[Multichapter] Story of Byun Family — Chapter 8

req-zulfhania-byun-family

Starring by.
Byun Baekhyun (EXO) | Kim Taeyeon (SNSD) | Kim Taehyung (BTS) | Kim So Hyun (Actrees)

Support casts.
Park Jimin (BTS), Yook Sungjae (BtoB), Lee Halla (The Ark), Park Jane (The Ark), Bae Irene (Red Velvet), Joy Park (Red Velvet), Jessica Jung (Ex-SNSD), Oh Sehun (EXO), and others

Genre. Family, Marriage-life, Brothership

Rating. PG-15

Length. Multichapter

zulfhania, 2015

Poster by Laykim © Beautiful Healer

Previous. Teaser | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7

Chapter 8

Apakah Ayah tidak memikirkan perasaan anakmu saat dia melihat kedua orangtuanya bertengkar? Aku anakmu, Ayah! Tidakkah Ayah menyadarinya kalau selama ini aku terluka karenamu? 

.

PRANG!

Baekhyun yang sedang menonton televisi dan Sohyun yang sedang mengelap meja makan sama-sama menolehkan kepala ke arah dapur dengan mimik terkejut setelah mendengar suara piring pecah. Dilihatnya Taeyeon yang berdiri di balik wastafel tampak terlihat syok menatap piring yang sedang dicucinya jatuh dan pecah berkeping-keping di lantai.

Eomma, ada apa?” Sohyun menghampiri Taeyeon yang berwajah pucat.

“Ada apa, Istriku?” Baekhyun juga datang ke dapur.

Taeyeon melangkah mundur, namun malah jatuh terpeleset karena keseimbangan tubuhnya yang tak terjaga. Untungnya Sohyun dengan cepat menahan tubuh ibunya.

Eomma!” pekik Sohyun, menatap Taeyeon dengan khawatir.

Baekhyun segera mendekati istrinya dan membantu Sohyun untuk memapah Taeyeon ke ruang tengah.

“Hubungi Taehyung, Baekhyun. Cepat hubungi dia.” kata Taeyeon meracau setelah ia dibaringkan di atas sofa.

“Tenanglah, Istriku. Tenang. Taehyung baru saja pamit pergi ke rumah temannya untuk belajar bersama.” kata Baekhyun.

Taeyeon menggeleng. Wajahnya yang pucat terlihat panik. “Tidak, Baekhyun. Tidak. Aku punya firasat. Taehyung dalam bahaya. Cepat hubungi dia, Baekhyun! Sekarang!”

————————

DOR! Terdengar suara tembakan di dalam diskotik itu.

Pria bertubuh gempal yang sedang menodongkan pistolnya pada pelipis Taehyung tertegun. Tangannya melirik jari tangannya yang masih menahan pelatuk pistol. Tidak. Belum. Ia belum melepaskan pelatuk pistolnya. Bahkan Taehyung masih berdiri di depannya dengan napas yang keluar teratur dari hidungnya, juga tertegun menatap ke arahnya. Lalu, siapa gerangan yang baru saja menembak pistol?

Tiba-tiba saja dari balik meja bar di sebelah Taehyung, seorang wanita keluar dari kolong meja bar sambil mengacungkan pistol di tangannya pada pria bertubuh gempal di hadapan Taehyung. Wanita itu memegang pistolnya dengan tangan gemetar, bahkan bibirnya bergetar saat berkata, “Singkirkan pistolmu dari pelipis Taehyung. Atau aku yang akan menembak keluar isi kepalamu.”

Taehyung melirik ke arah Jessica. Oh Geez, kenapa dia malah keluar dari tempat persembunyian.

Pria bertubuh gempal menyeringai begitu melihat Jessica. “Oh, halo Jessica. Lama tak berjumpa. Tetapi,” ia melirik pistol di tangan Jessica yang teracung ke arahnya. “Begitukah caramu menyapa suamimu?”

DOR! Jessica kembali menembakkan pistolnya pada langit-langit diskotik, seperti sebelumnya, lalu kembali mengarahkan pistolnya pada pria itu. “AKU BUKAN ISTRIMU LAGI, PRIA BRENGSEK!” bentaknya, murka.

Pria bertubuh gempal melirik anak-anak buahnya yang berdiri di belakang dan mengedikkan pandangannya pada Jessica yang terengah-engah. “Bawa dia.” suruhnya.

Anak-anak buah pria itu merangsek maju, menghampiri Jessica. Namun dengan cepat Jessica menarik pelatuk pistolnya ke arah mereka, menembak beberapa anak buahnya untuk tidak mendekat padanya. Tepat saat itu juga, Taehyung menangkis pistol yang menempel di pelipisnya hingga pistol itu terlempar ke belakang beberapa meter dan ia langsung menghajar telak perut gemuk pria itu. Setelah Taehyung memberi kode pada Jimin dan Sungjae, kekacauan di dalam diskotik pun terjadi.

Taehyung dengan cepat bergerak mendekati Jessica, melindungi wanita itu dari serangan anak buah mantan suami wanita itu yang telah berhasil mendekat. Jimin dan Sungjae juga bergerak, melawan anak buah pria itu yang tak terhitung banyaknya. Bahkan bukan hanya mereka berdua, pria-pria lain di dalam diskotik yang tak suka dengan kehadiran pria bertubuh gempal dan anak buahnya juga merangsek maju, menghajar dan memukul anak buah pria itu.

“Sembunyi, Jessica!” kata Taehyung pada Jessica dengan wajah panik ketika dilihatnya pria bertubuh gempal kembali bangun sambil merintih.

Jessica menggeleng. “Tidak, Taehyung. Aku tidak akan meninggalkanmu.”

“Disini bahaya, Jessica!”

“Aku tidak akan meninggalkanmu, Taehyung!”

“Tetapi mereka mengincarmu!”

“Awas!”

Tepat ketika itu, salah satu anak buah pria bertubuh gempal menghajar telak rahang Taehyung, membuat Taehyung terlempar ke belakang. Darah segar mengalir dari hidungnya. Namun Taehyung dengan cepat bangkit, balas melawan serangan yang diarahkan padanya. Beberapa kali ia berhasil. Namun sayang, karena tenaga Taehyung lebih lemah dan jumlah mereka sangatlah banyak, Taehyung limbung. Berkali-kali Taehyung kena pukulan, tinjuan, bahkan tendangan, dan berkali-kali pula Jessica memekik histeris melihat kondisi Taehyung. Jimin dan Sungjae juga mulai tampak melemah dan kehabisan tenaga di kejauhan sana.

Pria bertubuh gempal berhasil menahan lengan Jessica, menarik paksa tubuh wanita itu untuk mengikutinya. Ketika Jessica memberontak, pria itu dengan keras menampar wajahnya. Jessica hanya terisak, berusaha membebaskan diri dari cengkeraman pria bertubuh gempal itu. Tetapi semakin ia melawan dari pria itu, pria itu akan semakin keras menampar wajahnya. Taehyung benar-benar merasa terluka melihat keadaan wanita itu.

Dengan sisa tenaganya, Taehyung berusaha bangun dari ketidakberdayaannya. Ia berlari menghampiri pria bertubuh gempal itu, kembali melawan. Namun belum sempat ia kembali melawan, suara sirene mobil polisi terdengar dari luar diskotik.

Suasana di dalam diskotik kembali ricuh. Orang-orang yang tadinya bersembunyi di kolong meja demi melindungi diri agar tidak diserang oleh pria bertubuh gempal dan anak buahnya, kini mulai kalang kabut mencari cara untuk keluar dari diskotik tanpa ditangkap oleh polisi. Suasana di dalam diskotik kembali kacau balau, berantakan.

Pria bertubuh gempal juga panik. Ia tak sempat berpikir jernih, yang penting adalah ia tidak ditangkap oleh polisi. Maka dari itu ia akhirnya melepaskan Jessica dan kabur lewat pintu belakang diskotik. Taehyung segera menangkap tubuh Jessica yang tampak lemah. Ia juga menyadarkan Jimin dan Sungjae untuk segera kabur dari tempat itu. Namun sayang, sebelum Jimin dan Sungjae bangun dari duduknya, para polisi sudah masuk ke dalam diskotik dan menangkap mereka satu persatu.

Sebelum Taehyung benar-benar ditangkap oleh salah satu polisi, Taehyung mendengar ponselnya berbunyi. Ketika ia hendak mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya, para polisi itu sudah menahan lengannya, membuat ponselnya yang berdering jatuh ke lantai diskotik. Dan Taehyung sempat melihat tulisan ‘Appa’ berkerlap-kerlip di layar ponselnya sebelum akhirnya ia dibawa keluar diskotik dan dibawa masuk ke dalam mobil polisi.

————————

Baekhyun menurunkan ponsel dari telinganya dan mengernyit bingung menatap ponselnya.

“Tidak diangkat.” katanya kemudian pada Taeyeon dan Sohyun.

Taeyeon tampak mendesah kecewa. Wajahnya masih diliputi kekhawatiran yang bercampur kepanikan. “Coba lagi, Baekhyun. Coba hubungi Taehyung lagi.”

“Aku sudah menghubungi lima kali, Taeyeon, tetapi tidak diangkat. Mungkin dia benar-benar sedang belajar. Tadi saat temannya yang bernama Jimin itu menjemputnya kesini kan juga bilang begitu.”

Taeyeon menggeleng. “Tidak mungkin, Baekhyun. Dia tidak mungkin pergi belajar bersama teman-temannya. Taehyung bukan tipe orang yang seperti itu.”

“Atau mungkin Taehyung oppa sudah tidur, eomma.” sahut Sohyun.

Lagi-lagi Taeyeon menggeleng. “Kakakmu juga bukan tipe orang yang sudah tertidur jam segini, Sohyun.” ia lalu menoleh pada Baekhyun. “Hubungi dia lagi, Baekhyun. Kumohon.”

Baekhyun menatap Taeyeon dengan tatapan pasrah. Sebenarnya ia sudah malas sekali menghubungi putranya yang masih mogok bicara padanya itu. Ia berpikir untuk apa menghubungi Taehyung dengan berlebihan, anak itu pasti baik-baik saja, seperti biasanya. Tetapi saat ia melihat istrinya yang menatapnya dengan tatapan memohon bercampur khawatir dan panik, ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Firasat seorang ibu memang kadang ada benarnya, dan lagipula mungkin Taeyeon memang lebih mengetahui Taehyung daripada dirinya sendiri, maka dari itu Baekhyun mencoba menghubungi Taehyung sekali lagi.

Namun belum sempat Baekhyun menelepon Taehyung, sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Sohyun dan Taeyeon sama-sama menatapnya dengan tatapan bertanya.

“Taehyung.” kata Baekhyun sambil menunjukkan layar ponselnya yang berkerlap-kerlip menampilkan nama putranya. Ia lalu menekan tombol hijau sebelum menempelkan ponsel di telinga. “Halo, Taehyung?”

“Halo, selamat malam.”

Baekhyun tertegun begitu tidak mengenali suara Taehyung di seberang ponselnya. “Iya, selamat malam.” katanya dengan tergagap. Mendadak, ia mendapat firasat buruk.

“Benarkah ini nomor ponsel ayah dari Byun Taehyung?”

Dada Baekhyun berdebar. Ia menelan ludah dengan susah payah, sementara Sohyun dan Taeyeon menatapnya dengan tatapan ingin tahu sekaligus khawatir. “Iya benar, ini ayahnya Byun Taehyung. Anda siapa ya?”

“Kami dari kepolisian. Putra Anda, Byun Taehyung, saat ini sedang kami tahan di kantor polisi karena terlibat dalam perkelahian di dalam diskotik.”

Baekhyun tertegun. Astaga!

————————

Taehyung duduk terpekur di salah satu sudut ruangan berjeruji besi. Wajahnya bonyok dimana-mana. Pakaian yang dikenakannya kusam bercampur debu dan darah. Headphone yang biasa melingkar di lehernya entah berada dimana sekarang. Mungkin sudah hancur saat ia berkelahi di diskotik tadi. Ia hanya tidak menyangka kalau pada akhirnya ia akan terdampar di tempat ini: Penjara.

Tak jauh di sebelahnya, Jimin juga duduk terpekur. Wajahnya juga tak terbentuk, sama seperti Taehyung. Pakaiannya juga kusam dimana-mana, bahkan lengan bagian bawahnya tampak robek bercampur darah. Rambutnya awut-awutan, berkali-kali ia mengacak rambutnya dengan wajah depresi. Matanya tampak berkaca-kaca, menyesali apa yang telah ia lakukan hingga ia terdampar di tempat berdinding jeruji besi seperti itu. Berkali-kali bibirnya mengoceh, “Appa pasti akan marah padaku. Appa pasti akan menghukumku. Appa pasti akan menyita mobilku. Appa pasti akan mengurungku di dalam rumah setelah ini.”

Sungjae juga tidak jauh berbeda. Meskipun keadaan lelaki itu tampak lebih baik dibandingkan Taehyung dan Jimin, tetapi ia tak kalah terpekurnya. Ia hanya duduk memeluk lutut, menatap kosong apapun di depannya. Ia memang tak mengoceh seperti Jimin, tetapi Taehyung tahu kalau banyak sekali pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Orangtuanya pasti tidak akan menyukai hal ini. Terlebih ketika mereka mengetahui kalau ternyata Sungjae bekerja di tempat ilegal macam diskotik itu, Sungjae pasti juga akan mendapatkan hukuman dari orangtuanya.

Di ruangan jeruji besi yang lain, Jessica juga tampak terpekur. Pakaiannya kusam bercampur darah. Wajahnya membiru akibat tamparan keras dari mantan suaminya yang telah berhasil kabur dari jangkauan polisi. Matanya memerah, pipinya basah karena tangis. Ia menarik-narik ujung rambutnya dengan wajah depresi, sama seperti Jimin. Bibirnya juga sedari tadi mengoceh, “Adikku pasti akan datang kesini dan marah padaku. Adikku pasti malu memiliki kakak sepertiku. Adikku pasti tidak akan menganggapku sebagai kakaknya lagi.”

Demi melihat ketiga orang yang dekat dengan kehidupannya yang kini sama-sama terdampar di dalam tahanan, Taehyung merasa amat sangat terluka. Pada Jimin, lelaki itu selama ini hidup dalam kebebasan, segala kemauannya akan selalu dituruti oleh kedua orangtuanya, namun sekarang ia terdampar di tempat ini. Sungguh akan menyakitkan bila kedua orangtuanya mengetahui anaknya yang selama ini hidup dengan kebebasan itu kini terkurung di dalam ruangan berjeruji besi.

Pada Sungjae, lelaki itu selama ini hidup dalam kekurangan. Ia harus bekerja keras untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Pamit kepada kedua orangtuanya di malam hari hingga larut hanya untuk mencari uang untuk orangtuanya. Sungguh akan menyakitkan bila kedua orangtuanya mengetahui anaknya yang selama ini bekerja keras untuk mereka ternyata bekerja di tempat terlarang yang ilegal dan saat ini terkurung di dalam ruangan berjeruji besi.

Pada Jessica. Selama ini Taehyung memang tidak benar-benar menganggap wanita itu adalah pacarnya. Ia tahu kalau umurnya berbeda jauh sekali dengan Jessica, bahkan wanita itu pernah menikah dengan salah satu pria gangster yang saat ini masih mengincarnya. Tetapi saat ini, begitu melihat keadaan Jessica yang amat tampak lemah, terpuruk dengan nasibnya yang amat sangat buruk, Taehyung benar-benar merasa terluka. Jessica hanya hidup berdua dengan adiknya yang saat ini masih duduk di bangku SMA setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Demi menghidupi kebutuhannya dan adiknya, ia rela menjadi waitress di salah satu kafe dekat sekolah Taehyung saat siang hari dan menjadi penjaga bar di tempat diskotik itu saat malam hari. Ia rela menjadi pacar gelap para pria di dalam diskotik, tanpa mempedulikan perasaannya yang sebenarnya amat sangat terluka dan tidak menginginkan pekerjaan macam ini. Tetapi demi adiknya, demi mendapatkan uang untuk kehidupannya, untuk menyekolahkan adiknya, ia rela melakukan apapun. Selama ini Taehyung terlalu buta untuk menyadari kelembutan hati Jessica, ia hanya menganggap wanita itu sebagai pacar gelapnya yang sama saja dengan wanita-wanita murahan lainnya di dalam diskotik sana. Padahal selama ini Jessica tampak percaya sekali padanya saat menceritakan tentang keluarganya, menganggap Taehyung adalah tempat curahan hatinya yang mampu membuat perasaannya lebih baik. Tetapi apa yang selama ini Taehyung berikan pada wanita itu? Hanya harapan palsu. Hanya perasaan palsu. Hanya senyum palsu. Hanya cinta yang palsu.

Jessica masih terisak di ruang tahanan yang berbeda dengan Taehyung, tetapi Taehyung masih bisa melihat wanita itu dari kejauhan. Berkali-kali wanita itu menyebutkan nama adiknya sambil mengacak rambutnya frustasi. Taehyung menatapnya iba, menatapnya dengan perasaan bersalah, dan menatapnya dengan perasaan terluka. Entahlah, malam ini sepertinya ia akan melihat wanita itu dengan cara pandang yang berbeda.

Seorang polisi kemudian datang mendekati ruang tahanan Taehyung dan membuka gembok ruang tahanan. Sepertinya sudah mulai ada orangtua yang datang untuk menjemput salah satu di antara orang-orang di dalam tahanan.

“Yook Sungjae!” seru polisi itu.

Lantas Sungjae segera bangun dari duduknya. Ia tidak sempat menolehkan kepala ke arah Taehyung maupun Jimin untuk pamit pergi duluan. Ia langsung pergi keluar begitu saja dan berlari menghampiri orangtuanya, berlutut di depan kedua orangtuanya, menangis, meminta maaf, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Kedua orangtuanya hanya menangis, berkata manamungkin anak sebaik Sungjae bekerja di tempat ilegal seperti diskotik itu, kemudian memeluk anak sulungnya itu, memaafkan kesalahan anaknya dan menyuruhnya untuk tidak lagi bekerja di tempat seperti itu. Sungjae hanya mengangguk, lalu ia dan kedua orangtuanya pergi dari kantor polisi setelah membungkuk hormat pada para polisi. Taehyung seperti menonton sebuah drama keluarga yang penuh dramatis. Bahkan tanpa sadar hidung Taehyung memerah, mencoba untuk menahan tangis.

Orangtua yang lain kembali datang. Kali ini adalah orangtua Jimin. Sama seperti Sungjae, lelaki itu tidak sempat menolehkan kepala ke arah Taehyung untuk berpamitan dengannya. Taehyung kini sadar, yang ada di pikiran Jimin maupun Sungjae saat itu hanyalah kedua orangtuanya dan kesalahannya, maka dari itu ia tidak sempat menolehkan kepala pada Taehyung karena ia tidak sempat untuk memikirkan oranglain, selain orangtuanya. Berbeda dengan kedua orangtua Sungjae yang menangis, kedua orangtua Jimin justru datang dengan wajah merah padam, terlebih ayahnya. Ayahnya Jimin langsung membentak anak satu-satunya itu, memarahinya habis-habisan. Jimin berdiri terpaku dengan wajah pucat dan tertunduk. Bahkan Jimin belum sempat meminta maaf, ayahnya sudah langsung menyemprotnya dengan bentakan. Setelah Jimin dan kedua orangtuanya keluar dari kantor polisi, suasana di kantor polisi kembali lengang. Drama yang kedua telah berakhir. Seluruh orang di dalam kantor polisi kembali bernapas lega setelah sebelumnya menahan napas menyaksikan luapan amarah ayahnya Jimin.

Taehyung jadi berpikir, apa yang akan terjadi saat kedua orangtuanya datang menjemputnya nanti? Apakah mereka akan langsung memaafkannya seperti kedua orangtua Sungjae? Ataukah mereka akan langsung memarahinya habis-habisan seperti ayahnya Jimin? Ah, sepertinya Taehyung sudah tahu jawabannya.

Polisi kembali datang mendekati ruang tahanan, tetapi kali ini bukan ruang tahanan Taehyung, melainkan ruang tahanan para wanita.

“Jessica Jung!” seru polisi itu.

Jessica tak kunjung bergerak dari tempatnya. Ia masih duduk terisak, mengacak rambutnya depresi, menggelengkan kepala, tidak mau keluar dari tahanan.

“Jessica Jung!” Polisi itu kembali berseru.

Jessica masih tidak mau bangun dari duduknya. Bahkan Taehyung sampai khawatir melihatnya. Apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa wanita itu tidak mau keluar dari penjara?

“Jessica Jung, adikmu sudah datang menjemputmu!”

Jessica menggelengkan kepalanya, kembali terisak. “Aku tidak mau bertemu dengan adikku.” ucapnya meracau.

Polisi itu mendesah keras. “Kau mau kubebaskan atau tidak?!”

Eonni!” Seorang gadis berambut panjang tiba-tiba saja datang menghampiri sel tahanan Jessica dengan wajah khawatir.

Taehyung tertegun begitu mengenali suara itu.

“Kau harus keluar dari sini, eonni.” kata gadis itu, berjalan masuk ke dalam ruang tahanan, menghampiri Jessica, meraih tangan kakaknya yang gemetar.

Jessica balas memandang adiknya dengan mata berkaca-kaca. “Aku malu padamu.”

Adiknya menggeleng. Tangannya bergerak menyeka airmata kakaknya. “Jangan berkata seperti itu, eonni. Kita keluar dulu dari sini sekarang. Baru setelah itu kita bicara.” katanya.

Kemudian Jessica dan gadis berambut panjang itu keluar dari ruang tahanan. Adiknya itu memapah tubuh Jessica yang tampak lemah. Polisi yang membuka pintu tahanan juga membantu gadis itu untuk memapah tubuh kakaknya. Namun ketika gadis itu keluar dari ruang tahanan sambil melirik ke arah ruang tahanan lainnya dan tatapannya kemudian bertemu dengan tatapan Taehyung, gadis itu tertegun.

Taehyung menahan napas ketika tatapannya bertemu dengan gadis berambut panjang itu. Matanya membulat, terkejut. Bahkan ia tidak menyangka saat bibirnya berkata lirih, “Halla?” menyebut nama gadis berambut panjang itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman sekelasnya. Gadis berambut panjang yang baru siang hari tadi ia pinjami saputangan saat gadis itu bersin di bawah pohon sekolah saat istirahat.

Gadis berambut panjang itu juga tampak terkejut saat melihat Taehyung duduk di dalam tahanan dan sedang menatapnya dengan mimik terkejut saat ini, namun dengan segera ia memalingkan pandangannya, kembali memapah tubuh kakaknya, meninggalkan Taehyung yang tertegun.

Belum sempat Taehyung berpikir jernih tentang Jessica yang dijemput oleh Halla—yang katanya adalah adiknya?—seorang polisi kembali menghampiri ruang tahanan, membuka gembok ruang jeruji besi.

“Byun Taehyung!”

Taehyung masih belum mendapatkan kesadarannya saat polisi itu berseru memangil namanya.

“Byun Taehyung! Orangtuamu sudah datang!”

————————

Ternyata dugaan Taehyung salah. Ketika Taehyung datang menghampiri orangtuanya yang berdiri menunggu di lobi kantor polisi—ternyata hanya ayahnya yang datang, sementara ibunya tidak—Baekhyun tidak langsung memarahinya seperti apa yang dilakukan ayahnya Jimin. Namun Baekhyun juga tidak langsung memeluk Taehyung sambil menangis seperti apa yang dilakukan ayahnya Sungjae. Baekhyun hanya diam dengan menunjukkan wajah kebas, hanya melirik Taehyung tanpa ekspresi, lalu keluar dari kantor polisi setelah pamit pada para polisi sambil membungkuk hormat. Meskipun Baekhyun hanya diam saja saat menjemputnya, tetapi Taehyung tahu kalau ayahnya itu marah padanya dan sedang berusaha menahan amarahnya. Taehyung berpikir mungkin saat di rumah nanti, amarah ayahnya akan meledak. Bukankah memang biasanya perang dunia terjadi saat berada di dalam rumah?

Dan benar saja. Begitu Baekhyun dan Taehyung sudah masuk ke dalam rumah, berjalan ke ruang tengah dimana disanalah Taeyeon dan Sohyun sedang duduk menunggunya dengan wajah penuh kekhawatiran, Baekhyun langsung berbalik menghadap Taehyung dan langsung melayangkan tamparannya pada wajah Taehyung.

“Astaga, Suamiku!” Taeyeon lantas berdiri dari duduknya dan berlari menghampiri Taehyung, melindungi putranya itu.

Sementara Sohyun tertegun di atas sofa, menatap Baekhyun dengan tatapan terkejut sekaligus tidak percaya. Taehyung juga tampak terpekur setelah ditampar oleh ayahnya sendiri. Pipinya yang memar terasa semakin panas. Bahkan ketika Taeyeon datang memeluknya sejenak, menyentuh pipinya dengan tangan gemetar sambil bertanya, “Kau tidak apa-apa?” sambil menatapnya dengan tatapan khawatir, Taehyung masih merasakan panas pada pipinya. Tidak hanya pipinya, bahkan otaknya juga, sudah mendidih, merasa terbakar karena perlakuan ayahnya.

“Benar-benar anak tidak tahu diri!” umpat Baekhyun kemudian, dengan suara tertahan. Matanya menyiratkan amarah yang luar biasa saat menatap Taehyung. “Pamitnya belajar bersama teman-teman, tetapi ternyata malah bermain ke diskotik. SIAPA YANG PERNAH MEMPERBOLEHKANMU MAIN KE TEMPAT TERLARANG ITU, HAH?!”

Akhirnya, lucifer telah keluar dari tubuh Baekhyun.

“BYUN BAEKHYUN, SUDAH KUBILANG TIDAK ADA KEKERASAN DI RUMAH!” bentak Taeyeon, menatap Baekhyun dengan marah.

“KAU TIDAK USAH MEMBELA TAEHYUNG, KIM TAEYEON! ANAKMU ITU BENAR-BENAR SUDAH KETERLALUAN! BELUM CUKUP UMUR SUDAH MAIN KE TEMPAT ITU! BERKELAHI, LAGI! KAPAN APPA PERNAH MENGAJARIMU BERKELAHI, BYUN TAEHYUNG?!”

Taehyung tidak menjawab, hanya terdiam, balas menatap ayahnya dengan emosi yang meluap-luap di dalam dadanya.

Baekhyun mendengus melihatnya. Ia meraih dagu Taehyung dan memaksa lelaki itu untuk mendongakkan kepala untuk menatap matanya intens. “ADA APA DENGAN TATAPANMU, HAH?! BERANINYA KAU MENATAP AYAHMU DENGAN TATAPAN SEPERTI ITU?!”

Taeyeon menangkis tangan Baekhyun dengan geram. “JANGAN SENTUH PUTRAKU!”

Sohyun mengkerut di atas sofa. Tatapannya berubah takut saat melihat kedua orangtuanya kembali berkelahi.

Baekhyun mendengus marah. “APA-APAAN KAU INI, KIM TAEYEON!” bentaknya, lalu menuding ke arah Taehyung. “DIA JUGA PUTRAKU! AKU INI AYAHNYA! AKU BERHAK MARAH ATAS PERBUATANNYA! LIHAT WAJAH PUTRAMU INI, KIM TAEYEON!” Baekhyun kembali meraih dagu Taehyung dengan kasar, membolak-balik wajah Taehyung di hadapan Taeyeon. “PUTRAMU INI BERKELAHI! DIA DITAHAN DI KANTOR POLISI! BAGAIMANA AKU TIDAK MARAH PADANYA?! BAGAIMANA AKU TIDAK KECEWA PADANYA?!”

“TETAPI TIDAK BEGINI CARANYA, BYUN BAEKHYUN!” Taeyeon kembali menyingkirkan tangan Baekhyun dari dagu Taehyung. “KAU BISA BERBICARA PADANYA DENGAN BAIK-BAIK! TIDAK DENGAN BENTAKAN! TIDAK DENGAN KEKERASAN!”

“KAU JUGA BARU SAJA MEMBENTAK, KIM TAEYEON!”

“ITU KARENA KAU YANG TERLEBIH DAHULU MEMBENTAK! KAU TAK PERNAH MENGAJARI ANAK-ANAKMU DENGAN BAIK! KAU SELALU MENGAJARINYA DENGAN BENTAKAN! DENGAN EMOSIMU! BAHKAN TERKADANG DENGAN KEKERASAN! BAGAIMANA ANAK-ANAKMU BISA MENJADI ANAK YANG BENAR KALAU KAU MENGAJARINYA DENGAN CARA SEPERTI ITU?!”

Baekhyun mendengus lucu mendengar ucapan Taeyeon. “OH, JADI SEKARANG KAU MENYALAHKANKU?”

“IYA! AKU MENYALAHKANMU! TAEHYUNG SEPERTI INI JUGA ADALAH SALAHMU! KAU TAK PERNAH MEMPERHATIKANNYA SAMPAI-SAMPAI DIA TERJERUMUS KE JALAN YANG SALAH! SEMUA INI ADALAH SALAHMU, BYUN BAEKHYUN! KAU BENAR-BENAR TIDAK BECUS MENJADI AYAH UNTUKNYA!”

“MEMANGNYA KAUPIKIR KAU SUDAH MERASA BENAR MENJADI IBU UNTUKNYA, HAH?! KALAU MEMANG BEGITU, KENAPA KAU TIDAK TAHU KALAU SETIAP MALAM ANAKMU BERMAIN KE DISKOTIK?! JADI SIAPA YANG SEBENARNYA TIDAK MEMPERHATIKAN ANAK-ANAKNYA, HAH?!”

EOMMA! APPA! CUKUUUUP!” Taehyung berteriak dengan seluruh tenaga, menghentikan perdebatan kedua orangtuanya.

Taehyung menatap kedua orangtuanya dengan tatapan terluka, dengan mata berkaca-kaca. “KENAPA KALIAN BERDUA MALAH BERTENGKAR?!”

Baekhyun menoleh marah pada Taehyung. “KAU TIDAK USAH IKUT CAMPUR, BYUN TAEHYUNG!”

“BAGAIMANA BISA AKU TIDAK IKUT CAMPUR KALAU ORANG YANG SEDANG KALIAN BICARAKAN ITU ADALAH AKU?!” Taehyung berteriak.

Baekhyun dan Taeyeon sama-sama terdiam.

Taehyung pun melunak. Ia menatap kedua orangtuanya dengan tatapan tidak mengerti. “Tidakkah seharusnya kalian memperhatikanku dulu sebelum kalian berdebat? Tidakkah seharusnya kalian bertanya dulu kenapa aku bisa berada di diskotik itu sebelum kalian menyimpulkan bahwa tempat itu telah menjerumuskanku ke jalan yang salah?”

Baekhyun dan Taeyeon sama-sama tidak menjawab.

“Aku benci melihat eomma dan appa-ku bertengkar.” kata Taehyung kemudian, dengan suara terluka. “Tidak bisakah kalian dalam waktu seminggu saja tidak bertengkar? Apakah kalian tidak bisa berbicara dengan baik-baik? Aku lelah mendengar suara pertengkaran kalian, eomma, appa.”

“SUDAH KUBILANG JANGAN IKUT CAMPUR, BYUN TAEHYUNG!” Baekhyun menyela ucapan Taehyung dengan wajah marah.

“KENAPA SIH APPA SELALU TIDAK MEMPERBOLEHKANKU UNTUK IKUT CAMPUR?! MEMANGNYA KENAPA KALAU AKU SELALU IKUT CAMPUR—?!”

PLAK! Dengan cepat Baekhyun menampar wajah Taehyung, membungkam teriakan Taehyung. Membuat Sohyun dan Taeyeon kembali tertegun.

“Diam kau, Byun Taehyung.” kata Baekhyun dengan suara tertahan.

Taehyung memegang pipinya yang terasa panas. Ia lalu menatap Baekhyun dengan tatapan terluka. Airmatanya mengalir saat ia berkata dengan suara lemah, “Appa, apakah appa tidak memikirkan perasaan anakmu saat appa menampar wajahnya dengan tanganmu? Apakah appa tidak memikirkan perasaan anakmu saat dia melihat kedua orangtuanya bertengkar? Aku anakmu, appa! Tidakkah appa menyadarinya kalau selama ini aku terluka karenamu?”

Baekhyun dan Taeyeon sama-sama tertegun. Sohyun juga tertegun memandang Taehyung. Bukan tertegun karena ucapan kakaknya, melain karena… kakaknya menangis! Untuk pertama kalinya, setelah sepuluh tahun berlalu semenjak mereka menangis bersama di hari pertama kalinya melihat ayah dan ibunya bertengkar, ia kembali melihat kakaknya menangis, tepat di depan matanya. Airmata itu mengalir pelan, jatuh dari pelupuk mata, membasahi kedua belah pipi yang jarang terjamah oleh aliran air hangat itu. Segitu terlukanyakah perasaan kakaknya hingga kakaknya itu menangis?

Setelah berkata begitu, Taehyung berbalik dan pergi berlari keluar rumah, meninggalkan Baekhyun, Taeyeon, dan Sohyun yang tertegun. Begitu tersadar kalau putranya pergi keluar rumah, Taeyeon segera berlari mengejar Taehyung.

“Taehyung~a! Byun Taehyung!” seru Taeyeon.

Namun sayang, Taehyung sudah berlari memecah keheningan malam kota Tongyeong tanpa mengindahkan seruan ibunya. Taeyeon hanya menatap punggung Taehyung yang semakin menjauh dengan tatapan terluka sekaligus khawatir.

Taeyeon kembali masuk ke dalam rumah dengan tatapan kosong, matanya tampak berkaca-kaca, merasa terluka karena telah melukai perasaan putranya sendiri. Ia berhenti tepat di depan Baekhyun yang masih tampak tertegun. Tangannya lalu bergerak memukul dada bidang suaminya dengan gerakan pelan, seakan tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk menyadarkan suaminya.

“Kenapa kau diam saja?” tanya Taeyeon dengan suara mengambang, seperti suara desau angin. Tanpa sadar airmatanya mengalir. “Kenapa kau tidak mengejarnya, Byun Baekhyun?”

Baekhyun tidak menjawab, hanya menghela napas berat.

Taeyeon melangkah maju, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Baekhyun, tangannya meremas kaos yang dikenakan suaminya, lalu ia terisak disana. “Dia terluka, Baekhyun. Kita berdua telah melukai perasaannya.”

Baekhyun menepuk punggung istrinya pelan. “Dia pasti baik-baik saja.”

Di luar dugaan Baekhyun, Taeyeon melangkah mundur dan malah membentak. “Bagaimana bisa kau hanya berkata seperti itu, Byun Baekhyun?! Dia pergi dari rumah ini! Dengan perasaannya yang terluka! Karena kita berdua! Dan dengan ringannya kau berkata kalau dia akan baik-baik saja?! Kapan kau akan berhenti memikirkan dirimu sendiri?! Kapan kau akan mulai memperhatikan anak-anakmu?! Dimana rasa pedulimu pada anakmu sendiri, Byun Baekhyun?!”

“Siapa yang hanya memikirkan diri sendiri, Kim Taeyeon?! Aku memikirkan anak-anakku juga!” Baekhyun balas membentak.

Sohyun kembali mengkerut di atas sofa, memperhatikan kedua orangtuanya yang memasuki pertengkaran ronde kedua dengan tatapan lelah.

“Kalau begitu kenapa kau malah diam saja saat Taehyung pergi?! Kenapa kau tidak mencegahnya?!” Taeyeon nyaris menjerit.

Baekhyun mengacak rambutnya frustasi. Ia lalu menatap istrinya dengan tatapan tidak mengerti. “Kenapa sih kau membuat masalah kecil seperti ini menjadi masalah yang besar?”

“Ini bukan masalah kecil, Byun Baekhyun! Taehyung pergi keluar rumah pada malam selarut ini dengan perasaan yang terluka! Tidakkah kau memikirkannya?! Dia tidak sedang baik-baik saja, Byun Baekhyun! Anak kita tidak sedang baik-baik saja!”

Baekhyun membuang muka dari tatapan Taeyeon. “Kau terlalu berlebihan, Kim Taeyeon.”

“Astaga!” Taeyeon terpekur mendengar suaminya, airmatanya kembali mengalir, kali ini adalah airmata kecewa. “Bagaimana bisa aku memiliki suami sepertimu?”

“APA KAUBILANG?!” Baekhyun mendadak murka lagi. Ia menatap Taeyeon dengan tatapan tidak terkontrol. “BAIKLAH KALAU BEGITU, KAU CARI SAJA PRIA LAIN YANG AKAN MENJADI SUAMI YANG LEBIH BAIK UNTUKMU! KITA BERCERAI MALAM INI!”

Taeyeon dan Sohyun sama-sama tertegun. Terlebih Taeyeon yang merasa seperti dipukul setelah mendengar bentakan suaminya. Jelas pembicaraannya tidak ada yang menyentuh Baekhyun, bahkan suaminya itu dengan beraninya mengatakan ‘cerai’ padanya ketika kenyataannya ia hanya mengungkapkan rasa kepeduliannya pada pria itu yang sama sekali tidak mengkhawatirkan putranya. Dengan tubuh bergetar dan tanpa banyak bicara, Taeyeon melangkah menuju lantai atas sebelum Baekhyun menyadari butiran airmata yang begitu pahit terbentuk di matanya.

Appa benar-benar keterlaluan.” kata Sohyun saat melihat ibunya kembali menangis.

————————

Ketika pikiran Baekhyun kembali jernih, ia mengakui kesalahannya yang mengabaikan sikap peduli Taeyeon pada Taehyung, bahkan dengan teganya ia mengatakan kalau sikap istrinya itu berlebihan. Terlalu banyak pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya dan suasana hatinya benar-benar tidak menyenangkan karena sikap keterlaluan putranya yang masuk tahanan sehingga ia tidak bisa berpikir jernih malam ini dan kata-kata menyakitkan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Setelah menenangkan diri beberapa saat, akhirnya ia mengetuk pintu kamarnya dan istrinya yang tertutup dan terkunci.

“Taeyeon, aku tahu kau di dalam. Bukalah.” Semenit berlalu, Baekhyun mengetuk lagi. “Taeyeon, bukalah pintunya. Kita perlu berbicara dan membiarkanku berdiri di luar sini hanyalah membuang waktu.”

Tidak lama kemudian Baekhyun mendengar Taeyeon membuka kunci pintu, membiarkan dirinya masuk. Baekhyun memperhatikan Taeyeon yang berbaring membelakanginya di atas kasur. Baekhyun tidak senang melihat istrinya itu yang memberinya perlakuan dingin, tetapi ia menyadari kalau ia pantas mendapatkan itu. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara untuk beberapa saat hingga akhirnya Baekhyun melangkah naik ke atas kasur, duduk di sebelah istrinya.

“Taeyeon~a.” panggilnya lembut. “Kau tahu aku tidak suka ketika kau mendiamkanku, kan?”

Taeyeon menoleh, memberikan tatapan sedih namun juga marah pada Baekhyun. “Kau juga tahu aku tidak suka ketika kau berkata ‘cerai’ padaku, kan?”

Baekhyun merasa menyesal tidak menahan lidahnya tadi. Ia tahu kata itu terdengar sangat menyakitkan di telinga istrinya, seharusnya ia tidak mengatakan hal itu.

Dengan wajah serius, Baekhyun meraih bahu Taeyeon dan memutar tubuh istrinya itu untuk menghadapnya dan bangun dari tidurnya. Ketika Taeyeon menolak, Baekhyun menariknya sedikit lebih kuat hingga Taeyeon mau tidak mau duduk. Sambil memeluknya erat, Baekhyun membenamkan wajahnya di puncak kepala Taeyeon.

“Aku tidak bermaksud seperti itu.” Baekhyun mengayunkan tubuh mereka ke kiri dan kanan. “Aku minta maaf, Taeyeon.” tambahnya.

Terasa begitu lama sebelum Taeyeon akhirnya menggerakkan lengannya dengan pelan, menyentuh dada Baekhyun dengan ujung jari sebelum melingkarkan lengan di pinggang Baekhyun. “Kau benar-benar moody hari ini, Baekhyun.”

Baekhyun mengangguk. Ia tahu suasana hatinya amat sangat tidak menentu hari ini. Merasa terkejut ketika mendapatkan kenyataan kalau ternyata ia kurang memperhatikan anak-anaknya—berterimakasihlah pada Sehun yang sudah menyadarkannya—malam harinya ia kembali dikejutkan dengan kenyataan kalau putra sulungnya ternyata bermain di tempat ilegal itu dan terlibat dalam perkelahian hingga terdampar di kantor polisi. Jelas sekali kalau dua hal itu membawa dampak buruk untuknya, bukan hanya untuknya, tetapi juga hubungannya dengan istrinya dan anak-anaknya.

“Aku tahu. Aku minta maaf.” kata Baekhyun kemudian.

Untuk seorang Baekhyun, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf. Ia tidak bisa membuat janji. Ia tidak bisa berjanji akan memperhatikan anak-anaknya lebih baik lagi. Ia tidak bisa berjanji tidak akan berkata cerai lagi pada istrinya. Janji-janji seperti itu tidak bisa ia lakukan karena ia tidak tahu apakah ia bahkan bisa menepatinya atau tidak. Lebih baik tidak memberikan janji dibandingkan menjanjikan sesuatu yang hampa.

Jika ruangan tidak setenang ini, Baekhyun tidak akan mendengar isakan Taeyeon. Ketika ia mencoba memandangi wajahnya, Taeyeon justru memeluknya semakin erat, menenggelamkan wajah di dada Baekhyun, tidak membiarkan Baekhyun untuk memandanginya. Baekhyun berdiam diri dan hanya bergerak untuk mengecup puncak kepala Taeyeon dengan lembut.

“Aku tidak seharusnya menghentikanmu,” aku Baekhyun. “Kau hanya mencoba untuk membantu menyadarkanku agar aku memperhatikan anak-anakku.”

Keheningan berlalu sebelum Taeyeon mengangkat kepala, “Aku mengkhawatirkan Taehyung, Baekhyun. Sebentar lagi hari ulangtahunnya, hari kebahagiaannya. Tetapi sekarang dia malah terluka karena kita berdua, kau tahu itu, kan?”

Baekhyun mengangguk.

“Tetapi ini sudah terlalu larut malam untuk mengejarnya. Kau juga tampak lelah, Taeyeon. Jadi lebih baik malam ini kita istirahat dulu dan besok—apabila memang Taehyung belum juga pulang—baru kita mencarinya. Akhir pekan nanti kita pasti bisa pergi merayakan hari ulangtahunnya.”

Taeyeon mengangguk dengan lembut. Ia kembali memeluk Baekhyun, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Baekhyun, dengan lengan Baekhyun yang balas memeluk.

Mereka sama sekali tidak tahu dan tidak menyadari kalau esok harinya, bahkan hingga hari-hari berikutnya, masalah ini tidak akan pernah selesai. Jalan-jalan di akhir pekan batal dan tidak ada merayakan hari ulangtahun Taehyung dengan pergi jalan-jalan. Karena Taehyung, putra sulung mereka, sempurna pergi dari kehidupan mereka.

—tbc

Fast update again! Chapter 8 is here!
Well, akhirnya terungkap juga siapa itu gadis berambut panjang yang selalu bikin jantung Taehyung dag-dig-dug-jer (?) Dan OMO! My Taehyung-ie~~ kenapa kau begitu menyedihkan disini T_T /tampar Baekhyun, eh, tampar author aja deh, Baekhyun terlalu imut untuk ditampar,hihi/ Dan, Baekhyun! Ya Tuhan, kenapa kau jahat sekali pada anakmu sendiri T_T /mukul dada Baekhyun sambil mewek kayak Taeyeon/
Stok tisu masih ada kan, ya? Oke, simpen untuk next chapter lagi ya. Mungkin chapter berikutnya akan lebih menguras emosi dan tenaga /huah, author mau ngipas-ngipas airmata dulu/
Jangan lupa like dan comment-nya yah 🙂 Enjoy it, guys ^^

13 thoughts on “[Multichapter] Story of Byun Family — Chapter 8

  1. Chap yg ini banyak mewek2nye, itu si taehyung pergi kemana ya? Jangan2 dia bunuh diri atau kecelakaan. Sumpah chap ini bikin mewek 😥

  2. Aku telat baca. Huhuhu, chap ini bener2 bikin baper. Banyak mewek2nya juga. Hayoloh, Jangan-jangan Taehyung kecelakaan. Noooo!!! Sohyun cuman nyempil dikit disini XD Makin seru deh. Fast update please

  3. ributnya parah bgt sih ya ampunnn,..
    taehyung beneran pergi kemanaaaaa,.. penasaran bgt >_< penasaran bgttt updatesoonn

Leave a reply to deasyandrianie Cancel reply