1st Anniversary – STAY TOGETHER [Chapter-1]

REQ JENK LANA - STAY TOGETHER

1st Anniversary – STAY TOGETHER [Chapter-1]

The Story Begin

Written by . Alana

 Poster by Laykim @ Indo Fanfictions Arts

Main Cast .

Baekhyun (EXO)

Joy (RED VELVET)

Woohyun (INFINITE)

Yuna Kim (THE ARK)

Support Cast .

Lee Hyeri (Girls Day)

Genre .

Romance, Angst, Family, Drama

Length.Multi-Chapter

Rated. PG

Writers .

Alana, DessyDS, Zulfhania, Alifially, Shynim, Sashka, EShyun

 

 

Disclamer||

This FF is presented for Indo Club Anniversary

Storyline in this chapter is mine

DON’T PLAGIAT!

Happy Reading

 

………………

images 

.


 Happy Birthday Indo Fanfictions, 

Umur 1 tahun masih lucu-lucunya.

Kalo bayi, baru belajar jalan, sama belajar ngomong, and tumbuh gigi.

Moga tambah kece blog-nya. 

Authornya tambah keren tulisannya.

And Adminnya tambah ribet kerjaannya.

 

.

.

Oke, Pis selalu dari Alana( The Norak’s Girls ) 

Maaf dengan typos dan sub judul yg ga kreatip

 


 

#Point Of View by Author.

 

 

Cahaya lampu meredup perlahan. 

 

“Joy !”  bisikan itu terdengar diantara bisikan angin yang berhembus semilir dari arah luar.

 

Malam ini jendela kamar Joy terbuka lebar. 

 

Dan cerita berlanjut pada bayangan bulan sabit diantara jendela kaca tanpa tirai yang menemaninya. Mungkin bulan Itu adalah bulan yang sama yang menjadi saksi peristiwa pahit dalam kehidupan Joy. 

 

“Joy!” suara itu terdengar lagi.

 

Kenapa namaku Joy? 

Gadis dengan surai hitam itu mengabaikan panggilan yang sejak tadi mengganggunya, dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

 

Kenapa berbanding terbalik dengan kenyataan hidup yang menimpa hidupnya. 

 

Joy adalah kebahagiaan.

 

“Joy…!”  

 

“Hentikan!” teriaknya kesal.

 

Dia sudah tidak tahan mendengar panggilan itu. 

 

Lalu melihat ke arah luar. Suara-suara itu selalu megganggunya. Atau hanya halusinasi saja. 

 

“Joy!”

 

Bayangan bulan sabit nyata di depan wajahnya. Namun dia tersenyum. Lalu menggapai dagunya. Menyibakan anak rambutnya dan mematung di sana.

 

“Joy…!” panggilnya, dan suara merdunya menyadarkan lamunan Joy.

 

Untuk sesaat Joy terpekur dalam diamnya, melihat wajah lembut itu semakin mendekat. Lalu tersenyum lagi untuk menenangkan batinnya.

 

“Baekhyun Oppa, apa yang kau lakukan di sini ?”  tanya Joy malas ketika menyadari pemilik wajah yang tengah mengamatinya itu adalah sepupunya, Baekhyun.

 

Joy menarik seluruh energy dari namja bermata sabit itu, supaya dia bisa kuat dan membalas senyumnya. Namun sepertinya Joy belum sanggub untuk terlepas dari perasaan sedihnya.  

 

Melankolis yang menyedihkan. Seharusnya Joy tidak perlu lagi bersedih, toh bukan hanya Joy satu-satunya manusia di bumi ini yang tumbuh dewasa tanpa orang tua.

 

 

Rasanya seperti ada bongkahan batu besar di dalam rongga dada gadis berwajah manis itu 

 

Sesak.

 

Dan matanya sembab. Malam ini Joy sungguh tidak ingin di ganggu.

 

Namun Baekhyun selalu mengganggunya. 

 

“Aku ingin sendiri, Oppa !”  Joy merajuk lirih sambil menyingkirkan tangan Baekhyun dari wajahnya. Berkali-kali tangan itu menggelitik telinga dan hidungnya. Lalu meniup matanya yang sembab. 

 

Baekhyun tahu Joy, sedang menangis, tapi tingkah konyolnya memang menjijikkan. 

 

“Ayo kita nyalakan kembang api !”  ajaknya. Dia masih menekan hidung Joy yang berair.

 

“Apakah ini tahun baru. ”  Batin gadis itu mulai kesal. Dihempaskan tangan Baekhyun agar menyingkir dari dirinya.

 

“Bukan. Hanya perayaan kecil-kecilan. Ayolah kau tahu kenapa aku menyalakan kembang api, Joy ! ” jawabnya.

 

Joy menggeleng. 

 

Berbohong. 

 

Dia tahu. 

 

Jelas sangat tahu.

 

“Aku sedang mengenang kedua orang tuaku, Baekhy.”  Joy masih bersikukuh dengan niat awalnya. 

 

Mengenang kedua orang tuanya

 

Namja berkulit pualam itu masih gigih melakukan invasinya di rambut kelam yang sebagian tergerai basah karena air mata.

 

Tapi Joy membiarkan Baekhyun menarik-narik rambutnya. 

 

Oke, hanya sebentar. 

 

Silahkan ! 

 

Tapi satu menit sudah cukup. 

 

Kepala Joy sakit dengan tingkah Baekhyun yang semakin menjadi.

 

“Baekhyun Oppa !”  Joy menggeram, lalu mulai memberikan intimidasi tajam lewat sorot matanya yang akhirnya menghilangkan senyuman manis namja bertingkah menyebalkan itu.

 

“E-hm…!”  Dia melegakan tenggorokannya. 

 

“Beri aku waktu satu jam lagi.”  pinta Joy lagi.

 

“Baik, satu menit, atau aku akan menyalakan semua kembang apinya bersama Yuna.” Baekhyun menawar dengan mudahnya.

 

“Dia datang ?”  Joy mengernytkan dahinya.

 

“Ya. Kami sudah menunggumu lama. Agh, ya..sekitar dua tahun tiga detik. Kalau saja di depan pintu kamarmu itu tempat parkir, maka bayangkan berapa tarif yang harus aku bayar untuk memarkirkan Yuna di depan sana. Jadi sekarang bangunlah ! Jangan bertingkah aneh seperti ini sepanjang tahun. Atau aku akan membuang abu kedua orang tuamu ke laut. .”  jawab Baekhyun dengan mulut mematut kesal. 

 

Namun sepertinya dia sedikit menyesal karena telah mengatakan hal yang sedikit menyinggung perasaan Joy.

 

“Maaf!”  lanjutnya dengan memutar bola matanya.

 

Joy menghela nafasnya perlahan. 

 

Apa yang harus dia lakukan. Marah atau tertawa. Dia membuat Joy muak sekaligus geli. 

 

Brengsek!

 

Aku tidak ingin tertawa, namun kenapa bibir ini berkhianat. Aku tidak rela membuatnya menang semudah ini. 

 

Batin Joy kesal.

 

“Keluar !”  Akhirnya Joy hilang kesabaran. Dia menunjuk pintu kamarnya, dan menyuruh Baekhyun keluar melewati pintu itu.

 

Namun yang disuruh keluar hanya mendengus. 

 

Dia berjalan ke arah jendela.

 

“Aku tadi masuk dari jendela.” ujarnya sambil memanjat jendela itu dan menghilang bersama kekonyolannya.

 

Oh Tuhan, mahkluk apakah yang baru saja mengganggu ketenangan malamku.

 

Joy menata lagi pernafasannya yang naik karena emosi.

 

Agh, Baekhyun mengatakan mengenai abu orang tuanya. 

 

Joy tidak mungkin tidak mengingat kenapa dia bisa sampai berada di sini, di rumah ini.  Pada kehidupan yang berbeda yang di usung oleh keluarga yang sekarang menjadi panutan dalam hidupnya.

 

Jauh melebihi kuasanya, dia tidak bisa mengatakan bahwa takdirnya sungguh buruk, kenyataannya Joy kehilangan dua orang terkasihnya. terkasihnya Appa dan Eommanya.

 

Sebuah kecelakaan beruntun di jalan tol telah merenggut nyawa mereka. Joy tengah bersama Bibinya, ketika peristiwa itu terjadi. Beritanya sungguh mengejutkan . Penayangannya diupload di berbagai stasiun teve dengan gencarnya. Dan Joy baru mengetahui dengan jelas setelah Bibi Byun menjelaskannya padanya. 

 

Ya, malam itu, adalah lima tahun yang lalu. Dan Joy akan selalu mengingatnya karena di hari naas itu, dia sedang bersama Baekhyun , merayakan ulang tahun sepupunya itu nya yang ke-17 tahun.

 

 

 

JGEEER….

 

Lamunannya terganggu lagi.

 

“Baekhyun Oppa, aku akan membuatmu menyesal karena telah mengganggu ritual duka citaku malam ini !”   teriak Joy dengan geram ketika melihat cahaya kembang api yang melesat ke langit lalu meledak dan mengeluarkan suara menggelegar dibarengi cahaya warni-warni yang menyilaukan mata.

 

Baiklah. Aku harus bersabar.

 

Joy meyakinkannya setiap hari. Setiap jam, setiap detik. 

 

Fiuuh…

 

Baekhyun melambaikan tangannya ketika Joy muncul di jendela. Dia bersama …Yuna.  Joy sedikit berpikir sebelum dia membatin nama Yuna. Apa yang bisa dia katakan tentang mereka, atau hubungan mereka. 

 

 

Joy tidak suka. Bukannya Joy picik menilai hubungan yang aneh itu. 

 

Tapi dia memang tidak suka.

 

Tidak suka bukan berarti benci. 

 

Hanya tidak suka.

 

Dia hanya merasa aneh dengan kedekatan Baekhyun dan Yuna. Mereka memang sudah lama berteman, namun beberapa bulan belakangan ini mereka semakin dekat.  Mungkin karena ada sesuatu yang tumbuh diantara mereka.

 

Baekhyun bertingkah seperti seorang bocah yang meminta perhatian dari orang tuanya. Dan Yuna seakan-akan menanggapi dengan mesra. Mereka saling menatap dan tersenyum. 

 

Joy menunduk resah. Dia cukup bertahan dengan apa yang dia rasakan kini. Masih rancu. Tentang perasaannya yang tumbuh untuk Baekhyun.

 

Oke, Baekhyun memang sepupunya. Dia adalah putra dari Pamannya. Dan apalah artinya perasaannya ini, jika dia harus mengorbankan hubungan persaudaraan yang ada dalam darah mereka.

 

Namun Joy memang harus bisa menghadapi semua hal itu, karena memang hanya Baekhyunlah kini yang mewarnai hidupnya.

 

Baekhyun. 

 

Byun Baekhyun.

 

Mahluk terkutuk itu. 

 

Joy menegaskan sekali lagi, dia yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya, namun tertawa bersama Yuna, si photo model ternama itu adalah kehidupan Joy. Gadis itu sudah menyakininya sejak dia tinggal bersama Baekhyun dan keluarganya.

 

 

Ya, sepertinya malam ini Joy akan meninggalkan kesedihannya, karena seorang Baekhyun menjejalkan dokrin konyolnya untuk mengikuti ritual yang dia ciptakan sendiri di hari ulang tahunnya ini.

 

Menyebalkan.

 

Seharusnya Joy berterima kasih atas penghiburan yang Baekhyun berikan, bukan malah menggerutu tak tentu arah. 

 

 

 

Joy menjura tiga kali di depan photo mendiang kedua orang tuanya sebelum dia  memutuskan untuk pasrah. 

 

” Tolong maafkan Baekhyun, Eomma, Appa. Dia memang sudah seperti itu sejak dulu. Aku mewakili dia meminta maaf atas semua kelakuan menyebalkan yang dia lakukan padaku tadi, juga perkataannya yang tidak bermutu dan membuat perang dunia shinobi ke empat pecah di kamar ini.”

 

Joy berpaling kearahnya. Pada sepupunya itu.

 

Mereka sering berdebat mengenai para shinobi. Yah, Joy tidak menyalahkan pendirian Baekhyun mengenai Akatsuki yang menjadi musuh bagi Konoha. Atau mendukung Sasuke yang menjadi buta karena kebenciannya yang abstract pada Naruto. 

 

Joy tidak mendukung siapapun, karena dia lebih menyukai Kakashi yang selalu menjadi sosok terbaik dalam pemikirannya. Emosinya stabil dan dia sungguh berwibawa

 

Dan Joy selalu mengoloknya karena Baekhyun secara gamblang memuja Tsunade yang dia katakan sebagai The Sexy Leader. Ya dia memang seksi bukan hanya karena penampilannya saja, tapi juga dengan cara berpikir dan emosinya. Dia sanggub menjadi Hokage, mengalahkan kemampuan Kakashi yang seharusnya menjadi Hokage jika Tsunade tidak muncul.

 

“Hentikan itu!”

 

Joy memerintahkan otaknya untuk tidak memikirkan hal itu lagi, karena dia sedang kesal pada Baekhyun.

 

Dan Baekhyun , ….

 

Sungguh Joy tidak bisa menjelaskan sejenis apa mahluk yang selalu mengganggunya itu. 

 

Manusia atau kloning.

 

Dia sangat… tidak jelas. Ketidakjelasannya melampaui imajinasi Joy mengenai sosok namja yang mungkin tidak bisa dikatakan sebagai mahluk yang sederhana. 

 

Baekhyun itu rumit. 

 

Dia sangat usil. Manusia usil yang mempunyai segudang pesona. Beruntung sekali karena dia mempunyai daya tarik yang ajaib. 

 

Joy tidak mau memujinya berlebihan. Rambutnya akan melambai riang gembira jika dia mengetahui Joy sangat memujanya. Namun demikian, dia adalah namja yang sungguh berarti. Untuk keseluruhan alasan yang tidak bisa Joy jelaskan. Joy sungguh tidak bisa lepas darinya.

 

“Joy !”  suara Yuna memanggil ceria. 

 

Ya, dia sangat ceria bersama Baekhyun di sisinya. 

 

Yuna Kim.

 

Hm, dia cantik. Enerjik dan terlihat sangat …. segar. Wajahnya selalu berseri-seri. Apalah artinya Joy jika di banding dengan sosok Yuna yang selalu membuat hari-hari Baekhyun berwarna. 

 

“Kau masih kusisakan dua, Joy !”  ujarnya lagi. Joy hanya melambai dari bingkai jendela. 

 

Sebenarnya dia tidak perduli dengan kembang api itu, karena kenyataannya, tingkah Baekhyun malam ini pasti akan menuai ketegangan bagi para penghuni rumah di sekitar tempat tinggal ini.

 

Yuna Kim diijinkan menginap oleh orang tuanya di sini, malam ini, bersama keluarga Byun.

 

Apalagi kalau bukan karena alasan ulang tahun Baekhyun. 

 

 

Miris. Untuk Joy.

 

Gadis itu masih melihat keceriaan diantara lampu taman di halaman depan rumah tanpa kesan apapun. Membiarkan mereka merasa senang.

 

Perlahan dia menutup jendela kamarnya. Dan membiarkan dirinya menjadi pecundang. Atau mencegah penyusup masuk secara diam-diam ke kamarnya. 

 

Hanya malam ini saja. 

 

Paling tidak, dia bisa mengenang kedua orang tuanya tanpa gangguan Baekhyun atau kekonyolannya.

 

Malam ini Joy terpejam dengan sebuah kenyataan pahit, Baekhyun akan segera meresmikan hubungannya dengan Yuna.

 

.

.

.

 

 

Sinar mentari berwarna keemasan di kelopak matanya yang masih tertutup rapat. Bayangan siluet pagi merebak dengan nyata ketika Joy mulai tersadar dari tidurnya.

 

 

Dia mendengarnya samar-samar. Matanya masih terpejam, bahkan dia masih tersesat di alam mimpi beberapa detik lalu sebelum dia mendengar lengkingan hi-pitch Baekhyun yang menghajar telinganya seperti terompet.

 

Joy langsung melonjak duduk.

 

Mereka sedang bercanda. Dan suara Baekhyun terdengar yang paling keras. 

 

Dia tertawa.

 

Suaranya seperti kokok ayam jantan yang membangunkan tidur Joy. Apa yang dia tertawakan hingga kaca jendela kamarnya bergetar hebat seperti itu.

 

Apakah karena Yuna dia menjadi seantusias itu. 

 

Hei, semalam Yuna tidur di kamar siapa ?

 

Joy segera berlari keluar dari kamar. Dan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Langkahnya begitu riuh hingga semua bergoyang. 

 

Bingkai photo Baekhyun hampir jatuh ketika dia menerjang di sekitarnya.

 

Lalu tiba di muka pintu ruang makan dengan tatapan nanar.

 

Semua mata mengarah padanya.

 

Paman Byun, Bibi, Baekhyun dan Yuna. Mereka terlihat sudah rapi dan segar. Sementara Joy, dengan pesona bangun tidurnya yang luar biasa indahnya, menghadirkan senyuman aneh di wajah Yuna. 

 

Ya..ya..ya..Joy tahu, dia adalah seorang model. Cantik dan sangat terkenal. Karirnya sedang berada di puncak ketenaran. Banyak sudah product yang diiklankan menggunakan dirinya. Ya, dia sedang naik daun. 

 

Lagi-lagi Joy menjadi tidak percaya diri, apalagi dengan penampilannya saat ini.

 

Baekhyun berdiri menghampiri kebekuan Joy. Langkahnya yang panjang mempercepat sosoknya untuk sampai di hadapan sepupunya yang terlihat lugu itu. Kini jarak mereka hanya sekitar satu lengan saja. 

 

Lengan Bbaekhyun. Karena lengan Joy lebih pendek dari namja yang tengah menatapnya garang itu.

 

“Apa ?” tanya Joy polos.

 

“Cepat mandi.”  ujarnya .

 

“Memangnya kenapa ?” tanya Joy lagi.  

 

Baekhyun mulai meraba kepala Joy,dan memburaikan rambutnya yang terkucir tidak rapi.

 

“Kami akan pergi mengunjungi neneknya Yuna di rumah sakit. ”  jelas Baekhyun sambil menarikku keluar dari ruang makan.

 

Bola mata hazel Joy berkelip di tingkahi sinar mentari, dia mengernyit melihat ke arah mereka. 

 

Kenapa Joy digiring keluar seperti wabah penyakit.

 

“Joy, kalau kau mau ikut, sebaiknya lekas bereskan dirimu dulu.”  bibi Byun menatap keponakannya serius. Matanya terlihat lebih indah dengan maskara warna coklat tua, dipadu dengan pulasan lembut warna keemasan, di kelopak matanya. 

 

Dia sangat cantik, meski usianya sudah mencapai lima puluh tahun. Potongan rambut youngennya terlihat sempurna dengan bujur telur wajahnya. 

 

Dan lagi dia tersenyum. Joy sedikit terhibur dengan senyumnya.

 

“Apa kau tidak ingin ikut ?”  tanya Baekhyun.

 

“Oppa, aku…aku harus….”  belum lagi kalimat Joy selesai….

 

“Eomma, dia tidak ikut.”  ujar Baekhyun memutuskan. Dia melesat kembali ke tempatnya duduk.

 

Joy hanya menyembunyikan cibirannya. 

 

Yuna melirik Joy ganti dengan sedikit senyuman. Dia seperti sedang membandingkan penampilannya dengan penampilan Joy  Tapi Joy tidak terlalu memikirkan hal itu karena pandangannya terfokus pada Bibinya.

 

“Benarkah ?”  wanita yang sudah dianggab sebagai ibu bagi Joy itu masih belum mempercayai perkataan putra seata wayangnya itu sepenuhnya. 

 

Sementara itu, Joy hanya meringis sambil menyisir rambutnya dengan jemari tangannya yang lentik, minus kuku yang panjang. Joy disiplin dengan kebersihan dan kerapian, apalagi di akademi perawat, di mana dia menimla ilmu keperawatan saat ini menuntut Joy untuk terlihat bersih.

 

“Kami buru-buru Joy, jadi kami tidak bisa menunggumu.” ujar Bibi Byun sambil mengangkat bahunya. 

 

Joy mengangguk pasrah. Senyumnya tertahan hanya separuh sudut.

 

Baekhyun mengabaikan Joy. Dia asyik bercanda dengan Yuna. Entah kenapa Joy merasa kesal melihat pemandangan tak menyenangkan ini.

 

Kenapa aku merasa di abaikan.

 

Mereka melanjutkan sarapan tanpa memperdulikan Joy yang menghilang dari pandangan mereka. 

 

Mereka seperti keluarga yang sempurna. 

 

Oh Joy, jangan bersedih. 

 

Joy berusaha menghibur dirinya, dan memikirkan sesuatu yang membuat dirinya sedikit bahagia. 

 

.

.

.

 

 

Dari balik tirai kamarnya di lantai dua, Joy hanya bisa melihat kepergian keluarga Byun dan Yuna dengan dada perih. 

 

Mereka hanya menjenguk seorang nenek. Ya, hanya seorang nenek yang membutuhkan perhatian. Nenek dari seorang Yuna Kim. Gadis yang selalu dianggab ‘wow’ oleh Bibi Byun. Mungkin karena dia dari keluarga yang berpengaruh.  Joy tidak tahu banyak mengenai Ayah Yuna yang pernah bertugas sebagai Duta Besar Korea untuk salah satu negara di Amerika Selatan.

 

So What?

 

Pernah bertugas berarti sudah tidak bertugas lagi. Dalam tanda kutib, dia sudah menjadi mantan pejabat negara, dan sekarang sudah pensiun. Namun entah kenapa pengaruhnya masih begitu besar di dunia politik.

 

Baru-baru ini Joy mendengar, dia mencalonkan diri menjadi calon Presiden. 

 

Jinjja ?

 

Joy mengambil bajunya dari dalam lemari. Dia meninggalkan semua kepenatan pikirannya dan membuang semua prasangka buruk mengenai mereka. 

 

Joy bisa bersenang-senang sendiri tanpa harus mengunjungi seorang nenek.nenek.

 

.

.

.

 

 

“Kau sedang apa ?”  tanya Joy . 

 

Dia sengaja mengagetkan sosok yang berada di depannya.Dia seorang namja, berwajah dingin, namun murah senyum. Namanya Woohyun. Nam Woohyun. Dia teman kuliah Joy di akademi perawat St. Alexander. Sebuah yayasan pendidikan  terakreditasi, yang mempunyai reputasi baik sebagai akademi pencetak tenaga perawat dan pekerja rumah sakit yang kompeten. 

 

Namun dia adalah sunbae. Tahun ini adalah tahun teraknirnya berada di kamous ini. Berbeda dengan Joy yang masih harus menjalani dua tahun lagi oendidikannya. Woohyun sering membantu Joy menjadi relawan latihan ketika Joy membutuhkannya sebagai pasien.. 

 

Hanya latihan.

 

Joy menegaskan sekali lagi. Hanya latihan, walau kulitnya sering terlihat membiru akibat bekas tusukan jarum jarum infus yang Joy tusukkan di tubuhnya 

 

Untuk latihan.  

 

Joy tersenyum jika mengingat hal itu. Kasihan dia. Tapi dia memang tidak pernah protes atau mengeluh. 

 

Terkadang Joy berpikir, kalau Woohyun menyukainya. 

 

Tidak salah, kan jika Joy berpikir begitu. Woohyun selalu perhatian pada Joy. Sangat perduli dengan keadaannya, meski dia tidak menunjukkannya secara langsung.

 

Ketika Joy sakit tenggorokan beberapa bulan yang lalu, dia memberikan satu bungkus permen pereda rasa sakit untuk tenggorokan Joy yang berharga. Dia pikir Woohyun tidak menyadarinya, tapi sepertinya dia merasa risih ketika mendengar suara Joy yang serak itu memanggilnya.

 

“Nam Woohyooonnn.”  Laval ‘O’ nya tidak tersebut dengan baik, di sela-sela lendir yang menyelubungi namanya ketika Joy menyebutkannya.

 

Akhirnya dia hanya melancarkan aksi protes dengan mengerutkan dahinya. Rupaya dia jijik juga dengan suara serak Joy ketika menyebut namanya.

 

 

Dia baik, namun dia tidak suka bergaul.  Lebih senang menyendiri. Tapi bukan berarti dia tidak punya teman. Tempat favoritnya adalah di perpustakaan atau di gazebo di belakang gedung kampus yang dipenuhi tanaman mawar dan anyelir kesukaan Joy.  

 

Joy menyukai anyelir. Jadi dia sering menemani sahabatnya itu duduk-duduk di gazebo itu ketika senggang waktu kuliahnya..

 

Kembali kepada Woohyun.

 

Dia melihat Joy kaget. Benar. Hari ini adalah hari Minggu, tapi kenapa Joy datang ke kampus. Pertanyaannya itu membayang di sorot matanya.

 

“Kau juga kenapa berada di sini ?” tanya Joy lebih dulu sebelum Woohyun menanyakannya. 

 

“Aku tidak ada kerjaan.” ujarnya sambil berjongkok di depan anyelir yang dikembangbiakkan dengan cara stek. Apakah dia yang melakukannya. 

 

Aigoo, warna mahkota bunganya menjadi berwarna warni. Di dasar, lebih dominan dengan warna ungu,kemudian di tengah ada warna merah jambu, dan semburat merah tua menjadi border yang cantik dan memukau pengelihatan Joy.

 

“Oppa, apa kau yang melakukannya ?” tanya Joy terpesona.

 

“Hm.” jawab Woohyun tanpa kata. 

 

“Ini indah sekali. Kenapa baru kali ini aku melihatnya? Apa kau menyembunyikannya ?”

 

“Dia baru sekali ini berbunga. Aku memang menyimpannya.”

 

“Apa kau ingin memberikan kejutan untukku ?”

 

Woohyun melirik Joy

 

“Kenapa kau berpikir kalau bunga ini untukmu ?”  Woohyun mepunyai kenangan tersendiri dengan anyelir itu. Namun bukan mengenai Joy.

 

Joy tersenyum hambar.

 

“Karena hanya aku yang menyukai anyelir.”  gasis itu terlalu percaya diri.

 

Jawaban Joy mengundang decak aneh di mulut Woohyun yang seksi.

 

“Apa kau pikir hanya dirimu yang menyukai bunga ini ?”  

 

Joy langsung merengut kesal mendengar jawaban Woohyun.  

 

“Apa dia punya kekasih ?” pertanyaan Joy menjadi tidak berarti. Woohyun hanya menyeringai. 

 

“Ya sudah kalau memang bukan untukku.”  Joy memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya pada setumpuk makalah di bangku kayu di dalam gazebo. 

 

“Apa itu ?” tanya Joy lagi. Dia langsung membuka makalah-makalah yang tersusun rapi di atas meja itu. 

 

“Jangan sentuh! ”  hardik Woohyun mengagetkan.. 

 

Tapi Joy sedikit bandel. Dia masih membuka halaman kedua yang bertuliskan  panduan untuk masuk sekolah kedokteran. 

 

“Kau ingin melanjutkan pendidikan menjadi seorang dokter ?” tanya Joy dengan perasaan kagum..

 

Woohyun mengangguk.

 

“Aku ingin menjadi dokter. Apa kau tidak ingin menjadi dokter ?”  tanyanya sambil merebut semua makalah itu dari tangan Joy.

 

“Aku tidak mempunyai impian apapun dalam hidupku. Aku bisa hidup, bernafas dan mencintai sepertinya sudah cukup bagiku.”

 

Joy belum menentukan apapun dalam hidupnya. Beberapa waktu lalu dia dan Baekhyun pernah membicarakan mengenai rencana masa depan yang telah disusun oleh sepupunya itu. Ya, rencana hidup seorang Baekhyun, bukan rencana hidup seorang Joy. Dan sepertinya dalam rencana hidupnya tidak tercantum satu point pun mengenai Joy.

 

Ya, Baekhyun seorang pianist. Selama ini dia menjadi mahasiswa seni musik clasic di salah satu universitas terkenal di Daegu. 

 

Permainan pianonya sungguh menggugah jiwa. Dia sanggub mengimprovisasi sekaligus menghipnotis pendengarnya untuk masuk dalam dimensi yang dia ciptakan dalam alunan denting pianonya.

 

Sayangnya Baekhyun belum mendapatkan sponsor untuk kemajuan karirnya. 

 

Di tingkat akhir kuliahnya ini, dia masih berjuang untuk mencapai kejayaan.

 

Dunianya dan dunia Joy sepertinya bertolak belakang. Sementara Joy mersasa bahwa dia dan Woohyun sepertinya searah dan sejalan. 

 

Woohyun menepuk bahu Joy yang bersandar lemas pada tonggak kayu, penopang langit-langit gazebo.

 

“Kenapa kau di sini ?” tanyanya lembut.

 

“Hhhh….” desahan panjang meluncur dari mulut Joy.

 

“Bukankah Baekhyun selalu mengajakmu pergi untuk makan ice cream di hari Minggu.”

 

“Aku sedang diet.” jawab Joy sekenanya.

 

Woohyun tersenyum tipis. Wajah dinginnya terlihat semakin aneh.

 

“Aku yakin kau sedang bertengkar dengannya.”

 

“Dia pergi bersama Paman dan Bibi.” ujar Joy langsung.

 

“Kenapa kau tidak ikut ?”

 

“Mereka bersama Yuna.”  Uphs! Kenapa Joy tidak bisa meredam mulutnya.  

 

Woohyun menyipitkan matanya. Dia mencium gelagat aneh dari tingkah sahabatnya itu. Namja itu selalu berpikir kalau Joy adalah sosok yang ceria, tangguh dan bersahabat. Woohyun diam-diam mempunyai perhatian khusus untuk Joy. Namun masih belum berani mengartikan, mengingat Woohyun pernah merasa sakit hati akibat penolakan seorang gadis.

 

“Aku sudah menduganya.”  cetus namja itu dengan seulas senyuman datar.

 

“Ayo kita makan ice cream !”   ajakJoy tiba-tiba. Namun Woohyun menggeleng.

 

“Aku tidak mau mengambil jatah Baekhyun.”

 

“Dia sudah sibuk dengan Yuna.”

 

“Jadi kau kesepian ?” Woohyun tersenyum.

 

“Sedikit.”

 

“Lalu kau ke sini.”

 

“Tidak ada rencana ke sini. Hanya sekedar mampir, siapa tahu aku bisa sedikit melupakan hal-hal kecil seperti kenapa aku tiba-tiba merasa di abaikan.”

 

“Apa sebelumnya kau tidak pernah diabaikan ?”

 

“Sebenarnya tidak seperti yang kau pikirkan. Hanya saja semua karena Yuna.”

 

Woohyun tersenyum lagi. Dia duduk dengan menumpangkan kaki kanannya di paha kirinya. Punggungnya bersandar santai tanpa beban. Hembusan angin menerbangkan poninya. lagi

 

Dia tidak asing dengan gadis yang bernama Yuna itu.

 

“Apakah Baekhyun menyukai Yuna.”

 

“Aku tidak tahu. Tapi aku mencium ada gelagat aneh dengan Baekyun.”

 

Joy hanya mengambil asumsi sendiri mengenai hal ini, minus bukti namun dia melihat banyak gejala yang mengarah pada sesuatu yang janggal dalam rencana hidup yang sudah di susun oleh Baekhyun. 

 

 

Sudah dikatakan sebelumnya, bahwa Baekhyun itu memang rumit. Dia penuh dengan tanda tanya. Dan sikapnya itu sulit untuk di tebak.

 

“Apa karena Yuna seorang model terkenal ?”  tanya Woohyun menyelidik.

 

Joy tersenyum. 

 

Mungkin saja.  Joy hanya membatin dengan senyum dingin.

 

Drrrttt…derrrrrttt

 

 

Ponselnya berbunyi. Woohyun melirik ke arah Joy, melemparkan pertanyaan lewat tatapannya. 

 

“Baekhyun.” Ucap Joy sambil menatap malas pada serumpun tanaman mawar yang sudah disiangi Woohyun.

 

 

Joy !”

 

“What ?”   Joy menjawabnya malas.

 

“Kau masih di rumah ?”

 

“Aku di kampus.”

 

Hari Minggu di kampus ?”

 

“So What ?” balas Joy.

 

Apa kau bersama dengan Woohyun ?” tanyanya. 

 

Gadis itu menggeser duduknya. Pantatnya sedikit panas karena sejak tadi duduk dan merenung.

 

“Tidak. ” lagi-lagi Joy berbohong.

 

Joy, ingat kau belum memberi kado untukku.”

 

“Kau repot-repot meneleponku hanya untuk mengatakan itu ?”

 

Apa kau berencana tidak memberikan kado untukku ?”  Baekhyun terdengar gusar. 

 

Joy harap dia bercanda, karena memang aku tidak merencanakan memberi hadiah padanya.

 

“Kau sudah mendapatkannya dari Yuna. “

 

Aku tidak mau tahu,  nanti ,saat aku pulang aku ingin kau sudah menyiapkan kado untukku, kalau tidak ….. aku akan memberikan hukuman padamu.”

 

“Hukuman ? Oppa, kau gila!  Apa yang kau mau ? “

 

Kado. Hadiah. Apapun itu… “

 

“Hhh…baiklah. Nanti akan kuberikan kado untukmu. Tapi aku tidak punya uang.  Bisakah kau mentransfer uang ke rekeningku.”  aku tersenyum simpul. 

 

“Kau akan memberiku hadiah dari uang yang kuberikan padamu. Kau pikir aku ini stupid or something ?”

 

“Oppa, kau tahu kan aku belum menerima salaryku minggu ini. Tapi kalau kau mau menunggu hingga besok….”

 

Lupakan !”  Baekhyun mendengus.

 

“Oppa, aku akan memberikan sesuatu untukmu. Jangan khawatir.”

 

“Joy, apa kau marah ?”  suara Baekhyun melembut.

 

“Tidak. Kenapa kau berpikir kalau aku marah ?”

 

Aku tidak berpikir, aku hanya menebak. “

 

Joy hampir tergelak geli. Namun sekali lagi , dia tidak ingin membuat Baekhyun senang. 

 

“Apakah nenek Yuna sakit parah ?”  

 

Tiba-tiba Joy mengalihkan pembicaraan. 

 

Sudah membaik. Dia hanya sedikit mengalami gangguan pencernaan. Maklum karena sudah tua, maka saluran cernanya sedikit melemah. ” 

 

“Hm..”  aku tidak memberikan komentar.

 

Apa kau bersama Woohyun ?”  pertanyaan itu lagi.  Joy mendengus lagi.

 

“Memangnya kenapa jika aku bersama Woohyun.”

 

 

Entah kenapa Joy menanyakan hal itu. Agak sedikit aneh karena Baekhyun bertanya dua kali mengenai keberadaan Woohyun bersamanya.

 

Apa kau bekerja hari ini ?”  Dia mengalihkan topik. Apa otaknya terkontaminasi sesuatu di rumah sakit, atau perawat di sana salah menyuntikkan obat yang seharusnya untuk Nenek Yuna, tapi justru ke pantatnya.

 

Kenapa pertanyaannya tidak fokus.

 

“Nanti sore. Kenapa ?”   jawab Joy.

 

Apa kau…..

 

“Oppa, apa kau sedng menginterogasiku ? Joy menjadi gemas.

 

Pulanglah!”  ujar sepupunya itu tiba-tiba.

 

Apa dia sedang memerintah .

 

Joy memalingkan kepalanya dan melihat Woohyun berjalan menjauh. Mau ke mana dia ? 

 

“Oppa, aku hubungi kau nanti. Aku ada urusan sebentar.”

 

Hei, urusan apa? dengan siapa ? Apakah dengan Woohyun ?”

 

Tut

 

Joy menutup ponselnya

 

 

Heran, kenapa dia banyak bertanya.

 

Dia mengejar langkah Woohyun dengan sedikit menahan rasa kesemutan yang menjalar di sekujur kakinya.

 

“Oppa!  Tunggu aku sebentar.”  Joy tergopoh.gopoh mengejarya.

 

Woohyun berhenti dan berbalik ke arahnya

 

“Kenapa aku harus menunggumu ?” tanyanya bingung.

 

“Hh?”  Joy bergumam tanpa kata

 

“Apa kau mau ikut denganku ke toilet ?”

 

“Hh?” 

 

Wajah Joy memerah karena malu. Jadi dia hanya mau pergi ke toilet. Woohyun kembali menahan senyumnya ketika melihat rona melepuh di pipi gadis yang terlihat lucu itu. 

 

.

.

.

 

 

Si Brengsek itu mengaturku supaya aku cepat pulang. Memangnya dia itu siapa ? 

 

Joy tidak bisa herhenti menggerutu

 

Joy bekerja paruh waktu di sebuah toko mainan anak di sebuah pusat perbelanjaan. Kondisinya jika sore hari, ramainya luar biasa. Apalagi jika jatuh shift pada hari Sabtu dan Minggu.  Joy bisa kewalahan memberi pelayanan untuk mereka.

 

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Berarti Joy baru akan tiba kembali di rumah sekitar pukul sebelas malam. Menunggu hingga toko ini tutup. Terkadang Joy bertukar shift jika kebetulan waktu ujian berbeturan dengan jam kerja.

 

Sebenarnya tidak ada masalah yang terlalu berat, namun akhir-akhir ini banyak hal yang membuatnya was-was. 

 

Baekhyun. 

 

Ada yang sedang terjadi dengan dirinya. 

 

“Kau melamun !”  serbu suara di bekang Joy. 

 

Gadis itu berbalik dan tersenyum ke arah Hyeri. Dia manager, sekaligus teman bagi Joy. Dia meneliti raut wajah Joy yang sedang muram. 

 

“Apa karena namja yang tadi ?”  tanyanya.

 

“Yang mana ?”   Joy mengerutkan dahinya.

 

“Yang tadi mengantarmu ke sini.”

 

Nam Woohyun.

 

Joy menggeleng sambil menyunggingkan senyum.

 

“Bukan. “

 

“Jinjja ?”

 

“Hyeri, apa aku boleh ijin sebentar. Aku mau mencari hadiah untuk ulang tahun sepupuku. Dia berulang tahun.”

 

“Hmm… baiklah. Setengah jam cukup? Soalnya kita sedang sibuk, Joy.”   ujarnya. 

 

Joy mengerling senang.

 

“Setengah jam lebih dari cukup. Aku akan kembali secepatnya.”  

 

Joy segera berlari meninggalkan toko mainan dan menuju pada jajaran pernak-pernik souvenir dan barang-barang yang random di sekitarnya. Sebenarnya dia tidak tahu pasti apa yang haru dia berikan untuk Baekhyun. Dia hanya takut Baekhyun akan menggerutu jika sesuatu yang akan Joy berikan itu tidak sesuai dengan keinginan sepupu tersayangnya itu.

 

Joy tidak tahu apa yang sudah diberikan Yuna untuknya.

 

.

.

.

 

 

BRAKH

 

 

Pintu kamar Joy dibuka dengan paksa. Baekhyun menyeruak dengan wajah serius. Kelihatannya dia baru saja mandi. Rambutnya terlihat basah, dan wajahnya begitu segar. Joy seperti melihat penampakan seorang dewa. 

 

Kenapa dia terlihat lebih tampan dari biasanya? Apa karena dia baru saja berulang tahun ?

 

Pantatnya langsung mendarat mulus di ranjang Joy.  Memantul-mantul sebentar sambil tersenyum aneh ke arah Joy dan menodong sesuatu dengan tangannya yang tengadah ke arah Joy.

 

 

Dia menagih hadiahnya.

 

Laki-laki macam apa dia itu. Kenapa dia menjual murah harga dirinya demi sebuah kado dari Joy.

 

Kenapa hari ini Joy banyak mendengus.

 

“Jangan bilang kalau kau lupa.”

 

“Iya, aku lupa. Banyak pekerjaan yang harus kukakukan.” jawab Joy.

 

“Banyak pekerjaan? Kau sibuk seharian bersama Woohyun kau bilang pekerjaan ?”

 

Lagi-lagi Joy mendengus. Sekarang dia mulai kesal dengan tuduhan Baekhyun. Dia pikir, Joy hanya menghabiskan waktunya denganbersenang-senang.

 

“Oppa aku bekerja. “

 

“Ini hari Minggu. Semua orang libur bekerja di hari Minggu.”  balasnya.

 

“Lalu siapa yang akan melayani para pembeli di toko mainan itu ?”

 

Baekhyun terlihat sedang bepikir. 

 

“Jadi kau tidak libur ?”

 

Joy mendiamkannya dengan mengalihkan konsentrasinya pada tugas kuliah yang sejak tadi membuat kepalanya berdenyut. Tapi sepertinya semuanya menjadi nihil karena Baekhyun kembali mengganggunya Dia mengetuk-ngetuk meja belajar dengan jemarinya.

 

“Apa ?”  tanya Joy tanpa menoleh sedikitpun.

 

“Eum… menurutmu , apakah Yuna mencintaiku?”  

 

Deg

 

Joy meremas penanya lebih kuat. Dia menanyakan hal itu pada dan Joy hanya memutar  bola matanya dengan malas.

 

“Baekhyun Oppa , dia mecintaimu. ”  Joy menjawabnya dengan sedikit menahan nafas dan terbatuk.

 

“Apa kau yakin ?”  Tanyanya lagi.  

 

Joy tidak berani melihat wajah sepupunya, atau lebih tepatnya dia tidak berani menunjukkan wajahnya untuk dilihat Baekhyun. Ekspresinya mungkin akan sangat aneh karena pembicaraan mengenai Yuna sungguh merubah suasana hati Joy. 

 

“Joy, aku ingin segera meresmikan hubunganku dengan Yuna. Kau tahu kan aku dan dia sudah berteman lama. Sepertinya sudah saatnya aku meningkatkan status hubungan ini ke arah yang …”

 

Joy menghentikan perkataan sepupunya dengan lirikan matanya yang dasyat. Baekhyun langsung menunduk. 

 

“Kau ingin menikahi Yuna ?” tanya Joy langsung.

 

“Bu–bu–bukan menikah. Tapi bagaimana jika bertunangan. “

 

Sekumpulan oksigen mendadak tersendat-sendat ketika ingin masuk ke lubang hidung Joy. Otaknya mengejang dengan impuls tegangan tinggi. 

 

“Oppa, bukankah saat ini kau sedang berkonsentrasi untuk pementasanmu ?”

 

“Hm…ya. Memangnya kenapa ?” Baekhyun bediri.

 

“Kau tidak serius ingin bertunangan dengannya di saat kau sedang sibuk mempersiapkan pementasan sebagai tugas akhir pendidikanmu, kan.” 

 

Baekhyun berjalan ke arah jendela. Dia membelakangi Joy. Ada hal yang sedang disembunyikannya. Punggungnya seolah-olah membentengi perasaan yang sesungguhnya terjadi di dalam sana, di relung hatinya. 

 

“Yuna akan berada di London untuk sebuah kontrak pembuatan iklan di sana. ”  ujar Baekhyun.

 

“Lalu ?  Joy menyipitkan mata. Menyelidik dengan hatinya. Kenapa suasananya menjadi sedikit timpang saat ini. Apa hubungannya Yuna yang akan berangkat ke London dengan pementasan Baekhyun.  

 

“Oppa, kau ingin pergi ke London bersama Yuna ?”  tanya Joy was-was. 

 

Dia berharap tidak. 

 

“Aku ingin menemaninya. ”  Baekhyun menjawab dengan sedikit gugub.

 

Joy tersenyum pahit.

 

Dipejamkan matanya sedikit agak lama sebelum akhirnya dia mendapati sorot mata Baekhyun sudah mengarah padanya. 

 

“Yuna ingin memperkenalkan seseorang untuk mempromosikan diriku. Aku bisa tampil menjadi seorang profesional dan membuat rekaman juga beberapa promosi yang bisa membuat karirku menanjak.”

 

Joy berpaling untuk melihat catatannya diatas meja. Keringat dingin mengalir di punggungnya. 

 

Joy belum bisa mengambil kesimpulan, dan membiarkan Baekhyun terpekur sendiri di pinggir jendela. 

 

Suara detak jarum jam terdengar lebih nyata. Dia berkejaran dengan detak jantung Joy. 

 

Apakah Joy sedang gugub.

 

Baekhyun mendekatinya.

 

“Joy !”    panggilnya. Joy masih menunduk.

 

“Tolong bantu aku untuk membicarakan ini pada Appa dan Eomma. Aku takut mereka tidak bisa mengerti dengan keinginanku.” 

 

Joy menyeringai hambar. Demi Tuhan, apakah dia bisa? 

 

“Joy ! panggilnya lagi sambil mengguncang lengan Joy yang terlihat rapuh. 

 

Gadis itu menoleh, beradu getaran dengan kegelisahan sepupunya.

 

“Oppa, tadi kau bertanya padaku kira-kira apakah Yuna mencintaimu.”

 

“Iya.”  dia menganguk.

 

“Lalu sekarang aku ingin bertanya padamu, sebenarnya apakah kau mencintai Yuna?”

 

Baekhyun terdiam. Bola matanya bergerak tak beraturan seolah-olah dia sedang menyusun sinopsis sendiri untuk merekayasa jawaban yang akan dia lontarkan pada Joy. 

 

Aneh.

 

Kenapa dia begitu yakin, kalau Baekhyun tidak mencintai Yuna. Kalau dia mencintai gadis itu, pasti sudah terlihat dari sorot mata dan bahasa tubuhnya . Dan dia akan menjawabnya dengan spontan tanpa harus berpikir lagi.

 

Cinta kan bukan matematika. Dia tidak harus menghitung dengan rumus untuk mencari jawaban yang pasti.

Baekhyun merenung sebentar. Apakah dia mencintai Yuna. Tidak ada yang mengharuskan dia mencintai Yuna, karena kenyataannya dia memiliki hubungan yang baik dan berwarna dengan gadis itu.

 

Yuna cantik, terkenal. Dan keluarganya terpandang. Baekhyun hanya berpikir, seandainya kedekatannya dengan Yuna bisa membuat karirnya sebagai pianis mendapatkan perhatian, maka dia rela berada di sisi Yuna, meskipun …

 

Diliriknya Joy dengan hati berdebar-debar. Jantungnya selalu berdetak tak karuan jika Joy berada bersamanya.

 

Joy menunduk lagi, megindahkan semua yang sedang dilakukan Baekhyun. 

 

Silahkan berpikir !  ujar Joy dalam hati. 

 

Perlahan Joy menarik laci mejanya, merogoh sesuatu yang berada di dalamnya. Kotak kecil yang terbungkus kertas kado berwarna silver dengan pita emas yang cantik. 

 

Lalu diserahkan pada sepupunya.

 

“Apa ini ?”  mata Baekhyun membelalak. Bibirnya tiba-tiba menyungging senyum ceria. Aura wajahnya berubah seketika. Tulang pipinya terangkat lembut dengan semburat kemerahan yang indah membayang di sana. 

 

Joy suka melihat wajah ceria Baekhyunnya. Hh, deklarasi sepihak yang hanya dinikamti sendiri. 

 

Paling tidak mengalihkan suasana aneh yang sesaat tadi terjadi.

 

Joy meninju lengannya.

 

“Itu hargaya murah. Aku sedang tidak punya uang, jadi kalau kau tidak suka jangan di buang. Kembalikan lagi padaku, nanti akan aku jual lagi untuk membeli pakaian dalamku. Kau mengerti !”  

 

Baekhyun tertawa. Dia membukanya dengan antusias. Tapi sebelum dia berhasil membukanya, Joy mendorongnya keluar dari kamar.

 

“Aku mau belajar. Kau jangan meggangguku dulu. Biarkan aku sukses menempuh ilmu supaya aku bisa bekerja dan medapat uang yang banyak untuk membiayai hidupku.”

 

“Joy, kau terlalu mendramatisir keidupanmu. Tapi terima kasih atas hadiahnya!” seru Baekyun dari luar kamar.

 

Baekhyun menatap pintu tertutup itu dengan berbagai macam perasaan berkecamuk di dadanya. Dia iba dan sangat tersentuh dengan hadiah pemberian Joy. Sepupunya itu bukan gadis sembarangan. Dia sangat istimewa, dan cantik.

 

Dia pekerja keras.

 

Baekhyun melangkah meninggalkan depan pintu kamar Joy sambil terus menatap cincin perak sederhana yang diberikan Joy sebagai hadiah ulang tahunnya yang keduapuluh dua tahun. Dia tidak bisa berhenti tersenyum.

 

Joy bersandar di balik pintu dengan dada bergemuruh. Itu hanya sebuah cincin perak dengan initial nama Baekhyun yang aneh. 

 

Agh, kenapa harus cincin?  Joy memukul kepalanya sendiri sambil kembali melangkah ke meja belajarnya.

 

 

.

.

.

 

 

Joy duduk menghadapi mangkoknya. Sedangkan Bibi Byun menuangkan sup kacang polong ke dalamnya. Gadis itu memperhatikan butiran-butiran hijau pucat itu bersama potongan wortel dan kentang di dalam cairan cream dengan taburan daun bawang yang segar dengan wajah tegang. Kenapa sarapannya terlihat bergetar, atau dia yang sedang gugub menunggu kehadiran Baekhyun muncul dan bergabung bersama mereka di sini. 

 

Di meja makan. 

 

Paman sibuk dengan beberapa pesan di ponselnya. Sementara Bibi sudah terlihat rapi dengan seragam gurunya. Dia adalah seorang guru di sebuah sekolah dasar di dekat sini. Sifat penyabarnya terlihat sekali di raut wajahnya yang sudah berhias beberapa garis lembut ukiran masa. 

 

Joy tersenyum ke arahnya ketika tiba-tiba Baekhyun duduk di sisinya tanpa permisi. Aroma tubuhnya sungguh membuyarkan ketenangan hatinya. hatinya

 

Hh, benarkah ?

 

Joy sama sekali tidak tenang sebelum kehadiran Baekhyun, bahkan dia sempat membuat gempa di sekujur tubuhnya itu menular pada mangkok yang di hadapinya .

 

Dia langsung terperosok masuk ke dalam alam bawah sadarnya yang terkutuk. Kenapa dia begitu segar. Memikat hidupnya dan menggairahkan semangatnya. 

 

Joy melirik sepupu tampannya.

 

Dia selalu menarik dengan rambut basahnya yang membuat wajahnya terlihat segar.

 

Sorot mata Joy langsung tertuju pada jemari Baekhyun. 

 

Lalu senyumnya hilang begitu saja. Ditelan salivanya agar dia bisa melonggarkan pernafasan. 

 

Baekhyun tidak mengenakan cincin pemberian Joy. Namun di pergelangan tangannya ada sebentuk gelang aneh berwarna perak melingkar dengan indahnya. Apakah itu hadiah dari Yuna. 

 

“Joy..!” Baekhyun menyenggol lengan kiri Joy.

 

“Jangan menyerangku selagi aku menikmati sarapanku !”  ujar Joy mengancam.

 

Baekhyun menarik tubuhnya sambil merengut bingung melihat aura bad mood sepupunya yang terbaca jelas olehnya. 

 

“Apa kau sedang mendapatkan siklus bulananmu ?” 

 

“Brengsek ! Kalau kau tidak bisa menjaga mulutmu aku tidak akan membantumu.” 

 

Shit, kenapa Joy harus mengingatkan  hal itu. Padahal dia belum berpikir sedikitpun untuk membantunya.

 

Baekhyun tersenyum. 

 

Membuat Joym muak. Dia sungguh menyesal dengan pengkhianatan mulutnya. 

 

“Aku akan mengantarmu ke kampus.” bisiknya. 

 

“Aa…”  mulut Joym menganga sempurna, namun dia mengurungkan niatnya  untuk bertanya. Kenapa dia tidak memakai cincin pemberiannya, atau paling tidak dia membahas sedikit mengenai cincin itu.

 

“Habiskan sarapanmu, aku tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun untuk membeli makanan kecil untukmu.”  

 

Joy mengernyit kesal. Dasar pelit, perhitungan dan matrealistis. Dia menggerutu dalam hati.

 

.

.

.

 

 

Baekhyun menepati janjinya untuk mengantar Joy ke kampus. Dia duduk di sisi sepupunya itu dengan wajah cerah. Ini sungguh menyenangkan.

 

Dia tidak bisa berhenti tersenyum, dan Joypun senang melihat Baekhyun bahagia. 

 

Aneh. Ada apa ya?

 

“Joy, kenapa kau selalu mengikat rambutmu seperti itu ?” tanyanya tiba-tiba. Jy langsung memegang kunciran rambutnya yang terikat satu seperti ekor kuda. Dia mematutkan bibirnya.

 

“Praktis. ” jawabnya singkat.

 

Lalu Baekhyun menarik karet pengikat rambut Joy, dia menyimpan karet berwarna biru tua itu di saku bajunya.

 

“Kau harus percaya diri, dan memperlihatkan pada dunia kalau rambutmu itu indah. Nah. kau terlihat lebih cantik kalau rambutmu tergerai.”  ujarnya sambil terus menyetir mobilnya menuju ke arah kampus.

 

Cantik?

 

Dia mengatakan Joy cantik. 

 

Gadis itu menambahkan point plus dalam catatan hatinya menenai sosok Baekhyun yang dia yakini sebagai namja pelindungnya.

 

Mobil berhenti di sebuah lampu merah.  Dan Baekhyun terlihat sedkit kesal. Joy memeriksa pesan di ponselnya. 

 

Woohyun memberi kabar kalau hari ini ada jadwal praktek di rumah sakit. Joy sedikit bingung, karena dia belum mempersiapkan diri.

 

“Kenapa ?”   Baekhyun meneliti raut gundahnya.

 

“Woohyun, dia bilang aku ada jadwal praktek menggantikan Hyemi di rumah sakit. “

 

“Kapan ?”

 

“Sekarang.” jawab Joy

 

“Bersamanya ? Seharian, hanya berdua atau ada yang lain? di rumah sakit mana? apakah ada pembinanya?” pertanyaannya beruntun.

 

“Aku tidak tahu.” jawab Joy dengan mimik terkesima. Kenapa setiap kali Joy menyebutkan nama Woohyun, Baekhyun seperti terkena demam tinggi. 

 

Baekhyun melirik Joy

 

“Kau pasti bahagia ….” ujarnya

 

“Itu pernyataan atau pertanyaan. Apa aku harus menjawabnya dan memberikan klarifikasi. Kenapa kau begitu panik dengan nama Woohyun. “

 

“Kapan dia akan lulus ?” 

 

“Tahun ini dia lulus, dan akan melanjutkan ke kedokteran. ”  jawab Joy.

 

“Jadi dia ingin menjadi dokter. “

 

“Sepertinya begitu.”  

 

Pertanyaan berhenti dengan sebuah panggilan masuk di ponselnya. Baekhyun melirik Joy sebentar. Dia seperinya sedikit canggng ketika akan menekan tombol terima.

 

“Pagi, Yuna !” sapanya. 

 

Joy langsung melengos ke arah luar, melewati jendela kaca mobil yang buram. Berusaha untuk tidak mendengar percakapan mereka. 

 

Memang tidak.

 

Joy hanya mendengar Baekhyun tertawa kecil dan berbisik sesuatu.

 

“Oppa, lampunya hijau.”   ujar Joy menyadarkannya. 

 

“Oke !” . 

 

Lalu dia menginjak gas lagi dan berbelok ke kiri. Tapi berhenti di depan sebuah pertokoan. Joy menoleh.

 

“Joy, maaf, aku terburu-buru. Yuna membutuhkan aku saat ini. Sopirnya sakit, dan dia harus segera menjalani pemotretan secepatnya. ” 

 

Joy tercengang. 

 

Apa maksudnya ?

 

Apakah dia harus turun di sini ?

 

Sementara jarak tempat ini ke kampus masih sekitar tiga kilometer lagi. 

 

“Oppa, apakah aku harus turun di sini ?”

 

Baekhyun menatap Joy pias. Dia tidak mengatakan apa-apa selain mengangguk lemah.

 

.

.

.

 

BRAKH

 

Joy membanting pintu mobil sekuat tenaga. 

 

Apa yang ada di pikiran Baekhyun saat ini. Kenapa hanya karena Yuna menyuruhnya untuk segera datang , dia langsung mengabaikan Joy. 

 

 

.

.

.

 

 

tebece.

 .

A/N

Hi untuk semua yang menyempatkan diri membaca ff ini. mungkin agak ga jelas dengan awal cerita yang absurt, so jangan menyerah untuk membaca kelanjutnya.

NEXT AUTHOR, SEGERA DITINDAK LANJUTI

Mudah-mudahan ada yang komentar ya..

.

 

 

 

 

 

 

27 thoughts on “1st Anniversary – STAY TOGETHER [Chapter-1]

  1. ya ampun kalau Seandainya aku jadi Joy pasti hatiku sakit sekali kwakwkak 😀 beneran loh fanficnya kamu yang chapter 1 ini bikin aku nangis + banyak banget pagenya ^^^

  2. maaf baru sempet baca hehe. joy ceritanya sebatang kara banget. aku jd joy udh bunuh diri /ga
    wkwk feel tersiksanya sebagai joy dapet banget huaaa. joy seterong. btw.. itu spasinya kok banyak banget ya hehehe-.-v

    • Masalah spasi emang aq udah kebiasaan pakai spasi panjang. Semua ff q begitu, bahkan dikira udah ed, padahal masih ada di bawahnya..hahaa.. Cuma improv aja, biar adventure bacanya. Btw kemana aja? Gimana udah siap sama yg ke 4? Makasih ya udah nyempetin mbaca. Fighting untuk selanjutnya

  3. hai jeng lanaa, mampir rusuh yaa..
    pertama ijinkan aku ngakak dulu, itu kenapa kim yuna jadi model? secara cantikan dan tinggian joy kemana-mana *brb ngakak* ((nistain bias sendiri dulu))
    duh yuna, pulang gih nak! kamu gangguin mbak joy aja.
    eh btw mbak joy jauh-jauh deh dari baekhyun, dia milikku! *oke, ini kesambet*auk ah jeng, gelaap.. //kaboor//

    • Aduh itu udah di meetingin begitu. Emang cantik Joy kemana-mana, tapi secara Stay Together ini dia harus permisi dulu, dan Yuna di poles biar menyiksa Joy lahir batin begitu, ga ngerti deh! Betewe makasih udah nyempetin ini dan itu/halah/ aq juga baru nongol lagi pake user ID ini. Lho…????

      • hihihi, tapi alurnya keren heuheu, gimana cobak rasanya nakser sepupu sendiri. uhuk!!
        lah jeng emang biasanya pake user ID yang mana (?)

  4. ALANAA….. daebak deh dikau nekad sekali. Awal buka bingung kok ga da posternya tapi habis buka lagi ternyata dah muncul. Akhirnya dijelasin deh ma Lay. Kupikir Jeng Lana ga ikut deh. Kita sama jadi yg pertama.
    Pertama komenku. Kok Woohyunnya dikit. Memang sih Woohyun cast ketiga tapi aku berharap Woohyun muncul lagi. Apalagi Woohyun mau jadi dokter. Bayangin dulu aahhhh…..
    Kedua.
    Baekhyunnya tuh benar-benar deh super duper plin plan. Dy seenaknya deket ma Yuna tapi giliran Joy deket ma Woohyun marah2.
    Gitu ja deh komenq nanti klo q terusin bukannya jadi komen malah jadi epepdeh.

    SUKA BGT dah ma Alana…..

    • Muup baru sempet balesin, maklum sibuk! /sok sibuk/ gila, mataku sakit banget. Gara2 begadang revisi ini ff tadinya povnya paki pov1. Trus aq ganti jadi pov 3, ya makanya aq udah pusing, kalo ga cepet di publish aq ga tenang, akhirnya aq publish aja, soalnya kerjaanku yg lain keteter. Makasih atas komentanya, hahaha idenya emang umum. Khasusnya simple, and mungkin jalan ceritanya gampang di tebak. Baek emang agaklabil di sini. Songing dan maruk, kayaknya oengen dua-duanya. Tapi ga tau deh untuk next authornya. Oke fighting buat kamu juga. Pis!

  5. Waaah, ternyata udah di post 😀 aku baru baca lagi hehe
    Okey, berarti selanjutnya kak dessy ya, semangat buat kak dessy 😀
    Dan buat kak lana, permulaannya sederhana, tapi kereeeeen! semangat terus ya kak, inget uas loh :p

    • Iya, Zul..aku ngerjain yg ini biar bisa mikirin yg itu dan ono dan lain-lainnya. Jadi penasaran juga gimana ya kelanjutannya. Hahaha..aku kayak mau lahiran aja, nungguin bayi nongol..deg-deg.an..ceritanya akan kayak apa.. Fighting juga buat yang lainnya! Povnya udah aku ganti , aq begadang semalem. Hehehe..

      • yaampun kak lanaaa >_< aku mah begadang ngerjain laporan, kak lana malah begadang ngerjain ff, pokoknya kak lana teope deh!
        aku juga jadi penasaran gimana kak dessy ngelanjutinnya hihi tapi kalo aku sih gak sampe deg-degan :p haha

        • Iya, aq kayak zombie seharian. Tengkurep di meja terus. Tapi sampai mau di post td aq masih edit, kayaknya masih byk typos. Ash, dasar Miss typos ini. Aq ga bisa kalo ga ada typs. pokona abis ini mau libur dulu bikin epep. mataku nyut2 an ini. Mau tidur aq skr!

  6. wkwk nicefanfic. makin baca alurnya memperjelas. ah si baek sbnrnya ska sm sp sih aku jd bingung jg, dan si Joy apa dia memang bnr ska sm ‘sepupunya’ sndri Baekhyun ck
    aku tggu chapter 2nd nya eon^^

    • Hi Dear! Makasih udah baca ya…untuk kelanjutannya akan dikerjakan oleh anggota team yg lain, yaitu Desy. Sok di lihat urutannya. Haha..

      baekhyun itu kabil, dan Joy sangat percaya kalau Baekhyun ga suka Yuna, walau dia juga ga tau apa Baekhyun tau kalau Joy suka sama dia atau ga. dua-duanya hanya sepupu. Walau ga jelas akhirnya nnti, semoga bisa dinikmati aja. Makasih ya!

  7. Baekhyun tega amat sama joy-_-
    Awas aja si bebek gue geprek /?
    Btw kalau si bebek sepupunya ntar joy gmn? Apakah mereka akan bersatu?.-.
    ditunggu chap selanjutnya ne!^^

    • Makasih sudah membaca dan berkomentar. Di sini Baekhyun itu jadi cow labil sangat nyebelin dan suoer ngeribetin. Sebenarnya dia suka sama Joy apa nggak itu udah jelas…mungkin suka, tapi dia sangat rumit. Cow yg suka bersimbiosis dengan sesuatu yg bisa bikin dia terlihat wow. Di sini genrenya Angst, jadi mungkin bukan hal yg menyenangkan yg akan di angkat. Celah happynya tipis.
      Don’t worry, yg jelas ga kan ngecewain . /apa sih? Kayak promosi aja/ thanks ya!

  8. wah udah ada yang mulai *-*
    salam kenal kak, aku beda kelompok tapi mau sok akrab heheh … *plakk
    dan Baek selalu tidak peka … XD
    sayangnya aku engga tahu yuna the ark … XD

    • Sebelumnya makasih sudah nyempetin baca. Jujur, aq kebut nukis ini supaya aku bisa melanjutkan aktivitas lainnya. Kepikiran terus kalo belunm diberesin, kayak bisul di ketk, cenut-cenut. Tapi sukur akhirnya tugasku beres. Tinggal selanjutnya … Menunggu.
      Yang belum memulai fighting ! Aq juga ga tau Yuna The Ark. Hahaha. Baru tau ini. Ya, gpp lah, semoga bisa dinikmati aja ! Thanks yaw, Zora!

      • otsukaresama~~ tapi udah enak, pertama jadi udah enggak kepikiran lagi~ beda sama aku yang terakhir :’v
        fighting^^ sama-sama kak^^

Leave a reply to kartikaw2406 Cancel reply