Always [ Chapter – 6 / end ]

Always-Alana-Pis


Title || Always 6th

Author ||  Alana Yuen

Maincast ||  Park Jiyeon | Yoo Seunghoo || Kim Woobin

Genre || Romance | Comedy | Angst

Length || Chaptered

 

 


>>>Always<<<

.

 

 

“Oppa, …Appa sedang sakit. A..a…ku…”

 

“Ayo, aku antar kau pulang. Aku ingin menemui orangtuamu dan segera memintamu dari mereka.”

 

Dahiku semakin berkerut, dan kepalaku semakin berdenyut. Ini sungguh kebetulan yang membuatku gila. 

 

Lalu di mana Seunghoo sekarang. Jika dia sudah pergi sejak tiga hari yang lalu, kenapa dia tidak mendatangiku atau paling tidak mengabariku. Apakah Seunghoo benar-benar sudah mengakhiri hubungan ini. Apakah dia sekejam itu…

 

 

 

>>>Always<<<

 

 

 

 

Seungho tertegun di depan apartement Jiyi. Dia mengurungkan niatnya ketika melihat Jiyi keluar dari pintu depan dengan rengkuhan Woobin di sisinya. Jadi Jiyi memutuskan untuk memilih Woobin. Dia mengabaikan semua pengorbanan yang telah Seunghoo lakukan demi gadis yang membuatnya jatuh cinta itu.

 

Ya, jatuh cinta.

 

Kenapa kata-kata itu terdengar begitu akrab. Selama ini dia selalu merasakan jatuh cinta. Itu bukan perasaan yang asing. Dan Jiyi selalu berada diantara perasaan jatuh cintanya. Namun sekarang kenapa perasaan itu justru tertuju padanya.

 

Tangannya mengepal. Hatinya baru kali ini merasa begitu hancur, meskipun dia pernah merasakan bagaimana rasanya sakit hati, namun Seungho baru pertama kali ini merasakan bahwa hatinya benar-benar hancur. Jiyi telah terikat dengannya sejak kecil. Hubungan persahabatan itu bukanlah hal yang main-main. Terkadang persahabatan jauh lebih hebat dari hubungan cinta. 

 

Seunghoo melangkah menjauh. Dia memalingkan wajahnya ketika mobil Woobin melintasinya. 

 

Kenapa dia mendiamkan semua ini. Kenapa bukan justru menarik Jiyi dan menjauhkan Woobin dari sisi tunangannya. Kenapa Seunghoo selemah ini. Apakah karena dia takut Jiyi akan membencinya. Apakah karena dia ingin memberikan kesempatan pada Jiyi agar dia bisa memilih yangbterbaik untuk drinya.

 

Seunghoo memang bukan laki-laki baik di mata Jiyi. Sejak kecil Jiyi selalu melihat bagaimana Seunghoo selalu memanfaatkan Jiyi untuk kepentingan dirinya. Mungkin karena hal itu Jiyi tidak pernah mempercayai Seunghoo untuk menjadi ondamping dalam hidupnya.

 

 

Ponselnya berbunyi.  Dan itu adalah dari sahabatnya semasa kuliah. Dia menawari Seunghoo untuk bekerja di sebuah sekolah swasta di daerah Eunpyong-gu. 

 

“Kau sudah bisa datang untuk interview hari Senin besok. ”  ujar Song Byun Hun menyemangati Seunghoo.

 

“Apakah ada yang harus kubawa untuk referensi ?” Seunghoo melirik arlojinya. 

 

“Terserah kau saja. Jika kau memang punya, kenapa tidak kau bawa saja.”  

 

“Okay !” 

 

.

.

.

 

 

Jiyi sedang merapikan pakaiannya ke dalam ranselnya. Dia hanya membawa beberapa potong saja. Hanya untuk satu malam, mungkin paling lama menambah satu hari saja kunjungan untuk menjenguk Ayahnya yang sakit. Dan Woobin akan mengantarnya. Ini sungguh membuatnya oanik. 

 

Apakah Jiyi harus menolaknya. Dia mengambil ponselnya lagi, alalu memeriksanya dengan teliti. Dia masih berharap Seungho akan mengabarinya. Dia mulai di landa rasa bersalah dan mungkin rindu. Perasaan yang sangat fenomenal di hatinya. Apakah benar dia merindukan Seungho. 

 

“Brengsek, kau Seunghoo Oppa!  Jiyi memaki di depan cermin dengan wajah kusut, sekusut pakaiaannya yang dimasukkan secara paksa ke dalam ransel.

 

Jiyi melihat ke dalam ponselnya lagi, namun kali ini Woobin yang menghubunginya. 

 

“Apa kau sudau tidur ?” tanya Woobin dengan sebuah nafas yang terdengar sedikit keras.

 

“Oppa, kau sedang apa ?” tanya Jiyi curiga

 

“Fitness. Aku harus tetap menjaga stamina tubuhku, dan juga bentuk tubuku yang begitu seksi ini. Kau belum pernah melihatnya,kan? Kau akan sangat terkesan Jiyi.”  Ujar Woobin santai. Seandainya Jiyi bisa melihat Woobin sedang tersenyum penuh kebanggaan saat ini.

 

“Oppa, apa kau tidak keberatan kalau aku sendiri saja.”  tanya Jiyi lirih. Dia takut Woobin akan tersinggung.

 

“Waeyo ? Apa kau malu memperkenalkan aku pada orang tuamu ?”  

 

“Bukan seperti itu Oppa,..”  kalimat Jiyi terhenti.   ” Keluargaku adalah keluarga sederhana yang berpikir dengan pola pikir yang sederhana. Mereka sangat menjaga tradisi dan nama baik keluarga. Oppa tau sendiri, aku dan Seunghoo Oppa sudah betunanaga, aku hanya takut jika aku membawa Oppa menghadapi Appa, mereka semua akan berpendapat aku telah mengkhianati Seunghoo Oppa. Dan nama baik keluargaku akan tercoreng. ”  Jiyi terdiam. Apa dia terlalu berlebihan dengan mengatakan hal itu

 

“Aku mengerti. ”  Lalu hening.

 

“Opa, apa kau marah?”  Tanya Jyi.

 

“Tidak. Aku sangat mengerti Jiyi. Apalagi aku memang terlalu memaksakan diri. Apa kau benar.benar mencintai Seunghoo ?”

 

Pertanyaan itu membuat Jiyi sedikit berpikir. Dia bisa saja mengatakan kalau dia mencintai Seunghoo saat ini, karena kenyataannya memang demikian walau belum seratus persen mempercayai namja yang telah menjadi sahabatnya itu sejak dulu.

 

Tapi Jiyi mempertimbangkan perasaan Woobin. Dia tidak bisa seenakmya mengatakan bahwa dia tidak mencintai Woobin karena secara sengaja, Jiyi telah membawa Woobin untuk masuk dalam permainannya. 

 

“Oppa, bisakah kita bicarakan nal ini lain kali. ”  Jiyi mendesah berat.

 

“Baik Jiyi. Aku mengerti. Aku tidak akan membebani pikiranmu. Saat ini kau sedang gelisah karena kondisi Appamu. Tapi mengenai keberangkatanmu, tidak bisakah kau berpura-pura menganggabku sebagai teman. ”  

 

“Oppa, aku akan menghubungi eommaku dulu  untuk memastikan.”

 

“Baiklah.”  Lalu hening sebentar. Mungkin Woobin sedang menarik nafasnya. Lalu, 

 

“Jiyi, aku benar.benar mencintaimu.”

 

Deg

 

Perasaan Jiyi seakan di terpa oleh sebuah beban. Perkataan cinta dari seorang Woobin membuatnya hampir lupa untuk bernafas, sedangkan pernyataan cinta dari Seunghoo, membuatnya seperti mempunyai bisul yang belum pecah. Berdenyut dan menyakitkan.

 

Jiyi lama terdiam hingga Woobin memutuskan untuk memutuskan percakapan mereka dan menutup ponselnya.

 

 

.

.

.

 

Hujan sedang turun dengan lebatnya ketika Jiyi dan Woobin tiba di halaman rumah keluarga Jiyi. Sepertinya suasana di rumah sedang sepi. Tidak ada pergerakan sedikitpun di sana.

 

Woobin keluar dari mobilnya dengan sebuah payung. Sia membukakan pintu untuk Jiyi dan membimbingnya melangkah di bawah payung yang sama. 

 

“Apa tidak ada orang ?”  tanya Woobin

 

“Kami hanya berempat sebelumnya, Oppa. Appa, Eeomma, aku dan seorang pelayan. Namun sekarang akuntidak tahu. Terakhir kali aku pulang, aku masih melihat jumlahnya belum bertambah.”  Ujar Jiyi menjelaskan.

 

“Sangat menarik.” timpal Woobin sambil merapikan rambutnya. Dia membenahi celana jeansnya yang sedikit basah.

 

Namun kemudian pointu terbuka perlahan. Jiyi merasa lega ketika yang menyembul di sana adalah Eommanya. Dia sedikit tertegun dengansosok Wwoobin yang mempounyai postur tinggi dan tegap. 

 

“Eomma, dia Kim Wwoobin.”  Jiyi melirik Woobin. Namja itu sudah sepakat untuk menjadi sahabat Jiyi di hadapan orang tua Jiyi.  “Temanku. ”  lanjut Jiyi tenang. Dia melirik Woobin yang menepuk bahunya emmberi dukungan.

 

Ny. Park menghela nafas. Dia menyambut tangan Woobin dan tersenyum. Jiyi melihatnya dengan sedikit was-was. Dia tahu eommanya sedang berusaha bersikap ramah.

 

“Masuklah !”  ujar eommanya.

 

Jiyi berjalan masuk.’Woobin mengikutinya.

 

“Apakah Appa baik-baik saja ?”  tanya Jiyi langsung. Sia manruh tasnya dan berjalan ke arah kamar Ayahnya. Di sana di berdiri di batas pintu dan melihat Ayahnya sedang terbaring di tempat tidur.

 

“Dia baru saja minum obat tidur. Kau bisa bicara dengannya nanti, mungkin sekitar dua jam lagi.”  ujar eommanya sambil berjalan ke dapur.  “Eomma akan buatkan teh hangat untuk kalian.”

 

“Eomma, ..”  Jiyi menatap pada eommanya yang sejak tadi bersikap sedikit lesu. Apakah Jiyi terlalu membuat masalah. 

 

“Nanti saja, Jiyi. Eomma akan ceritakan satu hal padamu.”  ujar Ny. Park sambil melanjtkan langkahnya. Sementara Woobin berdiri dengan sikap canggung dan serba salah. Dia menatap Jiyi.

 

“Duduklah Oppa !”  Jiyi mengajak Woobin duduik di sofa. Dia memperhatikan raut wajah Woobin yang tidak seperti biasanya.

 

“Eommamu tidak menyukaiku.”  ujarnya dengan senyuman segaris. Dia menarik nafasnya dalam-dalam.’

 

“Dia hanya belum mengenalmu’ Oppa.”  Jiyi berusaha untuk tidak mendramatisir keadaan. Dia harus bersikap objektif dan fokus. Kondisi Ayahnya saat ini adalah yang terpenting.

 

 

 

Selesai makan malam, Eomma mengajak Jiyi masuk ke dalam kamar dan mendudukkan Jiyi di atas kasurnya. Wanita itu duduk berhadapan dengan Jiyi dan menatap putrinya serius.

 

“Kalau eomma ingin menanyakan masalah Woobin, dia hanya temanku.”  jawab Jiyi berbohong. Namun dia sendiri tidak jelas dengan posisi Woobin di sisinya terlebih di hatinya. 

 

“Eomma akan menceritakan masalah Seunghoo padamu.”  jelas eommanya.

 

“Seunghoo ?”

 

“Ya. Apa kau tahu kenapa saat kau pulang beberpa wakgu lalu, kau menemukan Seunghok tinggal sendirian seperti helandnagan di rumah itu ?” tanya Eommanya. Jelas saja Jiyi menggeleng. Sia tidam tahu mengenai hal itu, apalagi Seunghoo tidak pernah menceritakan hal apapun pada Jiyi. Atau mjngkin Seunghoo tidak ingin mnceritakannya dan melarang Jihyi untuk tahu. Jiyi terlelau sibuk dengan dirinya sendiri.

 

Sekarang Jiyi merasa semakin merasa bersalah karena sebenarnya dia tidak mengetahui apa-apa memgenai Seunghoo, bahkan hatinya menolak untuk mempercayai namja yang sudah menjadi tunangannya itu. Jiyi menghembuskan nafas  berat. Hatinya berdenyut seakan-akan menyebutkan nama Seunghoo berkali-kali, menghadirkan wajah sendu dan sesuatu dari matanya ingin menetes. Di tariknya nafas sedalam mungkin.

 

“Kedua orang tua Seunghoo sejak dulu hidup dalam kondisi yang sederhana. Seunghoo memutuskan untuk menetap di sini karena dia sangat menyayangi kedua orangtuanya, itu sebabnya dia menjadi seorang guru di desa ini.”

 

“Apa yang terjadi pada keluarga Seunghoo ?”

 

“Mereka meninggal karena sakit.”

 

“Meninggal ? Kenapa Seunghoo Oppa tidak mengatakannya,dan kenapa tidak ada yang mengatakannya padaku ?”

 

“Jiyi kematiannya bukan karena sakit biasa. Namun ada orang yang sengaja membuat kedua orangtua Seunghoo sakit.”

 

Jiyi mengerutkan dahinya.

 

“Apa maksudnya Eomma ?”

 

“Kedua orang tua Seunghoo meninggal karena di racuni ketika mereka sedang bekerja di ladang. Makanan hantaran mereka secara tidak langsung terkontaminasi pupuk kimia yang dipakai untuk meracuni hama serangga pada tanaman pertanian.”

 

“Siapa? Kenapa begitu tega?” 

 

Ny. Park menggeleng.

 

“Tidak ada yang tahu. Karena penyelidikan terhenti. Mereka beranggapan karena kedua orantua Seunghoo lalai dan meracuni diri mereka sendiri, karena pada saat itu hanya mereka berdua yang sedang berada di ladang. “

 

“Aigoo, kasihan Seunghoo Oppa.”  Sekarang Jiyi benar-benar merindukan laki-laki itu. Dia ingin memeluknya dan memberikan cintanya.

 

Jiyi menatap Eommanya sendu.

 

“Siapa dia ?”  tanya Eeomma tiba-tiba. Pertanyaan itu benar-benar seperti sebuah pukulan telak. Dia tahu siapa yang dimaksud eommanya.

 

Jiyi tersenyum lembut.

 

“Temanku, dia menyukaiku Eomma. Dia sangat menyukaiku .”

 

“Kau sudah bertunangan Jiyi. “

 

“Ne, aku tahu Eomma.”

 

“Jangan mempermainkan perasaannya. Jika kau tidak berniat serius, lepaskan dia.”  Eomma sepertinya mengerti dengan situasi yang terjadi.

 

 

“Masalahnya tidak semudah itu, Eomma. Dia sangat mencintaiku. Dan dia hadir ketika aku bimbang dengan Senghoo Oppa. Apa Eomma tahu, Seunghoo Oppa pernah dekat dengan Hana. 

 

“Mereka sudah berpisah. Dan kalian sudah bertunangan.” 

 

“Maafkan aku. Aku sempat meragukan Seunghoo Oppa, karena beberapa waktu lalu dia datang ke Seoul bersama Hana. Jiyi marah sekali eomma. Jiyi ingin membuat pelajaran padanya.”

 

“Apa kau juga yang membuatnya pergi dari sekolah itu ?”

 

“Aku hanya ingin mengetahui apakah dia mau meninggalkan desa ini, meninggalkan semua yang dia miliki demi Jiyi, Eomma.”

 

“Dia telah membuktikannya. Apa itu tidak cukup?” 

 

Jiyi menunduk.

 

“Baiklah. Aku akan bicara dengannya sekarang ?”  Jiyi berniat untuk menemui Woobin yang entah sedang berada di mana.

 

“Tetaplah berada di dalam rumah agar kalian tidak terlalu terlihat oleh penduduk di sini. Dan besok, jika berniat untuk kembali ke Seoul, usahakan sepagi mungkin. Eomma tidak mau penduduk di sini berasumsi yang akan memojokkan kalian juga keluarga Park. Kau tahu sendiri, di sini tidak seperti di Seoul. “

 

Jiyi mengangguk.

 

 

.

.

 

 

Seunghoo duduk di sofa di dalam apartement Jiyi yang kosong. Dia baru saja merapikan beberapa dapur dan ruang tamu apartement Jiyi yang sedikit berantakkan. Dia hanya berpikir mungkin Jiyi kembali ke desa karena ayahnya sedang sakit.  Sepertinya akan ada sebuah episode baru yang akan terjadi jika Jiyi membawa Woobin pulang.’ Jantungnya berdegub. Dia merindukan Jiyi. Sekarang dia baru merasakan bagaimana perasan rindu itu sangat menyiksanya. Apakah Jiyi masih marah? Apa dia masih ingin bertemu dengan Seunghoo lagi.

 

.

.

.

 

 

Jiyi duduk di samping Woobin yang sedang bermain game di ponselnya. Namja berbadan tegab itu melirik Jiyi.

 

“Apa kau memerlukan kehangatan pelukanku ? Kelihatannya kau sangat kedinginan.”  Ujarnya sambil tersenyum.

 

“Oppa, …”  Jiyi tidak melanjutkan bicara. Dia semakin merasa berdosa jika dia menerima pelukan Woobin lagi. Walau dia tahu, dalam pelukan namja tampan itu, Jiyeon akan merasa aman dan tentu saja hangat. Paling tidak dia bisa merasakan perlindungan. 

 

“Apa yang ada dalam pikiranmu, Jiyi? Apa kau berpikir untuk mendepakku ?”  Senyuman Woobin sedikit kecut. Namun dia tersenyum.

 

“Ehmm….”  Jiyi masih belum bisa mengatakan apapun.

 

“Apa karena aku ?”  tebak Woobin.

 

“Aku tidak bisa mengatakan apapun. Ini sungguh gila, sungguh membuatku…”  Jiyi memegang kepalanya.

 

Woobin menarik kepala Jiyi dan menyandarkannya di dadanya. Jiyi terdiam di sana dan merasakan debaran jantung Woobin yang sedang berkejaran. Lengannya yang terbungkus sweater berwarna biru tua itu menghangatkan tubuh Jiyi. Eommanya mungkin melihat keadaan ini, namun Jiyi tidak berdaya, dia merasa nyaman dalam pelukan Woobin.

 

“Oppa, kenapa kau mencintaiku ?” tanya Jiyi kemudian.

 

Woobin terlihat berpikir.

 

“Entahlah?”  namun matanya sangat lembut menatap Jiyi.

 

“Apa yang akan terjadi seandainya aku tidak memilihmu, Oppa ?”  tanya Jiyi

 

“Oh Jiyi, laki.laki tidak dipilih, dia itu justru memlilih. Laki-laki itu hanya butuh dicintai, Jiyi.”  

 

“Tapi dalam khasus ini, aku yang akan memilih Oppa.”  Jiyi semakin erat memeluk pinggang Woobin.

 

“Teruslah seperti ini Jiyi, aku menyukai kebutuhanmu ketika kau begitu menginginkan tubuhku, tentu saja diriku.”  Woobin mengusap puncak kepala Jiyi.

 

“Keluargaku tetap berpihak pada Seunghoo Oppa.” 

 

“Aku tahu. ”  Jawab Woobin lirih, “Apa yang ada di hatimu ?” lanjutnya

 

Jiyi menggeleng di dada Woobin, menggesek sweater yang melekat di dada bidangnya. Mendongak untuk melihat wajah yang sedang terlihat sedih. Woobin tersenyum ketika mengetahui Jiyi menatapnya.

 

“Kita harus berangkat pagi. Sebaiknya kau tidur, Oppa.”  Jiyi melepaskan dirinya dsri pelukan Woobin. Namja itu memutuskan untuk berdiri.

 

“Apa aku tidak mempunyai harapan ?”  

 

Jiyi menunduk mendengar pertanyaan itu. Dia memang tidak mempunyai jawaban.

 

 

 

 

 

.

.

.

 

Perjalanan kembali ke Seoul terasa sunyi. Jiyi tidak bisa mengatakan apa-apa pada Woobin yang sedang terlihat gelisah. Wajah sedihnya sepeeti sedang meratapi nasibnya. Semua yang terjadi sesaat lalu menjelang keberangkatan mereka masih terekam dengan jelas di kepalanya.

 

flash back.

 

Tn. Park mendengus , menahan emosinya. Lengannya zedang dipegang erat oleh kedua tangan istrinya. Sementara Jiyi sibuk menahan diri untuk tidak berbicara kasar pada ayahnya karena laki-laki itu sedang mengecam Woobin habis-habisan.

 

Jiyi menatap Woobin yang masih bisa tersenyum meski dia sudah dihakimi dengan banyak perkara oleh Tn. Park. Mata laki-laki itu memerah. Dia juga marah pada putrinya yang seenaknya saja bersikap.

 

“Apa kau sudah tidak punya keluarga ?” tanya lai-lak itu.  “Jka kau memang sudah tidak menganggab kami sebagai orangtuamu, silahkan saja bertingkah semaumu di kuar sana, tapi jangan di rumah ini!”

 

“Oppa..!”  Jiyi menyebut Woobin yang sedang terpaku. Dia berdiri dengan sikap yang canggung. Matanya sesekali memperhatikan Jiyi.

 

“Maafkan saya Tn. Park. Saya tidak bermaksud untuk membuat nama keluarga Anda tercemar. Kami, maksud saya , Jiyi dan saya hanya teman. Kami tidak mempunyai ikatan apapun. ” jelas Woobin pias. 

 

Jiyi menunduk resah.

 

“Kau membuat Seunghoo pergi meninggalkan desa ini. Dia pasti terpukul karena ulahmu Jiyi!”  Tn Park berbicara seolah-olah Jiyi yang bersalah. 

 

Ny. Park menggeleng berkali-kali. Dia hampir menangis, melihat kondisi suaminya yang lemah. Berdiri dengan posisi membungkuk seperti sedang menahan sakit di bagian perutnya.

 

“Jiyi tidak melakukan apa-apa. Kami hanya berteman. ” tegas Jiyi lagi.

 

“Appa ingi Seunghoo kembali, dan kaoian segera menikah. Appa akan tentukan harinya.Appa tidak mau mendengar penjelasanmu lagi.”  Tn.Park mengernyit sebentar. “Minggu depan.”  ujar Appany cepat.

 

Ny. Park menoleh ke arah suaminya.

 

“Apa tidak terlalu cepat? ”  tanyanya. Suaminya menggeleng

 

“Aku sudah kemutuskan. Aku harap kau segera mengurusnya. Kau dengar itu Jiyi. Kau akan segera menikah. TITIK!”  Tn.Park berjalan kembali ke kamarnya.

 

Sementara Jiyi dan Woobin hanya saling menatap.

 

flashback end.

 

“Maafkan aku Oppa!” bisik Jiyi lagi. Dan Woobin hanya tersenyum dan mengangguk.

 

“Aku masih belum menyerah sampai kau benar.benar berdiri di altar dan berada dalam pelukan Seunghoo. Dan sampai pada hari itu nanti, aku masih terus akan memperjuangkanmu.”

 

Jiyi kenggigit bibirnya lagi.

 

“Hentikanlah Oppa!  Aku tidak mau kau sakit.”

 

“Tidak! ”  Woobin menarik nafasnya dengan kasar. 

 

“Oppa, aku hanya mencintai Seunghoo Oppa.”  jawab Jiyi dengan lembut.

 

Woobin menoleh spontan. Dan dia hanya tertawa dengan hambar.

 

.

.

.

 

 

Jiyi membuka pintu apartementnya dan mendapati Seunghoo tertidur di sofanya. Ada perasaan lega di hati Jiyi bisa melihat wajah itu lagi. Seunghoo meringkuk kedinginan. 

 

“Ugh, jam berapa ini?”  gumam Jiyi. Pasti semalam Seungho tidak bisa tidur, higga jam sembilan pagi ini dia belum bangun. Perlahan Jiyi bersimpuh di sisi Seunghoo, namun Jiyi terkejut ketika dia menyentuh lengan tunangannya itu dia merasakan suhu di telapak tangannya begitu panas.

 

Lalu Jiyi menyentuh dahi Seunghoo dan ternyata benar. Seunghoo demam. Jiyi menggigit bibirnya. Menyalahkan dirinya karena tidak berada di tempat ketika Seunghoo membutuhkannya.

 

Jiyi berlari ke pantry untuk mengambil air. Seunghoo pasti mencari Jiyi tadi malam. Dia pasti merasa kesepian. Jiyi mulai meneteskan air mata karena merasa bersalah. Kemudian dia kembali lagi ke sisi Seunghoo dan mulai mengompress namja yang masih tertidur pulas itu.

 

“Si Bodoh ini, kenapa tidur tidak menggunakan selimut?”  gumam Jiyi lagi. Dia lalu mengambil selimut dari dalam kamarnya dan menyelimuti Seunghoo dengan selimutnya.

 

Baru beberapa kali di kompres, Seunghoo tersadar. Matanya terbuka. Dia melihat Jiyi sedang terisak di sampingnya membuatnya bingung.

 

“Jiyi, kau kenapa ?”

 

Jiyi tertegun sebentar. Mengusap air matanya dan tergugu diam. Dia tidak tahu akan mengatakan apa dengan rasa bersalahnya ini. Yang dia lakukan justru memeluk Seunghoo dan menangis di sana.

 

“Seunghoo Oppa, gwencana ?”  bisik Jiyi lirih.

 

Seunghoo dengan handuk kompresan yang terpasang di keningnya bangkit untuk duduk. Dia melepaskan pelukan Jiyi dan menatap gadis itu dengan seksama.

 

“Kau pasti menjenguk ayahmu.” ucap Seunghoo sambil menarik Jiyi untuk duduk di sisinya.

 

Jiyi mengangguk. Dia merasa seperti terdakwa. Tapi dia pasrah seandainya Seunghoo marah padanya.

 

“Kau ke mana saja ?” Jiyi bertanya balik, membuat Seunghoo tersenyum. Di usapnya wajah Jiyi dengan lembut. 

 

“Aku sedang mengurus pekerjaan baruku. Sekarang aku sudah bekerja menjadi guru di sebuah sekolah menengah kejuruan di Eunpyong-gu. ”  Seunghoo menarik nafas dalam sebelum akhirnya dia menjatuhkan kepalanya di oangkuan Iyi. ” Apa kau merindukan aku ?”  

 

Jiyi menunduk tidak berani menatap Seungho yang tersenyum. Apakah dia harus menjawab pertanyaan itu. Selama ini dia tidak pernah menyatakan perasaanny oada Seunghoo. Dia selalu marah-marah dan mengutuki Seunghoo dengan caciannya. 

 

Seunghoo kengambil tangan Jiyi dan meletakkannya didadanya.

 

“Semalam aku merasa sangat sakit di sini. Dadaku seperti sedang di remas-remas perasaan yang tidak jelas. Aku memikirkanmu, dan aku pikir aku merindukanmu. Aku menginginkanmu tasi malam untuk berada di sisiku. Apa kau merasakan hal yang sama?”

 

Wajah Jiyi memerah ketika memdengar ucapan Seunghoo. Semalam dia justru berada dalam pelukan Woobin. Jiyi memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan jejak pengkhianatannya dari sorotan Seunghoo.

 

“Jiyi, aku lega kau sudah kembali.”

 

“Oppa, kau tinggal di mana?” tanya Jiyi 

 

“Di rumah temanku. Tapi nanti aku akan mendapatkan semacam fasilitas flat dari sekolah. Kenapa? Apa kau mau aku tinggal di sini ?” Seunghoo terseyum lagi. Dia semakin mendekap tangan Jiyi dengan erat di dadanya.

 

“Aku hanya khawatir kau akan menjadi gelandangan seperti di desa.” Seunghoo tertawa mendengarnya. 

 

“Akupun khawatir dengan kondisiku. Tapi beruntung temanku masih mau menampungku.” jawabnya. Kedengarannya menyedihkan sekai. 

 

“Oppa, kau bisa tinggal di sini.”  Jiyi tertgun sebentar memikirkan ucapannya barusan. Apa dia tidak salah bicara. Kenapa menyuruh Seunghoo tinggal bersamanya.Bagaimana kalau orang tuanya tahu.

 

“Nanti setelah kita menikah, kita pasti tinggal bersama.”  balas Seunghoo. Membuat Jiyi lega. Oh, apa artinya Jiyi menerima Seunghoo? Apakah mereka nantinya akan menikah? 

 

“Aku akan membuat sarapan.”  Jiyi bergerak dan menyuruh Seunghoo bangun dari pangkuannya. Namja itu memperhatikan Jiyi yang melangkah ke pantry.

 

“Kau masih besama Woobin ?”  sebenarnya pertanyaan itu sangat tidak penting. Namun Seunghoo ingin memastikannya. 

 

Jiyi menghela nafasnya sambil melirik Seunghoo. Perasaannya berkecamuk,dia memang bersama Woobin. 

 

“Oppa, ~”  memasang wajah bersalah.

 

“Aku sudah membuktikan bahwa aku serius denganmu, ~ “

 

“Aku tahu.” Jiyi pasrah.

 

“Apa kau masih tidak mempercayaiku ?”  Seunghoo menunduk.

 

“Oppa, semalam aku bicara dengan eomma,~ ”   Jiyi melihat ekspresi Seunghoo. “Eomma bercerita mengenai keluargamu. Kenapa selama ini tidak ada yang mengatakan padaku mengenai hal itu ?”  

 

Seunghoo mengangkat alisnya, membentuk begitu banyak kerutan di dahinya. Dia melarikan jemarinya pada rambutnya yang kusut dan berantakan. Kemudian menggigit bibirnya. Dia terlihat sangat frustasi dengan hal itu.

 

“Mengenai apa ?” 

 

“Peristiwa yang menyebabkan kedua orangtuamu meninggal.” jawab Jiyi. Dan Seunghoo hanya mendengus lepas. 

 

“Aku merasa tidak perlu mengatakannya padamu.”

 

“Tapi itu sangat tidak adil!”  ujar Jiyi

 

Seunghoo berdri dan mendekati Jiyi yang sedang menyiapkan beras dan mencucinya. Dia akan membuat nasi tim untuk Seunghoo. 

 

“Jangan mengungkit hal itu lagi, Jiyi.”  Seunghoo memintanya dengan bersungguh-sungguh.

 

Jiyi mendekati Seunghoo setelah dia meletakkan beras itu di dalam panci dan merebusnya dengan air.

 

“Oppa, maafkan aku karena aku tidak tahu tentang keluargamu dan bersikap masa bodoh mengenai hal itu.”

 

Seunghoo tersenyum. Dia senang melihat sikap Jiyi yang mulai terbuka padanya, ini membuatnya merasa yakin bahwa Jiyi mencintainya. Ditariknya Jiyi ke dalam pelukannya.

 

“Oppa, kau harus terbaring, suhu badanmu masih panas. “

 

“Temani aku!”

 

Permintaan itu terdengar manis. Apalagi setelah beberapa hari ini Jiyi begitu merindukan Seunghoo. Namun Jiyi hanya tersenyum.

 

 

.

.

.

 

 

 

Langit sedang mendung ketika Jiyi berdiri di halte bus. Woobin beberapa hari ini tidak terlihat di kampus. Kenapa tiba-tiba namja itu tiba-tiba menghilang? Apakah karena Jiyi atau memang karena ada urusan lain. 

 

“Jiyi !”  Seunghoo menghampiri dengan membawa beberapa tas. Mereka akan segera kembali ke desa untuk menikah. Hal itu mungkin yang membuat Woobin menghilang. Pernikahan Jiyi dan Seunghoo sudah tidak bisa di gagalkan. Atau karena Jiyi mengatakan bahwa Jiyi hanya mencintai Seunghoo?

 

“Oppa, apa sebaiknya kita naik kereta saja seperti biasanya. ”  Jiyi melihat beberapa barang bawaan mereka. 

 

“Kenapa harus naik kereta ?” tanya Seunghoo.

 

“Jadi naik bus ?” Jiyi kasih tidak mengerti.

 

“Kau tenanglah!”   ujar Seunghoo kemudian.

 

Lalu beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti di hadapan mereka, dan Seunghoo tersenyum. Dia menoleh pada Jiyi.

 

“Kita naik ini!”  ujarnya yakin.

 

“siapa dia ?” Tanya Jiyi.

 

“Temanku. Dia meminjamkan mobil untuk kita.”

 

“Ya. Aku kasihan padanya. Gaji guru memang belum cukup untuk membeli sebuah mobil. ” Ujar temannya itu yang barunturun dari mobilnya.  Seunghoo menyeringai .

 

“Kau juga seorang guru. Kalau saja bukan karena orang tuamu yang kaya, kau tidak akan punya mobil. Sialan kau !”  Maki Seunghoo.

 

“Hi, Jiyi !  Namaku Jae Hyeon. Ahn Jae Hyeon.”  ujar namja tinggi itu memperkenalkan diri.

 

“Hi, aku Jiyeon. Park Jiyeon.”  

 

“Kau kenapa bisa memutuskan untuk menikahinya. Apakah dia sudah cukup di ospek untuk menghilangkan jejak penjahat dari kehidupannya.”

 

PLAK!

 

Sebuah hempasan tangan mengenai lengan Jae Hyeon. Namja itu menyeringai.

 

“Jangan sembarangan kalau bicara! “

 

“Hahaha…dia marah! Kau pasti sangat kerepotan menghadapinya.”  ujar Jae Hyeon lagi. Jiyi haya tersenyum.

 

“Sebenarnya aku jatuh cinta padanya karena dia selaou merepotkan aku. Dia selalu memintaku untuk menemui yeoja-yeoja yang ingin dikencaninya. Dia memang brengsek. Tapi yah, apa boleh buat, akhirnya aku jatuh cinta juga pada manusia pembuat onar ini.”  

 

“Baiklah. Kalian harus segera berangkat. Aku akan menyusul besok, untuk memberi selamat atas pernikahan kalian.” Jae Hyeon menyerahkan kunci pada Seunghoo.

 

“Aku tudak oerlu ucapan selamatmu, bagaimana kalau kau beri saja kami hadiah yang sangat besar. “

 

Jae Hyeon tertawa.

 

“Kau sungguh berotak kriminal, Seunghoo !”

 

.

.

.

 

 

Jiyi sedang membaca pesan di ponselnya ketika Ny. Park memanggilnya dsri luar. Dia sudah berdandan dengan cantik menjelang pernikahannya. Ya, hari ini. Sebenatar lagi. Jiyi hanya tinggal menunggu waktunya saja. Setengah jam lagi. Jiyi sungguh berdebar-debar.

 

Eommanya menghampiri.

 

“Kau sedang apa ?”  

 

“Eomma tunggu sebentar. Aku sedang membalas pesan dari Woobin Oppa.” 

 

Eommanya mengernyit.

 

“Kenapa kau masih berhubungan dengan dia?”  Eommanya memdengus. ” Bagaimana kalau Appamu tau?”  Jiyi menggeleng.

 

“Sebentar eomma. Jiyi tidak berhubungan dengan dia.”  Jiyi kembali mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

 

‘Seunghoo sudah menunggumu di mobilnya.”

 

“Itu bukan mobilnya eomma. Itu mobil temannya .”

 

“Eomma sudah tahu.”

 

Jiyi tersenyum sebentar di layar ponselnya. Lalu menyimpannya kembali ke dalam tasnya.

 

“Sudah, eomma. Ayo kita pergi sekarang !”

 

Eommanya tersenyum melihat wajah putrinya-

 

“Apa kau bahagia, Nak ?”  

 

“Tentu saja aku bahagia, Eomma. Kenapa ?”

 

“Eomma pikir kau tidak mencintai Seunghoo dan mencintai laki-laki itu.”

 

“Seunghoo Oppa itu memang bukan laki-laki yang baik. Dia banyak meninggalkan jejak yang membuat Jiyi benci dan kesal padanya. Namun Jiyi mencintainya. Lagipula dia sudah membuktikan kalau dia berniat baik. “

 

Jiyi tersenyum. Yah, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Begitupun laki-laki. Berharap yang paling baik untuk hidup kita, namun pada kenyataannya, kita melewatkan hal berharga yang ada di dekat kita. Seunghoo Oppa, bukan laki-laki baik, namun dia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik. Dan Jiyi menghargainya, terlebih dia mencintainya karena Seunghoo selalu bersikap apa adanya. Meskipun dia selalu menjadi playboy kampungan di mata Jiyi.

 

 

Jiyi duduk di sisi Seunghoo yang terlihat sangat tampan dengan tuxedonya. Laki-laki itu selalu tersenyum. Wajahnya ceria bukan main. Membuat hati Jiyi berdebar.debar. Beberapa saat lalu, jiyi menuliskan pesan untuk Woobin atas sebuah lyric lagu yang dia hadiahkan untuk Jiyi. Lagu yang mengingatkan Jiyi pada sosok calon suaminya. Seunghoo.

 

 

 

This romeo is bleeding, but you can’t see his blood 

It’s nothing but some feelings 

That this old dog kicked up 

It’s been raining since you left me 

Now I’m drowning in the flood 

You see I’ve always been a fighter 

But without you I give up 

 

Now I can’t sing a love song 

Like the way it’s meant to be 

Well,I guess I’m not that good anymore 

But baby, that’s just me 

 

1-Yeah I, will love you, baby 

Always and i’ll be there 

Forever and a day, always 

 

2-I’ll be there, till the stars don’t shine 

Till the heavens burst and the words don’t rhyme 

I know when i die you’ll be on my mind 

and I’ll love you, always 

 

Now your pictures that you left behind 

Are just memories of a different life 

Some that made us laugh 

Some that made us cry 

One that made you have to say goodbye 

 

What I’d give to run my fingers thru your hair 

Touch your lips, to hold you near, 

When you say your prayers, try to understand 

I’ve made mistakes, I’m just a man 

 

When he holds you close, when he pulls you near 

When he says the words 

You’ve been needing to hear, I’ll wish I was him 

‘Cause these words are mine, to say to you 

‘Til the end of time (rpt 1) 

 

If you told me to cry for you, I could 

If you told me to die for you, I would 

Take a look at my face 

There’s no price i won’t pay 

To say these words to you 

 

Well, there ain’t no luck in these loaded dice 

But baby, if you give me just one more try 

We can pack up our old dreams, and our old lives, 

We’ll find a place, where the sun still shines 

 

 

Oppa, please find your own Juliet ! Coz, I already have my own Romeo….

 

 

Fin.

A/n

Maaf untuk semua hal. Aq ga ngira ini bakal ending. Karena ga ada hal yang greget di ff ini.

Itu lagunya Bon Jovi, Always yang mengilhami ff ini.

Untuk ff lainnya akan Lana selesaikan. Lana ga akan ninggalin. Pokoknya akan Lana selesaikan. Tapi harap sabar! Pis!

20 thoughts on “Always [ Chapter – 6 / end ]

  1. Seneng sih jiyeonkhirnya sama seunghoo. Tp gimana kabar woobin. Kasian juga dia patah hati. Mending diasama aku aja *eh wkwkwk–v

    • Makasih udah baca . maaf baru sempet balesin. Baru sadar banyak komentar yg belum dibalea. Skali lagi makasih ya!

  2. Kira’in jiyeon milih woobin soalnya di liat” jiyeon nyaman dg nya dan woobin jg nekat ikut jiyeon kerumah orangtuanya,,,tp ternyata orangtua jiyeon terlanjur sayang sm seungho
    Kasihan jg woobin tp gimanpun jiyeon memang di takdirkan buat seungho

  3. Agak-agak lupa jalan ceritanya hahaha.
    Sebenernya dari awal dapet feel ke Seungho. Dan tetep seneng akhirnya sama Seungho.
    Tapiiiiii permainan Jiyeon yang kemaren-kemaren bikin Woobin terperosok terlalu dalam, jadinya kasihan ngeliat Woobin patah hati.

    • Maaf Ci baru bisa balesin. Makasih udah nanyain kabarku. Via cerita banyak. Kkkk..pasti dia ngomong macem-macem. Aq emang ga aktif lagi di sosmed. Males. Mungkin emang aq akan mengurangi keaktifanku nulis. Aq udah masuk ke smt.5 nanti, jadi harus lebih serius ke kuliah. Maaf kalo nanti aq jarang update.

      • Gpp meii.. trs klo mau komunikasi sm km gmn mei? Seenggakx km pake 1 id sosmed kan? Atau ada id line? Kan klo km gabupdate jg kt bs tny2 kbr km gmna.. biar gmnpun kt smua bkn cm skdr readers author kan.. aplg km skt seenggakx bs tau kbr km jg.. ia gpp mei gtp smngt aja.. gpp lama update yg ptg jgn brhnti nulis aja.. km jg kondisi jgn smp kcpean..!! Oke?

  4. kasian wo bin,tapi heran jiyi dikelilingi 2 namja yg pd abis hahaha..
    tapi ada lho kisah nyata yg satu lama pacaran tapi l9m berani melamar,eh pas ketemu namja lain yg baru pertama lihat dan sering meratiin yeoja itu dari jauh tapi berani langsung melamar…
    untung di ff ni seonghoo jg berani jadi gak galau..

  5. Dah ending..lega deh akhir nya jiyi milih seung ho ,selamat ya atas pernikahan nya kkkkk…oke lana pasti di tunggu ff lain nya,

  6. uh aq kira endingnya bakalan ma woobin oppa…
    wuaaaah masih g nyangka ini dah ending ajj… tapi aq suka endingnya gada yang sakit hati.. karna woobin oppa udah add gantinya jiyeon ya itt aq../di timpuk sandal/…haha
    ok lana di tunggu ff yg lainnya . dan smoga sehat selalu… .:-)….lana luv luv luv dah.. jjang…♥♥♥♥♥

Leave Your Comments Juseyo ^^