[ Drable ] A Thousand Morning

CreditposterbyLjoo@ArtFantasy

CreditposterbyLjoo@ArtFantasy

A Thousand Morning

Sehun and Jiyeon

 

Drable/comfort

 

 

Tentang seribu pagiku di pelupuk mata….

.

.

 

 

 

Matanya redup,  tubuhnya mengejang merasakan panas seperti terbakar. Urat nadinya seperti dijalari api yang menyengat dan menggigit gigit. Merintih, bahkan berteriakpun tidak mengurangi rasa sakitnya. Meraung-raung dalam ruang yang sepi. Dia hanya melihat Sehunnya ikut menangis.

 

“Uljimaaaa..!”  ujarnya dalam tangis.

 

“Uljimaaaaa! ” balas Sehun sambil menghapus air matanya sendiri.

 

Sang perawat menarik nafasnya dalam-dalam. Dia memperhatikan Sehun sambil menggelengkan kepala.

 

“Kalau Anda tidak bisa berhenti menangis, sebaiknya keluar saja! kasihan Nn. Jiyeon. Dia butuh kekuatan kenapa harus ikut menagis !”  

 

Dokter menyuruh perawat untuk membawa Sehun keluar.

 

“Jangan keluar!  biarkan dia menangis bersamaku! ” teriak Jiyeon. Dia memegang tangan Sehunnya dengan erat.

 

Sementara kemotrapi tetap berjalan. Dokter dan perawat itu menyuntikkan lagi obat dalam selang infus Jiyeon. Dan matanya kembali terpejam. 

 

“Sehunie..! ”  teriak Jiyeon dalam rasa sakitnya lagi.

 

“Mwooo ?”  

 

“Jangan lupa bayar hutangmu !”  ujar Jiyeon ketika rasa mual itu mulai menyerangnya. Perutnya seperti di serang tsunami . 

 

“Neee! Berapa ?”  Sehun menghapus air matanya ketika melihat Jiyeonnya meregang dengan wajah pucat berkeringat, dan mengeluarkan banyak cairan dari mulutnya. Tadi malam dia tidak makan. Dia menghabiskan satu kan air tadi pagi. Padahal dokter menyuruhnya puasa sebelum kemo di jalankan.

 

” Dua bungkus mie goreng ! ”  teriak Jiyeon lagi.

 

Dokter dan perawat saling menatap melihat keanehan pasangan kekasih ini. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan. Kenapa di saat-saat genting seperti ini mereka bicara hal yang aneh-aneh.

 

” Nanti aku akan bayar. !”  jawab Sehun.

 

” Sehunie…!”  

 

“Mwoo?”

 

“Kenapa wajahmu jelek kalau menangis ?”

 

Sehun menyembunyikan wajahnya dengan lengan kirinya. Sementara tangan kananya diremas Jiyeon dengan kuat.

 

“Kenapa ditutupi !”  Jeritannya begitu melengking. Jiyeon menggigil karena rasa perih di urat nadinya kian menyiksa. 

 

“Katamu mukaku jelek kalo menangis.”  Sehun menampakkan wajahnya lagi.

 

“Memang.”

 

“Aaaaaargghhhh…!”  jerit Sehun tiba-tiba. Dia melihat Jiyeon sedang menggigit lengan kanannya.

 

“Kenapa menggigitku…huhuhhuhu…!”  

 

“Sakit, Sehunie…!  Aku ingin kau tahu bagaimana sakitnya…!”  Jiyeon menggigit bibirnya.

 

“Sebentar lagi selesai Nn. Jiyeon.”  ujar sang perawat. 

 

Baru kali ini dia berhadapan dengan pasien dengan tingkah laku yang aneh.  Dua orang ini benar-benar membuat suasana tegang menjadi serba salah. Untung saja mereka tabah menghadapi Jiyeon dan Sehun.

 

“Nah, sudah !”  ujar dokter sambil membuka masker dan rubber glove nya.  Dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika melihat wajah Sehun yang memerah sambil memegangi pergelangan tangannya yang tadi digigit Jiyeon.

 

Keadaan menjadi tenang kembali. Hanya tertinggal suara alat-alat medis yang sedang dirapikan oleh dua orang perawat yang tadi memegangi tubuh Jiyeon. Sementara Jiyeon masih memejamkan mata dan melerai isak tangisnya.

 

Sudah tiga bulan Jiyeon menjalani kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker di ovariumnya pasca operasi. Dan Sehun sengan setia menunggunya. Mereka selalu bertingkah aneh saat Jiyeon harus menjalani kemo yang teenyata membuat tubuhnya di serang rasa sakit yang luar biasa. Cairan yang disuntikkan itu seperti berasal dari neraka. Dia bisa membuat sekujur tubuh Jiyeon terbakar. Dan rasa perihnya saat melewati pembuluh darahnya, tidak akan pernah bisa dilukiskan dengan kata-kata. 

 

“Sehunie…”  panggil Jiyeon lirih.

 

“Hmm…?”  

 

“Maaf!”  gadis itu melihat Sehun yang sudah terlihat normal. Wajahnya sudah tenang. Jiyeon lega kekasihnya itu masih di sisinya. 

 

Sehun tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan mengamati Jiyeon yang terlihat lemas. Tubuhnya seperti kehilangan tenaga. Dia hanya menggerakan jemarinya ketika menginginkan Sehun mendekat padanya. 

 

Dengan penuh kasih Sehun mendekat dan membiarkan Jiyeon mengecup pipinya.

 

“Thank you !”  bisik Jiyeon.

 

Sehun membalasnya dengan kecupan dikening. Sungguh dia ingin semua ini cepat berlalu. Waktu enam bulan itu baru berjalan setengahnya. Mudah-mudahan Jiyeon masih bisa melaluinya dengan tegar.

 

Jiyeon melihat ke arah jendela yang terbuka. Sehun berdiri di sana sambil menatapnya. Seperti pagi yang kemarin, dan kemarinnya lagi, dan mungkin pagi besok atau besoknya lagi. Jiyeon hanya bisa memuja kelembutan pagi pada senyum Sehunnya.  Mungkin sama seperti seribu pagi yang dia impikan, melangkah dalam kesejukan. Melewati sentuhan lembut sisa nafas semalam. Kau tahu, tidak banyak yang dia harapkan , hanya selalu menikmati paginya bersama Sehun.

 

 

 

 

 

 

end.

 .

.a/n

Kayaknya gw koq aneh ya kalo bikin ff pendek begini ! Aduh!

Nih gara-gara mati lampu di kawasan Industri, jadi banyak waktu nganggur bikin ff. /makan gaji buta/

What ever it is enjoy aja lah!

Peace,alana

 

 

 

 

 

 

 

51 thoughts on “[ Drable ] A Thousand Morning

  1. Bingung mau sedih atau ga, Tadi mau nangis tapi kalimat2nya bikin ketawa, mau kembali nangis tapi ketawa lagi aigooo~~ DAEBAK comedy + Sad bercampur satu :’D X’D

    Hanya meringis melihat kelakuan kekasih itu wkwkwkw 😀

    Jiyi pasti kuat ko, pan selalu ada Sehun yang menemaninya :’)

    Next ff Jiyi lainya thor (y)

Leave Your Comments Juseyo ^^