[FICLET] Problem

[FICLET] Problem

Title Problem || Scriptwriter Viato Charni (Prev: Park Seohee) || Character(s) Lovelyz, with Jeong Yein as the main character || Genre AU, Friendship, Slice of Life || Rating General || Length Ficlet (600+)

I own the plot, cr poster G.Lin

.

…masalah baru sedang mengintip di daun pintu dan menyeringai jahil.

.


.

Ada formula-formula matematika yang berkeliaran di sekitarnya. Angka-angka berserakan dimana-mana. Daftar soal yang belum dikerjakan sedang mengantre panjang, menunggu untuk diselesaikan. Itu yang Yein lihat. Rasa-rasanya bola mata Yein ikut berputar saking memusingkannya mata pejaran ini. Bahkan pijatan-pijatan lembut yang diberikan jari-jarinya tak membantu sama sekali.

“Menyebalkan!” pensil yang tak bersalah kini jatuh dari genggaman tangannya, terbanting kasar dan mendarat di kaki meja belajar dengan mengenaskan. Apabila benda kurus itu bisa bicara, agaknya ia akan cepat-cepat berkoar minta pertolongan. Namun sayangnya tak timbul secuil pun niat dari Yein untuk memungutnya. Yein lelah, putus asa, kepalanya berdenyut, ingin tidur, dan dia hanya bisa—“ah, sudahlah!”

—pasrah.

Bukannya Yein tidak bisa mengerjakan PR-nya, dikatakan pintar dalam matematika juga tidak sih. Hanya saja, rentetan masalah yang dihadapinya hari ini terlalu membuatnya sakit kepala. Dan terimakasih kepada guru matematikanya yang sudah berbaik hati menambah penderitaannya.

Yein beralih ke tempat tidur. Rebahan sebentar mungkin bisa menenangkan pikirannya. Ia merampas ponselnya lalu memainkannya. Satu menit, dua menit, tiga menit, empat menit, empat menit tigapuluh detik dan—“ih!”

—nasib si pensil berlaku juga bagi benda persegi panjang itu.

Yein menghembuskan napas berat. Bibirnya memberengut kesal. Tak pernah dia merasa sekesal ini. Hm, mungkin pernah, tapi baru kali ini yang bertahan hampir satu hari.

Biasanya ada saja yang bisa membuat Yein tertawa. Misal, pacar kakaknya—Lee Soo-Jung—akan memasakannya makanan kesukaannya yang selalu ampuh membuat Ye-In melupakan masalahnya. Atau, ada sepupunya—Kim Ji-Yeon—yang akan menghiburnya dengan sebuah lagu. Lalu Ye-In biasa mendengar lelucon dari sahabatnya—Park Myung-Eun—yang tak pernah berhasil membuatnya terbahak, tapi cukup menggelikan ketika Myung-Eun selalu memaksanya untuk tertawa. Dan biasanya, ada Seo Ji-Soo yang akan mengajaknya berbelanja atau sekadar cuci mata di mall. Kemudian, Ye-In tak akan pernah bisa melupakan jasa-jasa Lee Mi-Joo yang senantiasa mengenalkannya dengan lelaki-lelaki bertampang di atas rata-rata—lebih dari cukup untuk membuat Ye-In bermimpi indah waktu malam. Kehadiran Yoo Ji-Ae juga penting, Ye-In akan merasa lega setelah mencurahkan segala unek-uneknya dan saran serta semangat yang diberikan Ji-Ae kerap kali menjadikan Ye-In lebih baik.

Namun hari ini tak ada kehadiran Soo-Jung di rumahnya lantaran gadis itu sedang asyik kencan dengan kakaknya. Ye-In juga tak bisa mengharapkan Ji-Yeon yang sekarang sedang mengunjungi ibunya di Busan. Keberadaan Myung-Eun pun jauh di Jepang sana. Dan akan terlalu egois jika Ye-In meminta Ji-Soo yang sedang sakit untuk mampir ke rumahnya. Mi-Joo juga tidak bisa sebab ia harus menemani sepupunya yang datang dari Amerika untuk jalan-jalan. Lalu Ji-Ae katanya tidak boleh keluar rumah dan handphonenya disita akibat nilainya turun.

Sebenarnya ada satu orang lagi yang terlintas di benak Ye-In. Tapi—sudahlah—pikirnya. Jadi, hubungan mereka baik-baik saja, ya?

Bukan maksud Ye-In mendoakan hubungan sahabatnya itu kenapa-kenapa, hanya saja—ketika gundah dan kesal menyerangnya—keretakan relasi itu bisa mengurangi bebannya. Karena berkat masalah itu—

DRRRTTTT

Ponsel Ye-In bergetar. Pertama ia hanya menoleh malas pada benda mungil itu, namun setelah si persegi panjang belum diam juga akhirnya Ye-In menyerah dan mengambilnya.

Di layar ponsel tertulis, Ryu Su-Jeong memanggil.

Alis Ye-In terangkat samar, namun sedetik kemudian ponsel itu sudah tertempel dengan telinga kanannya. “Iya, halo?”

“….Ye-In,” sekarang bukan lagi ponsel Ye-In yang bergetar, melainkan suara yang menyahut dari sambungan telepon itu. Isak tangis kini menggema di pendengaran Ye-In dan sekalipun tanpa bertatap muka, Ye-In yakin bahwa wajah Su-Jeong kini merah dan basah oleh air mata. Ada yang tidak beres, konklusinya.

“Kamu kenapa?

“Hiks. Itu lho…hiks.”

“Pacarmu berulah lagi?”

Diam.

Tak ada jawaban dari seberang, namun lewat isakan-isakan yang semakin membrutal, Ye-In yakin jawabannya pasti ya.

“Kalau mau cerita, aku siap dengerin kok.”

“Jadi begini…,” dan mereka pun berbincang-bincang sampai lewat tengah malam.

Kali ini Su-Jeong-lah penyelamat Ye-In. Ini tidak benar, tapi terimakasih untuk pacar Su-Jeong yang bertingkah.

—karena berkat masalah itu, Su-Jeong akan bercerita panjang-lebar padanya, lalu mereka akan menghujat, mengutuk, mencibir, memarah-marahi, memaki, dan menyumpahi lelaki kurang ajar itu bersama-sama. Kemudian Ye-In akan merasa ringan sesudah melakukan semua itu.

Masalah selesai.

Meskipun Ye-In tahu dia akan bangun esok hari di Senin yang cerah dengan PR matematika yang belum tuntas. Dan…

…masalah baru sedang mengintip di daun pintu dan menyeringai jahil.

.


.

apa ini………………. T_T

lovelyz ternistakan yaampun /.\

maapkan daku saudara2, saya khilaf hiks (?)

langsung aja, komen ya^^

klo ada saran dan atau kritik (yg membangun), jgn ragu2 utk blg ke aku 😀

4 thoughts on “[FICLET] Problem

  1. Wah ini ceritanya bagus. Kalau lagi badmood dengerin curhatan orang bisa bikin moodbooster lah hehehe. Keep up the good work ya<3

Leave a reply to dohayee Cancel reply