nyaman di Versailles.”

“Bukan. Bukan karena itu. Persetan dengan Revolusi Perancis.”

Itu karenanya. Oh, Kennedy putera bungsu Raja Louis XVI.

Tungkainya bergerak maju. Mengikis jarak diantara dua pasang sepatu. Yang kini berhadapan saling mengadu. “Kau lupa?” bisiknya.

“Kau telah membunuhku dengan tanganmu sendiri, nona Jacques.”

Ia tempelkan telapak tangan kanannya di dada sebelah kiri. Merasakan denyut yang tak lagi ia sadari. “Kau bahkan sudah membuatnya berhenti berdetak sejak pertama kau menampakkan diri.”

Netraku berlabuh. Sejenak hatiku terenyuh. Tapi ia tetaplah musuh.

“Sampai kapan pun aku tidak akan sudi kau berada di tempat yang sama dengan Necker,” sumpahku.

Matanya berbinar. Senyumnya tergambar. Dan aku tertampar. Kenapa ia tetap gentar? Mengatakan kata-kata yang membuatku gemetar.

“Bukankah, aku masih di sini karena kau belum melepasku?”

.

.

.

#2 IU X Hongbin

Dunia itu bulat katanya.

Iya, katanya. Karena nyatanya, aku tidak tahu seperti apa bentuk dunia itu. Dunia yang dihuni sebagian besar makhluk bernama manusia itu, aku hanya dapat mendengarnya dan membacanya dari buku saja. Di sini, di negeri nun jauh dari dunia yang mereka sebut Bumi. Yaitu negeri Deana.

“Kau ingin ke Bumi, IU?”

Tanpa menoleh barang sejengkal pun aku sudah tahu milik siapa suara itu. Tentunya pemuda bersayap putih yang biasa dipanggil Kong.

“Cih, untuk apa? Meninggalkan negeri yang selalu didamba oleh makhluk bernama manusia itu, lalu menukarnya hanya dengan sebongkah dunia bulat bernama bumi,” jawabku masih bertopang dagu.

Kong mendekat dan menguarkan aroma manis dari tubuhnya. “Bumi itu indah, lho.”

Aku mengernyit dan menatapnya sangsi. “Bukankah Deana adalah negeri yang indah di atas indah? Bagaimana bisa bumi jauh lebih indah?”

Kong menoleh, membuat netraku bersirobok dengan iris kebiruannya yang terbuat dari mata air. Tanpa mau mengakui, aku menikmati tatapan sejuknya. “Aku tidak bilang bumi jauh lebih indah dari Deana. Keindahan negeri Deana tentu tidak ada yang dapat membandingkannya. Hanya saja, dunia berpenghuni manusia itu memang indah adanya,” tuturnya halus. Aku merutuk dalam hati saat irisnya beralih menerawang.

“Kenapa begitu?” Sejenak, kubenarkan letak mahkota emas yang bertengger di kepalaku. Kusampirkan surai emas menjuntai milikku, menghalau tengkuk yang terbalut gaun sutera.

“Karena Bumi itu beragam. Tidak melulu hanya tentang kebaikan seperti di negeri Deana yang suci ini.” Kong masih bertahan menerawang. Seakan iris jernihnya dapat menembus tebalnya tujuh lapisan langit yang memisahkan Deana dengan Bumi.

“Kenapa berbuat jahat itu indah? Kau itu aneh, Kong!” protesku.

“Karena dengan begitu mereka akan belajar toleransi. Mereka akan merasakan penyesalan. Mereka akan belajar bagaimana melafalkan kata ‘maaf’. Mereka akan berpikir untuk berterimakasih pada Tuhan.”

Aku berhenti menatapnya, menjatuhkan pandanganku pada kelima jariku yang bergerak saling bertaut. Dengan nada sepelan mungkin aku menjawab, “aku tidak mengerti, Kong.”

Kepalaku tertunduk namun ekor mataku mencuri pandang. Menangkap bayangan Kong yang tengah menatapku. “Biar kuberi permisalan.”

“Misalnya patah hati. Kalau kau tidak pernah merasakan patah hati, kau tidak akan tahu apa artinya kehilangan.”

Jawaban Kong membuat kepalaku semakin tertunduk. Aku mengerti perkataannya, tapi kenapa harus tentang,

“Kenapa permisalannya tentang cinta?”

Runguku menangkap tawa kecil dari bibir peach nya. “Kau tahu aku.”

Iya, aku tahu kau. Kau adalah makhluk konyol berpangkat malaikat cinta yang biasa manusia sebut cupid.

Ku angkat kepalaku, ikut larut menerawang bersamanya. Lama hening yang menyapa, hingga sebuah tanya kulempar padanya.

“Tapi, memangnya mereka tidak jera?”

Kurva yang menambah aura kesejukkannya kembali menampar netraku. Tangan yang biasa dia gunakan untuk menarik anak panah cinta, terangkat dan mendarat di suraiku. Kelima jemarinya bergerak memeta rambutku, seraya dia berucap,

“Kita tunggu saja, saat dimana manusia-manusia yang dirindukan Deana itu kembali.”

.

.

.

#3 L X Suzy

Dunia itu bulat katanya. Tapi bagiku, dunia tak lebih dari selembar daun kelor. Kalau tidak, kenapa gadis itu harus kutembus pelor?

Surai cokelat bergelung dan kulit seputih salju. Pesona yang telah membuatku jatuh dan tergugu. Bibir merekah dengan mata tajam menatap. Membuatku sontak bersedekap. Pemandangan indah mana lagi yang lebih indah darinya. Bahkan aku merasa dia lebih indah dari Deana. Lantang benar aku mengatakannya. Nyatanya belum pernah aku kesana. Karena toh aku masih berpijak dan dihempaskan lagi pada realita. Bahwa gadis dengan code name Suzy itu adalah targetku selanjutnya.

Bagai singa mendamba rusa. Rusa berbulu emas itu begitu cantik sekaligus lezat untuk disantap. Dilema tak berujung yang harus dicerna neuron seorang prajurit bergelar spy, atau mafia? Terserahlah orang-orang pintar itu memanggil apa. Toh disini aku hanya menjadi budak teknologi. Seekor kelinci berjubah baja, dengan kabel melilit bersahaja.

Kepolosan yang terbaca pada raut wajah porselen-nya, berbanding terbalik dengan apa yang digenggamnya. Sebuah Railgun berkode R025 yang baru saja akan dirilis pekan depan, tanggal 25 November 2025. Oh, betapa postur ramping itu tak pantas menggenggam senjata dengan kecepatan moncong 2.000 m /s dan sebuah proyektil yang mengandung 0,5 kg bahan peledak. Membuat senjata itu mampu mempercepat kecepatan laju proyektil menjadi 2,4 kmh atau tujuh kali kecepatan suara. Salah bertindak, sebuah proyektil dapat menembus jantungku dalam hitungan detik saja.

Sedangkan aku? Jangan pikir aku membawa senjata sebesar itu kemana saja. Untuk apa kalau aku sendiri sudah layaknya monster. Orang-orang pintar yang mendeklarasikan diri mereka sebagai ilmuwan itu telah mengaplikasikan teknologi Brain Implants padaku. Dimana aku dapat memerintah komputer atau peralatan elektronik lainnya dengan sensor otak implan. Hanya dengan membayangkannya, aku dapat membuat bom nuklir bersarang di otak siapa saja, kapan saja.

Membayangkannya? Tidak lagi terdengar semudah sebelumnya. Memangnya ilmuwan tidak pernah meneliti cinta? Cih, cinta tidak akan berubah sejauh apa pun dunia berkembang. Cinta tetaplah cinta.

Code name ku L!” Gelombang suaraku yang untuk pertama kali diterima koklea-nya. Dia berdecih dan menurunkan benda yang sedari tadi mengacung awas. Membuatku dapat sedikit bernapas. “Aku sudah tahu,” jawabnya lugas.

Aku tersenyum. Ayolah, sampai kapan pun pengatur otak ini tak akan dapat mengendalikanku. Orang dapat tersenyum saat jatuh cinta ‘kan?

Baru saja akan kulihat cahaya karena bibirnya yang hampir membentuk kurva, namun situasi tidak bertindak jumawa. Sampai kapan pun aku adalah budak. Dan sampai kapan pun, implan ini akan tertanam di otak. Apalagi terdengar dengungan cicak. Padahal baru saja kudeklarasikan cinta yang tak akan retak. Mereka deklarasikan aku adalah pemberontak.

Tanpa babibu, kubawa dia berlari bersamaku. Tanganku mengilu, bagai diiris sembilu. Baru kuingat benda pelacak yang ditanam di nadiku. Kupercepat tungkaiku berpacu dengan waktu.

“Ayo ikut denganku!” kataku.

Netra yang dibingkai sepasang bulu mata lentik itu berkedip. “Kemana?” tanyanya.

Sekali lagi, kutampakkan kurva termanisku dengan disertai kawah-kawah mungil di sisinya. Kurva terakhirku. “Tentu saja ke Deana.”

“Deana?”

Yeah, manusia sudah terlalu realistis sampai lupa pada tempat mereka kembali, pada Deana.

.

.

.

Fin.

.

Tyavi’s little note : okay, ini adalah buah kegalauan dan kebaperan. Ini yang sudah kukirim untuk lomba, tapi ya memang belum rezeki. Jadi daripada mubazir, ku share ff abal nan absurdku disini. Comment akan sangat dihargai demi kemajuan author ^^

4 thoughts on “[Ficlet-Mix] Deana

  1. Maafkan daku tapi aku gak mudeng tya,, waks otakku cetek emang..
    Tp entah kenapa pas baca L x Suzy, ada sebuah ketidak konsistenan disana..
    Kata2nya bagus banget, kayak puisi gitu *aq sumpah gabisa bikin beginian* tp jatuhnya malah maksudnya gak tersampaikan, aq cuma mudeng yang bagian IU x kong (saya tak rela nama hongbin dtukar jadi kong T______T)

    • gapapa kak kalo gamudeng karena aku pun juga /plakk/
      aku juga ga ngerti kenapa bikin ff seabsurd ini T^T
      maksudnya tidak konsisten gimana kak??
      ini mah mau berpuisi tapi gagal kak T^T
      wahh gitu ya kak, yaudahdeh nanti aku lebih belajar lagi hehe
      Hongbin emang panggilan sayangnya Kong kak :v
      makasihh udah mau baca dan komen yaa kak Yessy ^^

  2. Gak ngerti, Tyabi. Yg q ngerti cm Shannon dan Ken. Knapa gk dilepaskan aja byr bisa bebas itu Ken nya? Dan pergi ke Deana.
    Btw, knpa nama Hongbin jdi aneh beud. Kong? Kepikiran kingkong. Wkwkwkwkaaa…
    FFnya kek syair sastra gt

    • Demi apa kak Lia malah ngerti yang shannon? wkwk kebanyakan malah pada gak ngerti yang bagian itu kak.
      iya, karena shannon gamau anak orang yg nyebabin babenya dipecat, masuk surga.
      kan Hongbin emang panggilannya Kong kak :v
      ini mah syair sastra gagal kak T^T
      makasihh udah mau baca kak liaa ^^

Leave Your Comments Juseyo ^^